Semua Bab Terpaksa Menikah dengan CEO: Bab 41 - Bab 50
60 Bab
BAB 41
Raven setia menunggu hingga Nana keluar dari kamar mandi. Laki-laki itu tahu ada yang salah dengan sikap Nana. Raven juga tahu bahwa Nana adalah jenis orang yang lebih suka memendam segalanya di banding bicara, jadi memang harus Raven yang bertanya sampai Nana mau bicara. Raven tidak mau ada kesalahpahaman sekecil apapun dengan istri cantiknya itu.Lima menit kemudian Nana akhirnya keluar dari kamar mandi, dan sedikit kaget melihat Raven berdiri di depan pintu kamar mandi sambil mersedekap menatapnya. “Mas mau mandi juga?” Tanya Nana pelan. Gadis itu tahu, Raven sepertinya peka dengan keterdiamannya tadi.“Ayo kita bicara!” Ajak Raven lembut.“Tapi mas ak—”“Naaaa, mas nggak mau kamu simpan sendiri apapun itu!” potong Raven cepat. Nana tidak bisa berkutik jika Nada suara Raven sudah tidak ingin di bantah seperti itu. Akhirnya Nana mengikuti langkah Raven dengan berdebar. Pasti Raven akan memaksanya bic
Baca selengkapnya
BAB 42
Pagi ini Raven sudah mulai sibuk, ada banyak agenda pertemuan yang harus dia hadiri. Tapi tidak tega membangunkan Nana yang terlihat masih begitu damai dalam tidurnya. Laki-laki itu tersenyum, mengecup bibir Nana mesra kemudian beranjak dengan hati-hati dari ranjang menuju kamar mandi.Setelah menyelesaikan ritual paginya, Raven memesan sarapan kemudian membuka laptopnya sebentar untuk mengecek email sambil memandangi wajah Nana yang masih terlihat damai dan semakin terlihat cantik setiap hari. Raven kembali tersenyum mengingat obrolan mereka kemarin. Nana rupanya sudah membangun perasaan untuk Raven diam-diam. Sehingga sudah mampu menghadirkan cemburu yang caranya juga masih terlalu menggemaskan dimata Raven.Raven sangat maklum, karena sejak dulu, managernya yang bernama Siska itu memang memiliki perasaan lebih pada Raven. Raven selalu pura-pura tidak tahu dan mengabaikannya. Tapi jika perasaan Siska mulai membuat Nana tidak nyaman maka Raven tidak bisa diam saja. Ra
Baca selengkapnya
BAB 43
Ketika Nana bangun, matahari sudah terlihat cerah. Raven sudah tidak ada di sampingnya dan keadaan kamar sudah sedikit rapih. Nana melihat ke sekitar dan menemukan ada senampan makanan dengan sebuah Note kecil yang Nana yakin di tulis oleh Raven. “Selamat pagi istriku yang cantik, jangan lupa rotinya dimakan.” Tulisan manis dengan diakhiri emoticon bentuk hati yang di bawahnya ada nama Raven itu, sukses membuat pagi Nana menjadi sangat cerah. Gadis itu tersenyum dan memeluk catatan kecil itu dengan bahagia. Persis seperti seorang remaja yang baru saja mendapatkan surat cinta dari pujaan hatinya.“Mas Raven romantis.” Gumamnya seorang diri, kemudian memakan roti isi yang di tinggalkan Raven dan beranjak menuju kamar mandi untuk memulai ritual paginya. Nana memilah bajunya, kemudian memakai dress berwarna putih gading yang dibelikan Anggi. Mengikat rambutnya ekor kuda dan sedikit memakai skincare hariannya. Kemudian memutuskan untuk berjalan-jalan sebena
Baca selengkapnya
BAB 44
