Semua Bab Choosing Between Dragon and Werewolf (Indonesian): Bab 41 - Bab 50
126 Bab
Bab 41
Mata pria itu mengerjap sesaat, lalu kembali terkunci pada bola yang masih berada di genggamannya sambil menyunggingkan senyum lembut yang kontras dengan wajah maskulin kerasnya.   “Dia penghiburku. Ingat saat kamu masih kecil dan sering main di hutan?”   Sekarang, ada satu orang lagi di masa lalunya yang tidak ia ingat, muncul di hadapannya. Bedanya, ia sama sekali tidak mengenal sosok pria itu. Tidak pernah ia ingat bahwa ia pernah bertemu dengan pria berwajah arogan dengan penampilan seberantakan William sampai terakhir sebelum kedua kakinya hancur dan harus diamputasi.    “Aku percaya kamu memiliki sesuatu yang kubutuhkan,” ujar pria itu seraya memasukkan bola kembali ke dalam jaket bombernya, menatapnya lekat hingga membuatnya canggung. Bisa saja ia mengalihkan pan
Baca selengkapnya
Bab 42
Karl geram, tidak sanggup lagi menahan amarahnya begitu mendengar langsung dari Gavin penyebab dari kegagalan rencananya. Harusnya ia mendengarkan saran Erick beberapa waktu yang lalu, saat memintanya untuk waspada dengan mantan tunangannya. Sejak dulu, wanita itu dibesarkan dengan kasih sayang berlebih dari orang-orang sekitar, membentuk kepribadian manja yang tidak mau mengakui kekalahannya sedikit pun. Beranggapan bahwa selama ia masih bisa mendapatkannya, ia akan mendapatkannya walaupun dengan cara kotor sekalipun. Seperti menyerang Nikki. Padahal, sudah berulang kali ia sudah mengucapkan pada Odelia bahwa pertunangan mereka itu sudah batal, bahkan sebelum benar-benar diresmikan. Entah angin apa yang berembus sehingga mengacaukan pikiran Odelia, membuat wanita itu terus beranggapan bahwa mereka sudah resmi bertunangan. Bahkan sampai berdelusi bahwa ia dan wanita itu mengenakan cincin pertunangan sebagai tanda resminya hubungan mereka. 
Baca selengkapnya
Bab 43
Erick tidak kuasa untuk menahan tawa begitu melihat antusiasme tinggi Theodore––pacarnya yang baru saja pulih setelah mendapatkan serangan dari pria bangsat yang kini sudah tidak mungkin lagi bisa menyakiti pria itu setelah Karl membunuhnya, bahwa ia sudah menyiapkan tiket penerbangan ke Spanyol selama empat hari. Seperti sekarang, menyeretnya untuk berbelanja di salah satu pusat perbelanjaan terbesar di kota Waterford, beralasan ingin membeli pakaian baru dan juga koper. Alasan yang bisa ia mengerti karena sepanjang hidupnya, pacar laki-lakinya itu tidak pernah menginjakkan kakinya untuk keluar dari area Waterford.    Tidak masalah memang. Selama ia masih bisa melihat senyum lebar di wajah pria itu yang selalu berhasil mengalihkan dunianya dari apa pun. Membuat perhatiannya hanya tertuju pada pria yang kini tengah mengajaknya untuk memasuki butik Valentino. Ia menikmati setiap detik wak
Baca selengkapnya
Bab 44
Stephen berada di luar ruang kosong yang beralih fungsi menjadi ruang perawatan Gavin, merapatkan seluruh tangannya dengan cemas, memikirkan kondisi Nikki yang masih belum ada perkembangan paska wanita itu memilih untuk menerima tawaran William dan Karl yang masih belum juga mengabarinya.    Ia terus mengentakkan kakinya, menyalahi ketololannya karena sempat merasa terintimidasi oleh aura manusia serigala yang kuat dari William Schneider. Harusnya saat itu ia langsung saja menghajar pria itu seketika, sehingga tidak akan ada peluang bagi pria itu untuk mendapatkan Nikki. Sehingga ia bisa tetap melihat Nikki yang mungkin saja saat ini tengah berada di sampingnya, tersenyum lembut dengan senyuman seperti malaikat dalam lukisan zaman Rennaissance.    Tapi nyatanya wanita itu tidak bersamanya. Tidak di sampingnya. Bahkan mengom
Baca selengkapnya
Bab 45
“Kalian pasti sedang bercanda, kan?”   Nora sekarang menggembungkan kedua pipinya dengan kedua tangan bersedekap di depan dada, duduk bersial di atas kursi sofa. Mengenakan oversized sweater abu-abu, rambut pirang pendek (yang seingatnya bukan itu model rambut Nora tapi apa pedulinya), dan short jeans yang memperlihatkan kaki jenjangnya, Nora menatap tajam pada mereka berdua, menjawab permintaaannya dan Karl dengan gelengan kepala cepat.   “Tidak bisa. Tidak mau. Nora nggak mau terlibat dalam urusan serumit itu.”   Karl memainkan tangannya, menghalau kekalutannya karena mendengar penolakan Nora. “Tapi pacarku dalam bahaya––”   “Aku juga akan berada dalam bahaya jika menuruti permintaanmu. Apa bayaran yang bisa kudap
Baca selengkapnya
Bab 46
