All Chapters of Get Pregnant: Chapter 41 - Chapter 50
81 Chapters
Chapter 41
"Iya suami anda."Perawat kecil itu memandang Caca dengan rasa curiga. Meskipun mereka semua telah diperingatkan dengan keras bahwa mereka tidak boleh memberi tahu Caca tentang Bram, tapi, kan masih boleh mengatakan "Suami".Hanya saja, jangan katakan bahwa suaminya adalah seorang pengusaha muda yang gagah dan sukses. Bramasta Moses. “Suamiku ada di sini?”“Ya dia berada di samping tempat tidur anda selama tiga hari tiga malam, anda tidak tahu? Anda mengalami demam tinggi hingga empat puluh derajat, suhu tubuh tertinggi adalah empat puluh derajat, dan kalau saja sampai terlambat dibawa ke rumah sakit saya rasa otak anda akan terbakar habis, Anda jadi tidak bisa mendengar cerita, suami Anda yang begitu panik dengan keadaan anda.”“Tidak panik, Mungkin dia sedang terburu-buru saja,” Caca langsung meletakkan sendoknya.“Dia panik Nona, sampai akan memarahi para dokter sini, saya disuruh untuk mengawasi Anda setiap hari, suami anda selalu memeluk anda saat tidur di malam hari, saya sampa
Read more
Chapter 42
Naina tidak tahu, apakah itu karena dia terlalu memikirkan hal tersebut. Tetapi Naina berpikir semua perkataan Dennis terasa ada benarnya. Kalung ruby itu, dia bisa menilai kalau itu pasti kualitas terbaik, harganya mungkin 10% lebih mahal daripada kalung batu akik merahnya, kalung rubi ini sangat langka di pasaran.Hadiah untuk selamat bergabung semahal itu, tidak mungkin diberikan pada seseorang seperti Caca. Dennis mengerti bahwa nonanya sedang memikirkan ucapannya "Sudahlah nona, jangan terlalu dipikirkan, lagipula Caca tidak mempunyai peran penting di industri ini, lalu bagaimana mungkin seorang Bramasta Moses memiliki hubungan dengannya?" Naina berbalik menatap asistennya tersebut, "benar, mana mungkin Moses punya hubungan dengan perempuan sepertinya." Setelah bertahun tahun dia mengenal seorang Bramasta Moses, dia juga menyadari Bram adalah orang yang jarang berinteraksi dengan dunia luar, karena identitas khususnya, dia tidak akan sembarangan berinteraksi dengan orang luar
Read more
Chapter 43
"Seperti apa pria yang tidur denganmu terakhir kali?" "Hahaha." semua gadis tertawa. Ini adalah pertanyaan yang bagus, semua orang mengatakan bahwa Caca Tidur dengan petinggi Star King, sekarang Caca Pasti akan mengaku! Jawaban dari Caca, akan membuat mereka dapat mengetahui eksekutif puncak Star King mana yang telah tidur dengannya? Pipi Caca Memerah. Lebih tepatnya, Caca memerahkan pipinya karena amarah. Akhirnya, setelah lama bermain Dan dia selalu lolos dari pertanyaan pertanyaan itu, inilah saatnya dia ikut bermain dalam hal ini. gadis-gadis yang baru saja tertawa, melihat wajah Caca Yang memerah, sekarang mulai menahan tawa mereka, menciptakan suasanasunyi dan mendengarkan dengan tenang kata-kata caca. Pada titik ini Caca akan bersikap tenang. Meskipun dia malu, dia akan mengatakannya. Caca Menegakkan duduknya dan dengan sikap tenang menjawab, "Tingginya 1,85 meter, rambut rapi, dengan otot yang sangat kuat, dan bekas luka di pinggangnya." Saat dia mengucapkan kalimat
Read more
Chapter 44
