Semua Bab Serpihan Hati: Bab 11 - Bab 20
59 Bab
Fitnah
Bagian 11Seperti kata pepatah "Anak adalah pembawa rezeki" dan kita juga tidak akan pernah menyangka datangnya darimana. Hari ini terbukti saat rumah tiba-tiba ramai dengan puluhan warga membuat Nenek Fatma melongo sendiri. Bagaimana tidak coba? Segala jenis buah-buahan segar, kue, dan beberapa  camilan kering. Tersedia dengan sendirinya tanpa Nenek Fatma perintah apalagi minta. Pantang, ya, bagi orang kaya minta-minta. Semua terjajar rapi di atas karpet tebal juga ucapan "SELAMAT DATANG SI KEMBAR" menggantung sempurna di dinding."Nek, siapa yang membuat ini semua?" Shinta masih tidak percaya jika akan mendapatkan sambutan semeriah ini. "Para warga tadi yang bawa, mereka sengaja mengadakan syukuran untuk kelahiran si kembar," terang Mirna sambil tersenyum tulus. Mirna pun meletakkan bayi Shinta ke dalam box. "Box, ini bukannya belum ada, ya? Kenapa sekarang sudah ada di sini? Dan kenapa warnanya berubah?" Shinta menunjuk dua box bayi ya
Baca selengkapnya
Sambutan
Bagian 12"Hai, perempuan tidak tahu diri," bariton suara itu membuat Jamilah menjatuhkan gorengan yang hampir saja mendarat di mulutnya."Kalau Kau hanya ingin membuat masalah dan menggosip lebih baik cepat pergi dari sini! atau, aku akan berbuat hal yang kurang baik terhadap dirimu." Mata elang Udin memindai tubuh Jamilah. Mata itu bagaikan busur beracun yang siap membidikkan anak panahnya kapan saja. "Maaf! Maaf saya tidak ber_." Mendadak Jamilah yang super jago bersilat lidah itu kehabisan stok kata-kata. Dia mundur ke belakang hingga mencapai motor yang tadi sempat dia tinggalkan. Sedangkan mata elang Udin semakin melebar. Membuat Jamilah gugup dan gemetar, bahkan dia kesulitan mencari kunci motornya. Dengan gugup dia meraba saku tapi tidak ada. Ternyata masih menempel di tempatnya."Cepat pergi atau_." Belum selesai Udin berucap, Jamilah segera kabur bersama motornya. Para ibu-ibu yang tadi melihat menahan tawa yang hampir saja meledak, untung mer
Baca selengkapnya
Impian
Bagian 13Delapan bulan telah berlalu. Saat itu, setelah luka  bekas jahitannya mengering, Shinta mulai beraktivitas kembali membantu pembukuan toko. Shinta menemukan banyak kejanggalan tentang pendapatan dan pengeluaran. Sebab memang Nenek Fatma kurang memperhatikan hal yang seperti itu. Nenek Fatma hanya tahunya berjualan  hingga barang habis, baru dia akan membeli lagi. Sehingga para pelanggan yang tidak mendapatkan barang dari toko Nenek Fatma, mereka langsung pindah ke toko lainnya untuk mendapatkan barang yang mereka perlukan. Alhasil, banyak pelanggan yang pindah sebab kecewa.Meski Shinta sudah membenahinya sewaktu hamil, tapi sepertinya tidak ada yang meneruskannya lagi di saat Shinta libur dua bulan untuk pemulihan tubuhnya. Sehingga toko terbengkalai lagi.Shinta lalu membuat pembukuan toko, mencatat semua pengeluaran juga pemasukan, sehingga barang-barang persediaan di dalam toko tetap stabil. Shinta gigih berjuang agar
Baca selengkapnya
Ke kota
