All Chapters of LOVE & DESTINY: Chapter 41 - Chapter 50
75 Chapters
Mediasi
Apartemen, Podomoro City             Hari pun berlalu begitu saja. Hari ini, Mikaela tengah bersiap untuk menghadiri mediasi untuk mengurus perceraiannya dengan Marcel. Dia berulang kali menatap dirinya dicermin sambil menghela napasnya dalam-dalam. Dia ingin benar-benar siap menghadapi segala kenyataan yang pahit itu. Setelah itu, dia berjalan menuju ruang makan untuk sarapan bersama Willy. “Kamu sudah siap, Cassie? Bagaimana kalau aku mengantarkanmu?” tawar Willy sambil mengoleskan selai ke roti untuk Mikaela. Mikaela hanya mengangguk sebagai jawaban. ‘Ternyata dia tidak benar-benar siap. Aku tahu Cassie, ada sesuatu yang mengganjal dihatimu saat ini. Dan aku tahu, kalau sebenarnya hatimu mulai berpaling tapi kamu berusaha menyangkalnya.’ Willy membatin sambil menatap diam-diam Mikaela yang memakan sarapannya perlahan. Melihat itu, Willy memilih bersiap dan membiarkan Mikaela sendiri dulu. Setel
Read more
Memberi Kepercayaan
Sejak pertama bertemu, rasa itu muncul tapi Mikaela tidak menyadarinya. Saat Marcel menuangkan seluruh emosinya dimalam itu, meski Mikaela membencinya namun dia dapat merasakan luka yang dirasakan oleh Marcel. Saat Marcel pergi, ada setitik kekecewaan didalam hatinya. Saat mengandung Selena, dia merasakan kerinduan akan sosok pria itu dan saat pria itu kembali, entah kenapa dia tidak ingin pria itu pergi. Dia tidak cemburu pada Michelle, tapi dia tidak mau Michelle membuat pria itu meninggalkannya lagi. Dia tidak tahu dan tidak mau tahu tentang apa yang dia rasakan saat ini. Dia senang ketika Marcel memperjuangkannya. Dia senang saat Marcel begitu menghormati dan menyayanginya. Dia bahagia saat Marcel mengerti dirinya dan tidak menuntut apapun darinya. Marcel itu pria yang baik dan dilubuk hatinya terdalam dia ingin membangun hubungan baru dengan Marcel. “Tapi tidak bisa! Tidak bisa, Mikaela! Kau tidak benar-benar mencintainya, hikss!! Dia tidak layak untuk kau cinta
Read more
Masa Lalu William
Apartement, Podomoro City Willy POV             Aku sudah lega setelah menyatakan semuanya. Cassie-ku memang pantas dibahagiakan oleh orang yang tepat. Aku tidak tepat buatnya karena dia membutuhkan pelindung. Semakin hari aku merasa tubuhku semakin lemah dan mulai sulit melakukan pergerakan. Ini efek penyakit yang sudah kuderita sejak umur 20 tahun. Ya, waktu itu hanya sekedar gejala, tapi lambat laun ternyata menjadi penyakit yang menggerogoti tubuhku.             Ah seharusnya aku sudah mati 20 tahun yang lalu karena kecelakaan bersama kedua orang tuaku. Tapi Tuhan memberi sebuah keajaiban dengan masih membiarkan aku membuka mata dan bernapas. Meski aku menjadi buta warna dan mengalami kerusakan serius pada sel saraf di kepalaku. Tapi aku mesti bersyukur masih bisa bernapas samapi dektik ini. Entah kenapa, saat mengingat keadaanku ini, aku teringat
Read more
Agak keras Kepala