Mendengar suara ini, Caca merasa bulu kuduknya berdiribisakah dia tidak berlaku seperti itu? Cara Membalikkan badan dan memang melihat wajah Yezline dengan senyuman yang tidak berbahaya.“Tenanglah Yezline, tidak ada orang lain di sini, tidak perlu berteriak kepadaku, dan jangan panggil aku kakak, itu membuatku jijik."Karena tidak ada siapa-siapa, dan tidak perlu di sangkut pautkan dengan yang sudah terjadi. Bram segera turun dari mobil saat melihat pertarungan ini, dan meraih bahu caca, yang membuat yezline sedikit kaget. Caca melirik Bram dan berbisik, "Apa yang kamu lakukan?" "Apa kamu suka kejutanku ini?" Tanya Bram dengan senyum usil. "Pergilah." Ucap Caca dengan memutar matanya jengah. Yezline melihat Bram mengerucutkan bibirnya lalu tersenyum, pria tampan ini, ya! dia ingat, dia adalah orang yang ditemui saat di kampus waktu itu. “Kakak, ini pacarmu kan? Aku bahkan tidak mendapatkan kesempatan untuk memperkenalkan diri terakhir kali, aku bertanya-tanya apa pekerjaannya
Read more
Chapter 45
Setelah berteriak, ponsel Bram baru berdenting. Benar-benar berdenting keras. Oh tidak, Caca menoleh kepadanya dan sumber suara. Yah secara naluri manusia memang akan melihat sumber suara yang dia dengar. Ini tidak boleh terbongkar sekarang, Bram masih harus melanjutkan misinya.CitttttttttTtttTt!! Tiba-tiba Bram mengerem mobilnya secara mendadak. Caca yang belum siap terhuyung ke depan. Syukurlah dia memakai seat belt dengan benar. Jika tidak, dia pasti sudah celaka."Kenapa? Apa kamu sakit?" Bram memandang Caca dan mengatakan hal yang paling memalukan baginya: "Perutku tiba-tiba sakit. Aku harus pergi ke kamar mandi."Setelah mengatakan itu, Bram dengan cepat menyambar ponselnya dan keluar dari mobil dengan kecepatan kilat.Caca memperhatikan saat dia dengan cepat menghilang dari penglihatannya."Aneh, sakit perut bawa ponsel," Caca menggelengkan kepalanya, jantung kecilnya sendiri masih berdebar karena terkejut. Sepertinya Dia harus lebih berhati-hati kalau mau naik mobil ini, b
Read more
Chapter 46
Caca bingung, mengapa akhir akhir ini sangat banyak orang yang tidak tahu malu. Setelah berbohong padanya, Lina bahkan meminta imbalan atas apa yang sama sekali tidak pernah dia lakukan. Caca membatalkan bonus untuk Lina."Kamu sudah berjanji waktu itu akan memberiku bonus, karena aku merawatmu dengan baik." Caca memutar matanya jengah. Apa semua kebohongan itu tetap akan dilanjutkan, andai Caca tidak tahu kebenarannya? Pasti dia akan terus merasa berhutang Budi pada Lina."Tidak jadi." Lina mendengus kesal."Apa? Kamu mengingkari janjimu?" Lina berkata marah dengan menaruh kedua tangannya pada pinggangnya. Seolah olah dia adalah nyonya besar rumah ini, yang sedang memarahi pembantunya. "Ya. Aku tidak akan memberimu sepeserpun. Paham?" Caca berkata acuh tak acuh dengan menyisir rambutnya pelan."Baiklah, aku akan memberitahukan perlakuanmu pada tuan." Ancam lina."Yah, silahkan, katakan apapun yang Kamu mau. KALAU BISA!" perkataan Caca dengan di akhiri senyum miring. "Kamu!" Lina
Read more
Chapter 47
Itu adalah malam yang ditakdirkan untuk menjadi menawan dan indah bagi mereka.Bram belum pernah mengalami malam yang benar-benar memuaskan, sejak pertama kali dia melakukan dengan Caca sebagai suaminya.Jadi, dia ingin malam ini menjadi malam yang luar biasa.Lagi dan lagi dan lagi.Tubuh kecil Caca sangat pas untuk dia kukung dalam gairahnya. "Aku harus melaksanakan sidang skripsi besok, jam sembilan, jadi aku tidak boleh terlambat, segera mulai dan akhiri dengan cepat!" Gumaman Caca, dengan engahan nafas hangatnya, membuat Bram benar-benar tidak bisa menahan diri lagi. Bram segera melepas baju tidur Caca dan dia juga melepas kemejanya. Dibaringkannya tubuh Caca, dan mulai menyapukan bibir serta lidahnya pada tubuh Caca, mulai dari kening, hidung, bibir, tulang selangka Caca yang nampak menonjol, hingga tepat berada di dada kecil padat Caca. Bram menyapukan lidahnya pada ujung dada Caca yang sudah menonjol. Caca yang merasakan sapuan lidah Bram mengangkat dadanya naik. Jari-jari
