“Udah, Nyok!” Aku segera mengambil napas dan merangkul bahunya. Sambil berupaya menepis kekalutan tadi, kuajak segera sahabatku itu untuk pergi dari tempat tersebut. “Tunggu! Denise mana?” jejaknya berhenti sesaat. Lalu satu telapak tangannya menepis rangkulan tadi. Aku sampai ikutan terentak olehnya. “Udah pulang, lewat sana.” “Ta--” “Udah ayok! Dia naik taksi online,” kibul bibirku. Jonathan menerima penjelasan halu itu tanpa satu kecurigaan apapun. Bahkan, saat kami sudah berlalu di dalam kendaraan roda empatnya, dia sama sekali tidak membicarakan gadis sensual itu. “Hmmmm. Nis… Bibir lu… Anjirrr, setan juga itu cewek. Liat a
Read more