Ada sedikit rasa takut meninggalkan Nana sendirian setelah mendengar bahwa istri kecilnya itu melihat seorang laki-laki yang mirip Adit. Raven sudah menelpon Miko dan memintanya memastikan bahwa si brengsek itu benar-benar masih di penjara atau tidak. Tapi Miko membutuhkan waktu untuk memastikannya sehingga Raven hanya bisa bersabar saja.“Nana nggak papa kan mas tinggal sendiri?” Raven memastikan lagi. Siang ini ada meeting lagi yang harus Raven hadiri dan Nana tidak mungkin diajak kesana.“Nggak papa kok mas, kan ada mbak Lestari sama mbak Yuni. Mas jadi khawatir karena Nana bilang lihat orang mirip mas Adit yah? Mas tenang saja, kayaknya Nana salah lihat soalnya dari kejauhan. Mas nggak usah takut yah, Nana pasti baik-baik aja kok.” Ucap gadis itu dengan senyuman manisnya. Yang tidak pernah membuat Raven bosan walau hanya memandangnya saja. Raven kemudian mendesah dan menarik Nana dalam pelukannya.“Jangan keluar dari hotel ini y
Baca selengkapnya
BAB 45
Raven langsung berlari ke kamarnya meninggalkan meeting ketika Miko memberithaukan bahwa dua hari lalu ternyata Adit kabur dari tahanan. Dan semakin frustasi ketika melihat Lestari dan Yuni tergeletak tidak sadarkan diri dan Nana tidak ada.“Sayang, kamu di dalam?” Raven masih berharap Nana ada di dalam kamar mandi tapi ternyata pintunya tidak terkunci dan yang lebih membuat Raven ingin mengamuk adalah karena laki-laki itu menemukan beberapa alat tes kehamilan menunjukan positif tergeletak di kamar mandi. Lalu dering ponsel Nana di kasur membuat Raven segera keluar dari kamar mandi dan mengangkatnya. Rupanya Anggi yang memanggil.“Hallo Na, gimana hasilnya? Posistif nggak?” ucap Anggi dengan nada penarasan, Raven terduduk di samping tempat tidur dan sebulir air matanya jatuh.“Nana nggak ada mah.” Ucapnya sambil terisak. Pertama kali dalam hidupnya, Raven menangis seperti ini dan dia tunjukkan pada Anggi.“Nggak a
Baca selengkapnya
BAB 46
Nana sudah berkeringat dingin ketika Adit memaksanya untuk masuk ke dalam ruamh tua yang begitu menyeramkan. Apalagi melihat senyuman mesum Adit yang ditujukkan padanya. Nana kembali menangis, berharap Raven segera menyelamatkannya dari situasi menyeramkan ini. Nana berjanji akan menjadi istri dan ibu yang patuh jika dia selamat. Nana sangat mencintai Raven dan dia akan mengatakannya berulang kali jika selamat nanti. Kejadian ini membuat Nana sadar bahwa waktu bisa membawa manusia ke dalam situasi apapun tanpa di sangka-sangka. Sehingga ketika Tuhan memberikan waktu pada manusia untuk mencintai dan dicintai, mereka harus bersyukur dan saling membahagiakan.“Sebelum aku menjadikanmu mayat dan membuangku ke lautan, sepertinya akan sedikit menghibur jika aku mencicipi sedikit tubuhmu yang tidak sexy ini.” Ucap Adit. Nana gemetar, dan tidak berani menatap laki-laki jahat itu. Nana memejamkan matanya sambil terus berdoa. Semoga saja tuhan masih berbaik hati untuk mempe
Baca selengkapnya
BAB 47
Ketika Nana membuka mata, orang pertama yang dia lihat adalah Raven yang tertidur di sampingnya sambil bertopang pada salah satu tangannya. Terlihat jauh sekali berbeda dari Raven yang biasanya selalu rapih dan wangi. Raven yang Nana lihat sekarang rambutnya kusut, ada kantung mata yang terlihat jelas dan wajahnya tampak lelah. Tapi hati Nana menghangat menyadari bahwa salah satu tangan Raven menggenggam tangannya erat.Sebutir air mata jatuh di pipi Nana, gadis itu masih ketakutan jika mengingat kejadian kemarin. Nana kemudian meraba perutnya yang memang masih rata sambil terisak. Pergerakannya di rasakan oleh Raven sehingga laki-laki itu membuka matanya dan tersenyum lega melihat istri kecilnya sudah sadar.Raven mengulurkan tangannya untuk menghapus air mata di pipi Nana kemudian mengecup bibirnya tanpa bicara apapun. Lalu setelahnya dia memeluk Nana masih tanpa suara membuat Nana menyadari apa yang sebenarnya terlah terjadi. Nana kembali terisak dan menangis semaki