Read more
Chapter 48
Semua orang di jalanan melihat ke arah Caca. Bagaimana tidak, pakaian formal dengan tas di bahu kirinya. Namun, rambutnya yang acak-acakan serta wajahnya yang pucat, serta sepatu heels berwarna hitam yang ia tenteng di tangan sebelah kanan, membuatnya terlihat seperti orang depresi karena tadi ia harus berlari dari rumah hingga halte depan komplek.Setelah dia sampai, Caca segera keluar dari komplek Rainbow City dan menunggu taksi lewat.Tidak boleh terlambat.Dia tidak boleh terlambat.Tapi dia sudah terlambat sekarang.Semua pikiran buruk ada di kepalanya.Kampusnya sangat mementingkan nilai akhir yang sempurna. Tidak seperti perguruan tinggi seni lainnya, begitu terkenal dan dikontrak oleh perusahaan, maka bisa lulus dengan mudah.Namun, Kampus Caca, yang selama ini dikenal ketat, tidak akan pernah mentolerir hal-hal seperti itu.Pernah ada seorang bintang yang sudah menjadi hits saat kelulusan, dia tidak bisa menyelesaikan skripsinya dan tidak muncul untuk sidang akhir kelulusann
Read more
Chapter 49
Bram yang mendapat tatapan tajam dari Caca mendengus."Apa lagi? Itu memang seharusnya aku berikan pada klienku. Tapi dia berhalangan hadir, karena dia harus pulang ke negaranya, jadi daripada terbuang sia-sia lebih baik kamu pakai." Caca masih terus menatap tajam Bram."Kenapa Kamu terus melihatku seperti itu, apakah aku terlalu tampan untuk Kamu lewatkan?" Tanya Bram dengan tingkat kepedean setinggi planet mars."Benarkah ini sebuah kebetulan. Bukan karena Kamu sengaja membelikan ku untuk percobaan penyuapan." Caca tidak terlalu percaya dengan sebuah kebetulan."Dih. Untuk apa? " Jawab Bram mendengus geli: "Lagipula, gaun itu tidak terlalu berharga, dan harganya pun juga tidak mahal. Karena gaun itu barang tiruan. Tapi tenang, itu barang tiruan yang kualitasnya juga bagus kok, jadi aman!" Hati Caca masih merasa hangat, setelah kejadian tadi siang. Kenapa pria ini, sangat baik padanya. Ingin dia mengucapkan terimakasih atas apa yang telah dia lakukan padanya. Tapi, karena Caca ju
Read more
Chapter 50
Saat bulan purnama mulai terbenam, dan matahari merangkak naik menyinari dunia, hari baru telah datang. Cahaya matahari masuk dari celah jendela balkon pria itu, disertai angin sepoi sepoi dari luar. Mata yang biasanya berwarna coklat pekat yang mampu membuat semua orang terdiam hanya dengan melihat matanya itu, kini berubah menjadi coklat kekuningan. Bram nampak lelah, dengan rambut yang acak-acakan serta ekspresi lelahnya. Tetapi kekacauan itu tidak dapat mempengaruhi ketampanan pria itu.Terdengar suara kunci di buka, tak lama, pak Opik masuk, membawa minum untuk tuannya. “Tuan Muda, apa Anda merasa lebih baik? “ Pak Opik berjalan ke sisi Bram. "Ya." Bram menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang. "Minumlah, itu akan membuat Anda merasa lebih baik."Bram mengambil cangkir itu dari tangan Pak Opik. Cairan hangat yang masuk ke tubuhnya membuat ia merasa lebih baik. Dalam sekejap secangkir minuman itu habis, Bram melemparkan cangkir itu tepat pada tempat sampah sudut ruangan.
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status