Bagian 14"Bagaimana dengan stok bahan baku kita? Apakah masih bisa mencapai target?" Seorang pria mengetuk-ngetuk meja dengan ujung jari-jarinya. Ada tiga orang tengah duduk di hadapannya. Dua jam yang lalu dia mendapat laporan dari kepala bagian produksi bahwa beberapa hari terakhir bahan baku tersendat sebab pengiriman bahan baku terkendala cuaca selain itu, hasil panen di beberapa tempat yang mengalami kegagalan karna faktor alam."Persediaan barang di gudang sudah menipis Pak. Dan supplier kita bilang jika pengiriman bahan masih membutuhkan waktu lima sampai satu minggu lagi." Seorang pria berkemeja putih itu menyampaikan informasi. "Harga barang lagi bagus-bagusnya, dan permintaan konsumen meningkat Pak! Tapi kita kekurangan stok bahan baku.""Saya meminta kalian berkumpul di sini untuk mencari solusi, bukan hanya untuk membuat kepalaku semakin pusing." Gertak Adi selaku pemimpin utama di pabrik. Dia tidak menyangka akan mengalami kendal
Baca selengkapnya
Jalan-jalan
Bagian 15Senyum terpancar jelas dari bibir Shinta. Dengan diantar oleh Udin, dia datang ke tempat yang telah diberitahukan oleh Budi. Sebuah kantor yang tidak terlalu besar, namun begitu bersih dan rapi. Halamannya di hiasi oleh taman yang begitu sedap dipandang. "Masih seperti 10 tahun yang lalu," ucap Shinta tanpa sadar. Dia ingat jika dia dan teman-temannya pernah mengunjungi pabrik ini bersama guru saat masih sekolah. Industri makanan ringan ini terkenal akan cita rasa yang enak dan nikmat selain itu, pabrik ini juga lebih mengutamakan kebersihannya."Apa kau pernah kemari?" "Iya, aku dan teman-teman satu kelas. Kami di beri peci bergambar logo pabrik itu," Shinta menunjuk logo yang terpampang begitu jelas di sana. "Tapi sepertinya logo itu telah berubah," ucap Shinta kemudian. Dia menunjuk sebuah bangunan yang berada di dalam pagar, yang jaraknya lumayan jauh dari tempatnya berdiri. Seorang satpam tampak duduk santai di dalam gerbang.&nb
Baca selengkapnya
Berhasil
Bagian 16"Maaf, Tuan! Adikku tidak sengaja." Aisyah memegang lengan Azam dan meremasnya pelan, agar acara menyalahkan itu tidak ada. Bukannya tidak mampu melawan, tapi Aisyah tidak mau menjadi pusat perhatian dengan menciptakan keributan di mall ITU. Pria berjas hitam, rapi dan bersih itu malah sibuk dengan benda pipih di. Dilihat dari baju yang melekat pada tubuhnya dari atas sampai bawah, sudah bisa dipastikan jika orang itu dari kalangan yang berada. Dia berulang kali menoleh ke kanan dan ke kiri celingukan seperti mencari
Baca selengkapnya
Mencoba bicara
Bagian 17Seseorang yang kini tengah berada di dalam mobil. Pria itu semula hanya menatap lurus ke depan. Tapi kemudian tanpa sengaja dia menoleh ke kanan. Tatapannya tepat mengenai wajah cantik Shinta yang nampak memegang benda pipih di pipi sebelah kanan. *Benarkah apa yang aku lihat ini? Diakah itu? Tapi kenapa semuanya nampak berbeda. Dan laki-laki itu, siapa dia. Tidak mungkin! Shinta adalah gadis yang sederhana dan tidak pernah lepas dari kacamata. Tapi dia ... Dia begitu modis dan cantik. Tunggu! Wajah, ya wajah itu sangat mirip. Apakah ada orang yang begitu mirip atau memang orang yang sama."*"Tuan, silahkan!" ucap seorang pria yang tak kalah tampannya dari sang Bos. Pria yang duduk di bangku itupun tersentak, lamunannya hilang bersama dirinya pindah ke kursi roda, dibantu oleh sang asisten. "Joe ... !" Belum sempat pria itu meneruskan kata-katanya Budi datang bersama dua karyawan lainnya. "Selamat pagi menjel
