Semua Bab Imperfect Love: Bab 41 - Bab 50
126 Bab
Pria Untuk Yasmen
Byakta menatap Yasmen yang terburu menuruni tangga. Gadis itu sudah terlihat rapi dengan pakaian formal dan tas kerja yang tersampir di satu sisi bahu. Pantofel setinggi lima senti pun, sudah sangat cantik menghias ujung kaki Yasmen yang selalu bergerak lincah. “Mas! Aku berangkat duluan!” seru Yasmen berhenti di ujung tangga lantai satu untuk berpamitan pada Byakta. Sejak pembicaraan mereka malam itu, tidak banyak yang berubah dari hubungan Yasmen dan Byakta. Namun, mereka sudah tidak lagi melakukan perdebatan kecil seperti yang sudah-sudah. Keduanya sudah bisa bicara baik-baik, dan sepakat pisah kamar untuk introspeksi diri masing-masing. Byakta tidak lagi memaksakan kehendaknya pada Yasmen, begitu pula sebaliknya. Mereka sepakat untuk menjalani sisa waktu pernikahan yang ada, sebagai seorang teman. Mencoba kembali menjalin hubungan baik, seperti yang pernah ada dahulu kala. Dan sisanya … biarkan waktu nanti yang menjawab. “Sepagi ini?” Byakta melihat jam di pergelangan tangan,
Baca selengkapnya
Khawatir
“Byakta tahu kalau kamu di sini sama aku?”Endy menghela panjang, setelah Bira menjauh untuk menerima panggilan telepon sekaligus berteduh. Sementar Endy, masih terus berjalan menyeberangi sebuah lapangan yang nantinya akan digunakan untuk outbound training beberapa divisi dari Casteel High.Yasmen yang sedari tadi menekuk wajah, menjawab Endy dengan anggukan. Harusnya, Yasmen memakai sepatu sneaker saja kalau begini. Bukannya memakai pantofel, dengan ujung hak yang kerap tersangkut dengan tanah basah seusai hujan tadi malam.“Ya pasti tahu, masa’ nggak tahu.”“Nggak cemburu?” Pandangan Endy mengarah pada Bira untuk sesaat. Mereka sudah menyusuri hampir seluruh venue dan sebentar lagi akan selesai. Setelahnya, Bira akan pergi dan menyisakan Yasmen dan Endy di tempat tersebut.Sebenarnya, tidak hanya mereka berdua saja. Nantinya akan ada seorang lagi dari Casteel yang akan mendampingi Yasmen.“Kenapa harus cemburu?” Yasmen bertanya balik. “Kan, aku kerja. Nggak ngelakuin hal yang aneh-
Baca selengkapnya
Introspeksi Diri
“Gimana hubunganmu dengan Byakta, Yas?” Bira berjalan bersisian dengan putrinya, menyusuri sebuah koridor. Sementara, Byakta, Endy, dan Ratna berjalan di depan mereka untuk berdiskusi. Karena jarak mereka cukup jauh, maka Bira memanfaatkan hal tersebut untuk bicara dengan Yasmen. “Baik,” jawabnya singkat.Bira berdecak. “Kalau jawabanmu cuma pendek begitu, artinya belum baik.” “Baiiiiiiiik,” ulang Yasmen memperpanjang ucapannya. “Nggak pendek lagi, kan?” Bira kembali berdecak. “Papi serius, Yas. Gimana hubunganmu dengan Byakta?” “Aku juga jawabnya serius, Pi,” balas Yasmen memandang punggung tegap Byakta yang berjalan di depannya. “Kami sudah baik-baik aja. Papi nggak usah khawatir.” “Sudah nggak ada pikiran cerai lagi? Atau, bagaimana?” Meskipun terkesan tenang, tapi Bira sebenarnya juga mengkhawatirkan nasib pernikahan putrinya. Sebagai seorang ayah, tentu saja Bira tidak ingin pernikahan putrinya berakhir. Bira dan sang istri, terus saja berdoa agar pernikahan putrinya akan l
Baca selengkapnya
Pikirkan Baik-baik