Mikaela sudah kembali ke apartemen Willy pada saat malam. Kini Willy membawakan teh untuk wanita itu supaya bisa menenangkan dirinya. Willy juga bisa memerhatikan bahwa mata wanita sembab dan pasti dia baru saja menangis. “Aku tahu kamu tidak mau rujuk, Cassie! Tapi menurutku, Marcel layak mendapat kesempatan,” ujar Willy membuka pembicaraan. “Entahlah Wil, aku tidak tahu. Aku ingin bertemu Selena besok. Aku tidak ingin mendengar apapun soal Marcel saat ini. Boleh aku istirahat disini?”, Mikaela memilih mengalihkan pembicaraan sambil minta izin pada Willy. “Tentu saja, apartemen ini akan selalu terbuka buatmu. Tenangkan pikiranmu ya, dear. Kamu harus kuat bahkan tanpa diriku ya,” jawab Willy dengan pesan tersirat tak disadari Mikaela. Wanita itu terlalu stress memikirkan semuanya. “Mmmhh… makasih ya,” jawab Mikaela lalu pergi ke kamar untuk beristirahat.   Mansion Keluarga Djuanda “Selena sayang! Mama datang!” Mikaela lang
Read more
Pernikahan Michael
SWISS HOTEL BALLROOM             Kini Mikaela turun dari mobilnya ditunggui oleh Marcel supaya masuk ke dalam gedung bersamaan. Tentu saja mereka tidak mau ada yang tahu kalau saat ini mereka masih dalam proses perceraian. Saat melihat penampilan Mikaela, lagi-lagi Marcel mau tak mau terpesona. Dia mengenakan kebaya biru dongker dipayet penuh dan rok batik duyung yang begitu indah dan menawan. Rambutnya disanggul dan make upnya yang begitu cocok dengan busananya. Kecantikan seorang Mikaela memang tidak ada duanya. “Ah, aku salah ya? Kata mama tadi temanya biru dongker. Semalam aku ke butik sih mencarinya. ”ujar Mikaela saat melihat Marcel yang terus terdiam memandanginya sedari tadi. “Ah, kamu cantik sekali! Itu yang ingin saya sampaikan.” jawab Marcel jujur membuat Mikaela memerah. Tapi wanita itu malah memalingkan wajahnya tak mau pria itu melihat ekspresinya saat ini. “Jangan merayuku!
Read more
Sebuah Cerita
Apartemen, Podomoro City             Acara pernikahan sudah selesai dan Mikaela pulang saat tengah malam ke apartemennya Willy. Ya, memang acara pernikahan Michael dan Michelle dimulai jam enam sore tadi. Dan jelas saja, Mikaela masih belum mau pulang ke kondominium apartemen milik Marcel. “Bagaimana acaranya, dear?” tanya Willy yang terlihat membaca buku di ruang tamu. “Wil? Kamu belum tidur? Ah, begitulah! Acara pernikahan biasa.” jawab Mikaela sebenarnya agak terkejut. Tapi, dia melangkahkan dirinya sambil duduk disebelah Willy. “Kamu… baca Kitab Suci? Semalam ini?” tanya Mikaela heran. “Apa yang salah? Ini adalah buku yang selalu menemani kesepianku. Aku serasa mendengar Tuhan bicara padaku jika membaca buku ini.” jawab Willy tak lupa dengan senyuman diwajah tampannya. “Kamu gak bosen? Dari dulu, kamu seperti gak berhenti membaca buku itu.” tanya Mikaela lagi. “Tidak, b
Read more
Tak Ingin Kau Tahu
Kondominium Apartemen, Podomoro City             Marcel kini sedang tersenyum memandangi bunga yang tadi sempat dia berikan kepada Mikaela. Dia bahagia wanita itu mau menerima bunga darinya. Ini juga pertama kalinya dia berdansa dan itu adalah dengan istrinya. “Aku semakin yakin kalau aku sudah mulai mencintainya. Dia adalah takdir yang digariskan Tuhan bagiku. Aku tidak akan menyia-nyiakan dirinya sedikitpun.” gumam Marcel dengan nada bahagia.             Meskipun Mikaela kini sedang bersama Willy, dia tahu kalau disana Willy akan menjaga wanita itu dengan baik. Lagipula, Willy sendiri yang memintanya untuk kembali bersama Mikaela. Dia sadar kalau Willy memang orang yang benar-benar baik meski dia memiliki keterbatasan. ‘Terima kasih untuk kepercayaanmu William! Mikaela akan selalu aman bersamaku! Aku akan menjaganya sepenuh hatiku’, tekad Ma
