Semua Bab Imperfect Love: Bab 21 - Bab 30
126 Bab
Bisa
“Mas By, Aku haus! Bukain pintunya!”Yasmen tanpa segan menggoyang tubuh Byakta dengan sekuat tenaga, untuk membangunkan pria itu. Kendati ia tahu, Byakta sudah tertidur begitu lelapnya. Salah sendiri, siapa suruh Byakta mengunci pintu kamar dan menyembunyikan kuncinya.Byakta menghela sambil membuka mata. Tidak pernah ada satu pun, yang pernah membangunkan Byakta seperti ini seumur hidupnya. Yasmen benar-benar berisik, tidak sabar, dan kasar. Bahkan Mario yang keras sekalipun, tidak pernah membangunkan Byakta seperti ini.“Apa mami kalau bangunin kamu tiap pagi selalu kasar begini?”Sambil mengerucutkan bibirnya, Yasmen menggeleng. “Kalau sekolah aku sudah biasa bangun sendiri. Kalau libur, yaaa, terserah aku mau bangun jam berapa.”Byakta kembali menghela. “Tapi bukan begini caranya bangunin orang.”Yasmen yang duduk di tengah ranjang itu berdecak. “Yang penting bangun,” ujarnya lalu menarik tangan Byakta dengan paksa. “Buruan, aku haus. Entar beli itu filter air minum aja, pasang d
Baca selengkapnya
Kehidupan Lain
Yasmen menggumam lelah. Enggan bangkit dari tempat tidur, karena seluruh sendi di tubuhnya benar-benar terasa luluh lantak. Nyeri, perih, dan ngilu bercampur jadi satu. Rasanya sungguh berbeda, seperti pertama kali Yasmen menyatu dengan Byakta pagi itu. Apa mungkin karena mereka melakukan hingga lewat tengah malam, sampai akhirnya tubuh Yasmen terasa remuk redam.Ingin merutuk kebodohannya karena terlalu lemah di depan Byakta, tapi Yasmen tidak menampik jika ia menikmatinya semua yang dilakukan sang suami kepadanya. Kalau begini, nasihat yang dimuntahkan Sinar terasa sia-sia belaka.Yasmen kembali jatuh dalam pesona Byakta, dan tidak bisa sama sekali menolaknya.Ternyata, cinta benar-benar telah membutakannya.“Jangan sampai telat ke kantor.”Ucapan tersebut, seketika mengejutkan Yasmen yang baru saja bangun dari tidur lelapnya. Lebih terkejut lagi, ketika ia melihat Byakta sudah sangat rapi dengan setelan jas kerjanya. Yasmen spontan melihat jendela kamar yang sudah sangat terang ben
Baca selengkapnya
Masalah Pribadi
“Ngapain kamu di sini?”Bira yang baru masuk ke dalam ruang kerjanya, cukup terkejut saat mendapati Yasmen sudah berbaring di sofa panjang. Dengan segera, Bira menghampiri putrinya dan duduk tepat di samping tubuh Yasmen. Menempelkan punggung tangannya ke dahi gadis itu dan Bira langsung bernapas lega karena suhu putrinya ternyata normal-normal saja. “Pergi ke ruanganmu sana.”“Bentar, belum jam kerja.” Yasmen menolehkan wajah, pada asisten Bira yang terus berjalan menuju meja kerja. Pria yang bernama Ricky itu menyalakan perangkat komputer, sambil mengeluarkan laptop yang biasa dibawa Bira bepergian. “Om, tolong keluar dulu dong, aku mau ngomong sama Papi.”Riky mengangguk, tapi masih bertahan di tempatnya. “Sebentar, ya, Mbak. Tunggu komputer sama laptopnya nyala.”“Heh, panggil Bapak kalau di kantor,” tegur Bira lalu beranjak menuju meja kerjanya. “Keluar dulu, Rik. Masuk lagi kalau Yasmen sudah keluar.”“Baik, Pak.”Yasmen tidak kunjung bangkit dari posisinya, meskipun Riky sudah
Baca selengkapnya
Paham