“Capek?”Byakta menyodorkan sebotol air mineral, tepat di depan wajah Yasmen yang memerah karena sengatan matahari. Gadis itu pun mendongak sejenak untuk melihat Byakta, lalu meraih botol tersebut dengan cepat.“Kok, nggak bawain yang dingin.” Yasmen segera meneguk air mineral yang disodorkan oleh Byakta. Karena tutupnya sudah terbuka lebih dulu, maka Yasmen langsung saja meminumnya untuk melepas dahaga.Setelah merasa puas, Yasmen mengembalikan botol tersebut pada Byakta. “Harusnya aku bawa topi, atau payung sekalian.”Byakta tidak menjawab. Lantas, ia duduk di samping Yasmen kemudian meneguk air mineral yang baru saja diminum sang istri sampai habis.Yasmen menggigit bibir bawahnya, saat melihat Byakta menghabiskan sisa minumannya. Ini pertama kalinya, Yasmen melihat hal kecil yang membuat hatinya menghangat secara langsung.“Itu, kan, bekasku? Kok, diminum?”Byakta menoleh, sambil meremas botol mineral kosongnya. “Kenapa?” tanya Byakta sedikit bingung dengan pertanyaan Yasmen. “Aku
Baca selengkapnya
Mau
“Mas Qaiii.”Yasmen langsung menyergap lengan Qai dan bergelayut manja. Melupakan sejenak, kalau mereka saat ini masih berada di kantor.“Kita itu satu kantor, tapi kenapa nggak pernah ketemu!” lanjut Yasmen.“Sibuk, Yas.” Qai yang tengah menunggu lift, menatap Yasmen sebentar. Setelahnya, Qai menatap ke arah datangnya gadis itu. “Mas By lembur?”“Nggak tahu.”“Ya, ditanyalah, Yas,” ujar Qai lalu berdecak. “Itu suami kamu, apa bukan?”“Suami,” jawab Yasmen santai.Melihat gelagat Yasmen, Qai langsung merotasikan bola matanya. “Begini, kalau anak kecil sudah kebelet kawin. Makanya ayah waktu itu nggak setuju kamu nikah sama mas By.”“Eh, apa hubungannya,” sanggah Yasmen tidak ingin dipojokkan. Ia menarik tangannya, kemudian jalan lebih dulu memasuki lift yang baru saja terbuka.Qai menahan pintu lift, dan tidak masuk bersama Yasmen. Di sudut koridor, Qai melihat Byakta baru saja berbelok dan berjalan ke arahnya.“Baru keluar, Mas!” sapa Qai mempersilakan Byakta lebih dulu masuk ke dala
Baca selengkapnya
Ayo!
“Apa ini bersih?”Yasmen mencondongkan tubuh ke arah Byakta yang duduk di sebelahnya. Berbicara pelan, nyaris berbisik agar tidak ada seorang pun yang mendengar ucapannya barusanya. Mata Yasmen masih memandang semangkuk soto ayam yang baru saja tersaji di hadapannya, berikut dengan teh panasnya.“Kalau aku makan terus diare, gimana?” tambah Yasmen. “Kalau gini, kan, kena debu yang terbang-terbang, kan?”“Mau dimakan apa nggak?”Yasmen masih bertahan dengan posisi wajah yang berada di samping Byakta. “Dari baunya, sih, enak. Bikin perutku bunyi. Tapi, kalau aku diare gimana?” ulang Yasmen sekali lagi.“Kita ke rumah sakit kalau kamu diare.”“Mas By, ih!” Yasmen menjauh, tapi menyempatkan diri untuk memukul lengan Byakta. “Aku, kan, beneran nanyanya. Kalau tiba-tiba gitu, gima …”Yasmen melirik Byakta, dengan mulut yang masih terbuka. Tepat di depan bibirnya, sudah ada satu sendok nasi, dengan beberapa suir ayam di atasnya.“Aku nggak makan nasi kalau malam.”“Mau nggak?” Byakta masih m
Baca selengkapnya
Lembaran Baru
“Mandilah duluan.”Byakta meletakkan tas kerjanya di sofa, kemudian duduk di samping benda persegi yang berisi laptop tersebut. Byakta mengeluarkan laptop, kemudian membuka dan menyalakannya.“Ada yang kerjaan yang harus aku cek sebentar.”Yasmen mengangguk dengan menggigit bibir bawahnya begitu kuat, sambil pergi ke kamar mandi. Jika saja Byakta tidak menggunakan pekerjaan sebagai alasan, Yasmen sebenarnya ingin membawa sang suami berada di dalam ruang yang sama dengannya.Namun, sudahlah.Kemajuan hubungan mereka malam ini, juga sudah cukup membuat hati Yasmen tidak karuan. Bisa-bisa, malam ini Yasmen tidak bisa tidur hanya karena teringat dengan sikap Byakta yang sudah berubah padanya. Setelah selesai membersihkan diri dan keluar dari kamar mandi, Yasmen tidak melihat Byakta ada di tempatnya semula. Hanya terlihat laptop yang tergeletak di sofa dan menyala. Yasmen yang masih mengenakan bathrobe itu, memutuskan untuk mengenakan pakaian terlebih dahulu.Saat Yasmen sudah memakai cel