Baca selengkapnya
BAB 48
Tidak ada kehilangan yang mudah, terutama bagi Nana yang masih terlalu muda. Diasanlah peran Raven dibutuhkan. Nana masih terus menangis bahkan dalam tidurnya. Tapi Raven selalu berada disampingnya, menggenggam tangannya dan membisikkan kata cinta sebagai pengingat bahwa Nana tidak pernah sendirian menghadapi semua itu.Hari ini sudah hari ke empat Nana di rawat. Raven menitipkannya pada Anggi sebentar karena masih ada sisa masalah yang harus dia selesaikan. Adit memang berhasil tertangkap dan Raka menyewa banyak pengacara untuk memastikan laki-laki itu membusuk di penjara. Bahkan Raka sempat memukulinya sampai babak belur ketika dia datang ke kantor polisi. Tentunya tidak ada satupun Polisi yang keberatan dengan apa yang Raka lakukan.Tapi rupanya Siska berhasil kabur dan Raven bertekad bahwa dia tidak akan pernah membiarkan wanita itu lolos. Ketika Raven menginjakkan kakinya di hotel setelah semua yang terjadi, semua orang menunduk hormat dan sedikit takut merasakan
Baca selengkapnya
BAB 49
Dalam perjalanan menuju Rumah Sakit, beberapa kali Raven menitikkan air matanya. Menangis dalam diam karena sesungguhnya dia juga sangat terluka. Belum lagi mengingat seberapa terpuruknya Nana atas kehilangan ini. Menambah rasa sakitnya yang memang sudah menggunung.“Tolong ke toko bunga dulu.” Ucap Raven yang diangguki oleh supirnya. Dan ketika sampai disana, Raven membeli buket bunga Anyelir merah yang cantik dan masuk kembali ke dalam mobilnya. “Kita ke Vila!” Perintah Raven lagi. Sang sopir mengangguk.Raven memang memilih untuk memakamkan calon bayinya itu di halaman belakang Vila yang dibeli olehnya untuk berduaan dengan Nana. Disana ada taman bunga yang indah impian Nana. Dan sekarang taman bunga itu Raven harapkan bisa menjadi taman bermain untuk anaknya dalam keabadian.Raven sendiri belum berani mengatakan mengenai pemakaman ini. Raven masih berusaha menjauhkan topik tentang anak dari Nana. Berharap emosi Nana tenang dulu, baru
Baca selengkapnya
BAB 50
Melangkah kembali setelah kehilangan yang menyakitkan itu tidak mudah. Tiga bulan bahkan sudah berlalu tapi Nana kadang masih menangis jika mengingatnya. Untung saja Nana memiliki Raven di sampingnya yang walaupun Nana tahu dia juga terluka, tapi selalu berusaha untuk kuat dan terlihat tegar di hadapan Nana. Membuat Nana mulai berpikir bahwa dia juga harus menjadi wanita yang kuat dan pintar agar bisa terus berdiri tegak di samping laki-laki hebat seperti Raven.Pagi ini Nana sudah rapi dan wangi. Tapi dia juga sudah tiga kali berganti baju karena Raven terus mengomentarinya dan menyuruhnya berganti. Akhirnya di putuskan Nana menggunakan kemeja warna pastel dan celana bahan warna hitam. Tapi dimata Raven itu masih terlalu cantik dan membuatnya kesal.“Wahhh menantu mama cantik banget mau kuliah.” Anggi langsung memeluk Nana dengan suka cita. Tapi matanya melirik wajah Raven yang sudah di tekuk sejak pertama muncul.“Nana deg-degan, doakan yah m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status