“Loh, udah pulang? Kirain lembur lagi.”Yasmen segera berlari kecil menghampiri Byakta, yang baru saja masuk ke dalam kamar. Meraih tangan kosong Byakta yang tidak menenteng tas kerja, lalu menariknya menuju sofa.“Ayo kita bicarain yang tadi pagi,” lanjut Yasmen sudah duduk berdampingan dengan sang suami. Karena sudah berada di rumah, maka Yasmen hendak memperjelas nasib pernikahannya dengan Byakta.“Tadi pagi?” Byakta bersandar lelah sambil menoleh pada sang istri. Sejenak, Byakta kembali mengingat-ngingat mengenai pembicaraannya dengan Yasmen pagi tadi. Setelah mengingatnya, Byakta lalu menghela karena Yasmen masih saja bersikap kekanakan. Seharusnya, Yasmen tidak perlu membicarakan hal yang seperti ini, karena semua keputusan ada di tangan gadis itu. Tidak bisakah Yasmen belajar untuk bersikap realistis dan dewasa seperti Mai?Mai, lagi. Mai, lagi. Apa benar wanita itu sudah benar-benar move on dengan pria yang baru dikenalnya, dan melupakan Byakta?“Hm, bicaralah.”“Itu!” Yasmen
Baca selengkapnya
Semua Nasihat Sinar
Yasmen berjalan gontai keluar rumah, sambil memijat bahu, leher, serta lengannya bergantian. Sesuai kesepakatan, Yasmen tidak boleh mengeluh dengan apa yang telah terjadi kemarin malam. Meskipun tubuhnya kini luar biasa pegal di segala sisi, tapi Yasmen tetap bungkam dan berusaha untuk tidak merengek pada Byakta.“Kenapa lagi?” tanya Byakta yang baru saja menutup pintu mobil setelah meletakkan tas laptopnya di kursi penumpang. Sebelum mengitari roda empatnya, Byakta melihat Yasmen yang baru melewati pintu sambil merungut. Tangan istrinya itu pun sibuk memijat bahu, dan sesekali meringis dengan wajah kesal.“Nggak papa!” jawab Yasmen ketus dengan memperlihatkan wajah datar. Menjaga mulutnya untuk tidak mengeluh, maupun merengek karena nyeri yang dirasa di seluruh tubuhnya. Ternyata, kehidupan seorang istri tidak seindah yang dibayangkan Yasmen. Mengapa hidupnya tidak bisa seperti sang mami, atau Sinar? Hanya tinggal duduk diam di rumah, dan menikmati hari-hari dengan sesuka hati. Buka
Baca selengkapnya
Friend With Benefits
“Lunch?”Satu jam sebelum makan siang, Yasmen menerima notifikasi chat dari nomor yang tidak tertera di dalam daftar kontak teleponnya. Karena penasaran, Yasmen buru-buru membukanya dan melihat foto profil yang menampilkan logo sebuah perusahaan yang sama sekali tidak diketahuinya. Semakin penasaran, Yasmen pun langsung membalas chat dari seseorang yang mengajaknya makan siang.“Siapa lo?” ketik Yasmen lalu mengirimkannya dengan segera. Baru saja Yasmen meletakkan kembali ponselnya di sebelah keyboard, benda persegi nan mahal itu kembali berbunyi singkat.Karena tidak ingin bolak balik memegang ponsel, Yasmen berinisiatif memasang aplikasi chat berlogo hijau tersebut di browsernya. Tidak perlu menunggu lama, Yasmen akhirnya sudah bisa menggunakannya aplikasi tersebut, dan langsung membalas chat yang diterima melalui komputer kantor yang saat ini digunakannya.“Endy.”Yasmen membulatkan bibirnya saat membaca jawaban singkat tersebut. Merasa tidak memiliki janji makan siang dengan siapa
Baca selengkapnya
Kita Deal
“Wait …” Tanpa canggung, Endy mengusap lengan Yasmen untuk beberapa detik. Ia pun terkekeh santai, saat melihat wajah syok dan kebingungan Yasmen dalam satu waktu. Namun, karena lawan bicaranya saat ini bukanlah sang ibu suri, maka Endy tidak perlu mengeluarkan effort yang terlalu besar. “Jangan diartikan ke mana-mana dulu.”“Terus, gimana maksudnya tadi?” tanya Yasmen dengan polosnya. “Mas Endy bilang friend with benefits, kan?”“Benefits dalam arti yang sebenarnya,” sahut Endy kembali terkekeh untuk sejenak. “Kalau proposalku tembus, kamu bisa minta apapun yang kamu mau. That’s why I said friend with benefits. Saling menguntungkan, kan?”“Ooh …” Bibir Yasmen akhirnya membulat dengan anggukan paham. Dalam situasi seperti sekarang, tentunya Yasmen tidak akan menolak jika disuguhi angin segar seperti ini. “Beneran aku bisa minta apa aja?”“Bener!”“Kalau permintaanku lebih besar dari nilai proposal yang tembus gimana?” Yasmen mengangkat sebelah alisnya, seolah menantang Endy. Memangnya