Baca selengkapnya
Cemburu
Untuk pertama kalinya setelah menikah, akhirnya pagi ini Yasmen bisa mengalungkan dasi pada leher sang suami, dan menyimpulnya penuh cinta. Sebuah adegan, yang sedari kecil selalu Yasmen lihat setiap pagi, saat sang mami memasangkan dasi ke leher Bira. Hal itu akhirnya bisa Yasmen wujudkan, setelah melewati berapa kerikil yang menghadang di awal pernikahannya dengan Byakta.“Makan siang bareng?” tanya Byakta memecah lamunan Yasmen yang tengah membuat menjalin simpul pada dasinya.Yasmen mengangguk. “Boleh, tapi nanti sore jangan dikasih lembur, ya? Aku mau ke tempat ayah bentar, mau nengok Rara. Mau ikut?”Yasmen mendadak gusar, sekaligus gugup ketika melempar pertanyaan tersebut. Kemarin-kemarin, Yasmen tidak pernah memperhatikan ekspresi Byakta ketika bertemu wanita yang dikaguminya. Namun, mulai sekarang semua bisa terlihat jelas jika keduanya bertemu.Kira-kira, apakah Yasmen siap bila melihat tatapan Byakta tertuju penuh dengan rasa cinta kepada wanita itu?Sang Permaisuri yang b
Baca selengkapnya
Janji
Untuk pertama kalinya lagi, Yasmen merasa senang ketika melihat Byakta kesal kepadanya. Yasmen juga tidak ingin berdebat, atau meminta ponsel yang kini masih berada di saku jas suaminya itu. Bukankah sudah terlihat jelas, bila Byakta mulai menaruh perasaan cemburu? Karena itulah, Byakta tidak ingin Yasmen berhubungan dengan duda beranak satu itu. “Hapeku.” Yasmen menengadahkan tangan di depan Byakta ketika mereka sudah berhenti di parkiran basement. Pagi ini, Yasmen memilih untuk pergi ke kantor bersama Byakta dengan mobil pria itu. “Nanti di atas.” Byakta menepuk tangan Yasmen, lalu membuka sabuk pengaman. Selama perjalanan ke kantor, ponsel Yasmen yang masih berada di dalam saku jasnya kembali berdering sebanyak dua kali. Byakta menduga, duda beranak satu itu kembali menghubungi Yasmen. Endy benar-benar … Yasmen menggeleng sambil menahan tawa. Jika cemburu seperti ini, sikap Byakta sungguh terlihat kekanakan. “Mas By, itu kayak anak kecil tahu, nggak.” Byakta membalik separuh
Baca selengkapnya
Ada Maunya
“Sudah dikembalikan?”Pesan tersebut, sudah Byakta kirimkan lima menit lalu kepada Yasmen. Namun, gadis itu masih belum membuka dan membacanya.“Kalau Endy nelpon lagi, nggak usah diangkat.”Belum juga pesan pertama berbalas, Byakta segera mengirimkan deretan kalimat selanjutnya. Setelah mendengar cerita Qai mengenai Endy, Byakta semakin yakin duda beranak satu itu bukanlah sosok yang baik. Mana ada pria baik-baik mengirimkan pakaian seksi pada istri orang lain. Andaipun hadiah, rasanya pemilihan gaun tersebut sangatlah tidak pantas untuk diberikan.Suara getaran ponsel yang baru saja diletakkan di meja, sontak membuat Byakta kembali mengangkatnya. Melihat nama Yasmen di layarnya, Byakta segera membuka balasan dari wanita itu.“Sudah dibawa kurir.”Napas Byakta terbuang sedikit lega setelah membacanya.“Mas Endy nggak nelpon, cuma chat doang.”Pesan kedua yang baru saja dibaca oleh Byakta, membuat mulutnya reflek berdecak. Daripada harus mengetikkan beberapa kalimat lagi, lalu mengiri
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status