Baca selengkapnya
Pendekatan
Bagian 18"Shin Shin! Kumohon untuk kali ini dengarkanlah aku," Shinta memejamkan matanya saat tangannya dicekal oleh Ari. Tidak bisa dipungkiri jika rasa cinta itu masih ada. Entah kenapa rindu itupun semakin menggebu. Bahkan janjinya untuk membenci ayah dari anak-anaknya itu, tidak bisa dia tepati. Andai saja Shinta tidak ingat akan penderitaan yang dia alami, mungkin dia sudah menenggelamkan kepalanya di dada kekar mantan kekasihnya itu.Shinta menyapu kasar air mata yang hampir saja terjatuh dengan lengannya. "Maaf Tuan! Anda salah orang, aku Tata bukan Shin Shin, aku mohon lepaskanlah." pinta Shinta dengan lembut. Shinta menarik tangannya, tetap saja Ari masih bertahan dengan posisinya."Tolong!" lirih Shinta memelas, yang membuat Ari goyah dan melepaskan tangannya. "Permisi!" ucap Shinta lalu pergi. Shinta mengusap ujung matanya yang berair. Mendongakkan kepalanya menatap langit yang tidak bersalah. Ingin rasanya melontarkan segala
Baca selengkapnya
Dia
Bagian 19"Mirna, Kau makanlah dulu, biar aku yang mengajak Aby." Udin menodongkan kedua tangannya. Bocah kecil itu seakan mengerti, mencoba meraih tangan UdinUdin memang selalu makan lebih cepat selesai daripada yang lainnya, mengambil alih tugas Mirna, dia tahu jika Mirna belum makan sebab mengurus si kembar. Udin melirik Anin yang tidur pulas di dalam boksnya."Tau banget kalau mau digendong sama om!" ucap Mirna mengelus rambut Aby. "Dimana Shinta dan Aisyah?" tanya Udin setelah menimang Aby dalam gendongan. Sedangkan Anin sudah tertidur sejak satu jam yang lalu."Mereka pergi keluar, katanya ada keperluan sebentar!" jawab Azam yang masih sibuk dengan makanannya."Apa mereka sudah makan?" "Katanya seh, mereka mau makan diluar sekalian menemui klien!" jawab Mirna lagi. Udin merasa heran kenapa Shinta tidak membawa si kembar ikut bersamanya? Entahlah, Udin menghilangkan rasa penasarannya dengan mengajak Aby
Baca selengkapnya
Wanita itu
Bagian 20Dengan sedikit terburu-buru Shinta ingin segera pergi dari tempatnya, namun sial. Seorang pelayan tanpa sengaja menabrak dirinya, tepat di samping pasangan Wijaya itu berada. "Maaf!" dengan gemetar pelayan itu menunduk, dan meminta maaf. "Tidak apa-apa!" "Kamu tidak apa-apa Shin?" tanya Aisyah. Sedangkan Shinta masih berperang dengan penglihatan dan batinnya, apakah secepat ini dirinya harus bertemu dengan kedua orang itu?"Tidak! Sebaiknya kita segera pergi dari sini!" ucap Shinta sedikit panik. Tapi dia berusaha sebisa mungkin bersikap biasa saja. "Shinta ... ! Iyakan, kamu Shinta?" Seorang perempuan yang nampak sangat cantik dengan balutan dress berwarna hitam, meski perutnya sudah mulai membuncit, tidak mengurangi daya tarik wanita di hadapannya. Shinta terdiam sejenak, di liriknya pria yang juga tengah memperhatikan dirinya. Hati Shinta mendadak sakit kembali. Peristiwa yang terjadi berbula
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status