Read more
Dia Membutuhkan Kita
Mansion Djuanda             Sesampainya di mansion keluarganya, Mikaela langsung berlari dengan cepat untuk menghampiri Selena. Perasaannya terus menerus tidak karuan sepanjang jalan. Hatinya sangat sedih ketika mendengar putrinya sakit dan dia tidak ada disitu. Dia menyesali kenyataan bahwa Selena adalah korban dari keegoisan dirinya. “Sayang! Gimana keadaan kamu?” Mikaela langsung memgegang tangan Selena sambil mengelus dahi putrinya. ‘Panas!’ pikirnya panik saat menyentuh dahi Selena. “Bu, kita harus membawanya ke rumah sakit,” ucap dokter yang dipanggil oleh keluarga Djuanda. “Ya sudah! Kenapa kalian menunda lagi sih?!” marah Mikaela karena panik dengan kondisi Selena. “Maaf, Kaela. Tapi Selena terus menerus memanggil papa dan mamanya. Dia dari semalam tidak mau makan karena merindukan kalian,” jelas Anye membuat Mikaela dan Marcel terpukul karena kenyataan ini. “Ayo, k
Read more
Ketegangan Berkurang
Marcel dan Mikaela terus berada disini untuk menjaga putri mereka. Bahkan Marcel mengurus beberapa urusan kantor langsung dari rumah sakit. Kemudian, Elmand dan Ribka datang ke rumah sakit untuk menjenguk cucu kesayangan mereka.“Bagaimana keadaan Selena? Maaf ya, kami baru datang.” Ribka langsung menanyakan kabar Selena pada keduanya.“Dia sudah mulai baik-baik saya. Mungkin besok dia bisa pulang.” Mikaela menjelaskan keadaannya pada Ribka.  Elmand kemudian mengambil posisi untuk duduk disamping putra sulungnya. Dia langsung menepuk pundak Marcel yang kini tengah sibuk dengan laptopnya.“Kamu… baik-baik saja kah?” tanya Elmand pada Marcel dengan nada hangat dan perhatian sebagai seorang ayah.“Baik, Pa!” jawab Marcel lalu menutup laptopnya untuk bicara dengan ayahnya.“Semenjak kamu keluar lagi dari rumah, jujur rumah besar itu terasa sepi lagi nak. Dulu papa tidak peduli sama sekal
Read more
Demi Selena
Rumah Sakit             Mikaela dan Marcel sudah kembali cukup malam kemudian berganti jaga dengan Ribka dan Elmand. Mereka sudah kelihatan lebih baik daripada sebelumnya. Itu membuat Elmand dan Ribka jadi lebih tenang dan yakin hubungan kedua pasti membaik. “Mama sama papa pulang dulu ya. Kalian jaga Selena baik-baik,” pesan Ribka diangguki oleh keduanya.             Sepeninggal Elmand dan Ribka keduanya mengambil posisi masing-masing. Mikaela berada disebelah Selena dan Marcel duduk di sofa sambil memeriksa laptopnya. Mikaela terus memandang Selena sambil tersenyum dan mengelus wajah putri kecilnya itu. “Kenapa ya, Selena mirip denganmu?” tanyanya membuka topik pembicaraan dengan Marcel. “Dia putriku, tentu saja mirip. Tapi sebenarnya bentuk wajahnya menirumu kok.” jawab Marcel kemudian menutup laptopnya dan berjlan menuju sebelah ra
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status