Baca selengkapnya
Lembur
"Nanti aku kirim filenya dulu, biar kamu bisa baca dan pelajari nanti malam." Endy menghentikan mobilnya tepat lurus di depan pintu lobi Casteel High. Makan siang mereka barusan cukup berjalan lancar dan juga menyenangkan. Ternyata, sifat gadis itu sungguh berbanding terbalik dengan Mai yang selalu saja berkata dengan intonasi sinis kepadanya. Sementara Yasmen, gadis itu selalu terlihat ceria dan terbuka dengan hal apapun."Terus, besok siang aku ke sini lagi ngantar proposalnya ke kamu," tambah Endy.Kedua alis Yasmen mengerut sambil membuka sabuk pengaman dengan cepat. Yasmen tidak ingin membuat antrian panjang mobil di belakangnya. "Mas Endy mau ke sini lagi?"Endy mengangguk. "Iya, kita bisa makan siang lagi di tempat lain yang dekat-dekat sini. Gimana? Nggak papa, kan?"“Ya, nggak papa juga.” Yasmen bergegas menyampirkan tasnya di bahu, lalu membuka pintu mobil yang kacanya baru saja terbuka. “Ya udah, deh. Makasih traktirannya, ya, Mas. See ya!”Yasmen bergegas keluar lalu menut
Baca selengkapnya
Jangan Lembur
Yasmen menguap. Semakin larut, tubuh Yasmen semakin diselimuti rasa lelah yang tidak terkira. Baru kali ini Yasmen hanya duduk di depan komputer dan mengerjakan sesuatu dari pagi, hingga malam menjelang. Bahkan, Yasmen tidak seperti ini ketika ia mengerjakan skripsi yang begitu memusingkan. Sebenarnya, bukan hanya Yasmen yang masih berada di kantor malam ini. Ada Byakta, Ratna dan dua orang karyawan lagi yang masih disibukkan dengan pekerjaannya. Sementara itu, dua karyawan lain dari divisi yang sama, sudah lebih dulu pulang karena pekerjaan mereka telah selesai. Tepat jam delapan malam, Yasmen melirik Byakta yang baru keluar dari ruangannya. Dengan lengan kemeja putih yang sudah tergulung rapi hingga sebatas siku, dan dasi yang sudah tertarik longgar, membuat Yasmen mendadak menelan ludah. “Kalian bisa pulang, dan besok saya kasih dispensasi setengah jam dari jam masuk kerja. Terima kasih.” Setelah Byakta masuk kembali ke ruangannya, semua staf yang masih berada di tempat segera m
Baca selengkapnya
Bersabar
Setelah mobil Bira semakin jauh dari pandangan, kedua bahu Yasmen langsung merosot gontai. Tubuhnya berputar 90 derajat, kemudian berjalan dengan sisa-sisa tenaga yang dimilikinya. Sedikit menjauh dari Byakta, menuju mobil yang sebenarnya sudah berhenti di belakang mobil Bira sedari tadi.Tanpa menoleh lagi, Yasmen masuk ke dalam mobil yang pintunya baru saja dibuka oleh Kohar. “Makasih, Pak. Langsung pulang, ya. Tapi, jalannya pelan-pelan aja, biar tidurnya agak lamaan.”“Siap, Mbak.”Yasmen baru saja merangkak masuk dan hendak membaringkan tubuhnya, ketika suara Byakta begitu dekat terdengar di telinga. Lantas, Yasmen menoleh dan mendapati Byakta baru saja duduk tepat di sebelahnya lalu menutup pintu mobil.“Mas By! Ngapain di sini!”“Kamu nggak lihat aku lagi ngapain?” Byakta meletakkan tas kerjanya di kursi depan, lalu menyandarkan tubuhnya dan memejamkan mata“Iya tahu, tapi kenapa masuk mobilku?” Yasmen memutar tubuhnya untuk melihat Byakta. Rasa kantuk yang tadinya sudah mengga
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status