Share

Sebuah Petuah

“Anjriit!”

Biji mataku hampir melompat!

Aku sampai-sampai terkejut dan tersentak dalam jejak diamku barusan.

Cepat-cepat aku berputar ke belakang untuk memastikan siapa sumber kalimat yang mengagetkan tadi.

“Eh?”

Netraku langsung menangkap kalau pria subur yang ada di depanku kini, dengan pakaian jas formal berwarna abu-abu layaknya para menteri, sedang berdiri dengan kedua tangan yang disisipkan ke dalam saku celananya yang masih licin dan rapi. Manik hitamnya pun mengamatiku dengan wajahnya yang terus bertanya-tanya.

“Siapa yang ngimpi?”

“Eh… anu om.”

“Kamu ngimpi?”

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status