Sudah dua jam berlalu sejak William menguncinya di kamar. Harus ia akui, kamar ini memenuhi seleranya. Sepasang sandal rumah berbentuk kepala domba. Ruangan dengan dekorasi yang sama seperti zaman Versailles. Kasur yang empuk dan besar. Meja rias yang penuh dengan skin care dan juga makeup ringan yang ia tidak tahu bagaimana William mengetahuinya, tapi memang memenuhi seleranya. Bahkan di kamar mandi, ia bisa menemukan rangkaian perawatan kulit wajah untuk kulit sensitif––jenis yang paling aman dibeli jika yang membelikan masih belum mengetahui pasti tipe jenis kulit penerima barang tersebut. Barang-barang di sana dipenuhi oleh aroma dari campuran berbagai bunga yang tidak familiar dengannya, namun begitu menenangkan.   Kini, ia mendengar suara ketukan pintu dua kali, disusul terbukanya pintu itu, memunculkan sosok William yang berjalan masuk menghampirinya dengan penampilan yang jauh lebih r
Baca selengkapnya
Bab 47
Peti mati itu ternyata memiliki tutup transparan, sehingga ia bisa melihat jelas apa yang ada di dalam peti mati itu. Ia terkesiap, menutup mulutnya dengan kedua tangannya dan mundur beberapa langkah saking terkejutnya, saat kedua matanya tadi melihat jelas kondisi mayat dari orang yang disebut William sebagai orangtuanya itu. Tubuh mereka tidak membusuk seperti seharusnya mayat pada umumnya. Sepertinya diawetkan dengan teknik pembalseman atau apa pun namanya. Ekspresi mereka saat menghadapi ajal mereka begitu menakutkan, penuh pancaran putus asa, tengah meminta siapa pun orang yang menyerang mereka untuk memberi mereka pengampunan.   “Mereka ini manusia yang mau menampungku saat aku dijebak oleh kaum serigala yang ketakutan dengan immortalitas yang kudapatkan untuk menjadi budak. Berulang kali berganti majikan, sampai akhirnya mereka berdua-lah yang memberiku kebebasan yang sudah lama tidak
Baca selengkapnya
Bab 48
“Selamat datang, Veronica Darren. Senang akhirnya bisa bertemu denganmu.”   Seorang anak perempuan dengan oversized sweater abu-abu dan rambut pendek berwarna pirang terang berdiri di hadapan mereka dengan senyum puas terukir di wajahnya. Ekspresinya tampak jauh lebih dewasa dibandingkan wajahnya. Masih kebingungan mendapati keberadaan seorang anak perempuan yang sepertinya berusia dua belas tahun itu di ruangan yang hanya diterangi oleh cahaya lampu dengan aliran listrik yang aneh mengelilingi mereka. Karl dan Stephen menjauhkan lengan mereka darinya, menarik napas lega sambil beranjak dari tempat mereka, membantunya juga untuk berdiri.    “Ah, aku tahu wajah ini,” sahut anak perempuan itu, tidak menutupi kejengkelan yang tampak di wajahnya. “Nora Lavender. Panggil saja Nora. Dan sebagai informasi, umurku jauh lebih tua daripad
Baca selengkapnya
Bab 49
Bianca sekilas mengamati kakaknya dari luar pintu butik yang berbahan kaca, tengah asyik memilih pakaian sementara Erick berada di belakang kakak laki-lakinya. Melihat wajah bahagia kakak laki-lakinya yang tampak menyambut antusias liburan empat hari mereka sudah lebih dari cukup membuatnya ikut senang. Untuk kali pertama, ia bukan melihat wajah kakak laki-lakinya yang muram, selalu serius dengan pekerjaan yang ia curahkan sepenuh hati namun tidak pernah dihargai sedikit pun oleh semua bawahan klan Pedrosa dan juga anggota klan lain karena statusnya sebagai anak haram. Klan vampir bisa dikatakan, masih memiliki pandangan yang cukup konservatif mengenai hubungan di luar pernikahan, walaupun mereka juga tidak mempermasalahkan soal gender dalam kehidupan mereka seperti manusia.    Tapi tradisi? Jika diibaratkan klan vampir itu seperti agama, maka bisa ia katakan bahwa vampir itu mirip seper
Baca selengkapnya
Bab 50
Erna ketakutan. Menjerit, memeluk tubuh Alec yang perlahan kehilangan kehangatannya akibat darah yang terus mengalir keluar dari luka di leher dan dada pria itu saat mencoba melindunginya dari serangan seseorang yang tidak ia kenal itu. Air matanya terus mengalir, mendapati kedua mata Alec yang terpejam. Memperlihatkannya ekspresi tenang yang tidak ingin ia lihat dari pria itu sekarang.   Tidak. Demi Tuhan, ia tidak pernah menginginkan semua ini terjadi padanya. Ini di luar rencananya. Rencananya hari ini hanya sederhana; ia ingin menghabiskan waktunya mengajak pria itu berjalan-jalan, membelikan pakaian baru untuk pria itu––sesuai janjinya beberapa waktu yang lalu. Meminta pria itu untuk memilih sendiri pakaian yang akan digunakan untuk kencan mereka yang berikutnya. Ia bahkan sudah merencanakan tempat kencan mereka sebelumnya, juga membayangkan seperti apa kencan mereka selanjutnya. Ia akan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status