Bagian 15
Senyum terpancar jelas dari bibir Shinta. Dengan diantar oleh Udin, dia datang ke tempat yang telah diberitahukan oleh Budi. Sebuah kantor yang tidak terlalu besar, namun begitu bersih dan rapi. Halamannya di hiasi oleh taman yang begitu sedap dipandang.
"Masih seperti 10 tahun yang lalu," ucap Shinta tanpa sadar. Dia ingat jika dia dan teman-temannya pernah mengunjungi pabrik ini bersama guru saat masih sekolah. Industri makanan ringan ini terkenal akan cita rasa yang enak dan nikmat selain itu, pabrik ini juga lebih mengutamakan kebersihannya.
"Apa kau pernah kemari?"
"Iya, aku dan teman-teman satu kelas. Kami di beri peci bergambar logo pabrik itu," Shinta menunjuk logo yang terpampang begitu jelas di sana. "Tapi sepertinya logo itu telah berubah," ucap Shinta kemudian. Dia menunjuk sebuah bangunan yang berada di dalam pagar, yang jaraknya lumayan jauh dari tempatnya berdiri. Seorang satpam tampak duduk santai di dalam gerbang.&nb
Bagian 16"Maaf, Tuan! Adikku tidak sengaja." Aisyah memegang lengan Azam dan meremasnya pelan, agar acara menyalahkan itu tidak ada. Bukannya tidak mampu melawan, tapi Aisyah tidak mau menjadi pusat perhatian dengan menciptakan keributan di mall ITU.Pria berjas hitam, rapi dan bersih itu malah sibuk dengan benda pipih di. Dilihat dari baju yang melekat pada tubuhnya dari atas sampai bawah, sudah bisa dipastikan jika orang itu dari kalangan yang berada. Dia berulang kali menoleh ke kanan dan ke kiri celingukan seperti mencari
Bagian 17Seseorang yang kini tengah berada di dalam mobil. Pria itu semula hanya menatap lurus ke depan. Tapi kemudian tanpa sengaja dia menoleh ke kanan. Tatapannya tepat mengenai wajah cantik Shinta yang nampak memegang benda pipih di pipi sebelah kanan.*Benarkah apa yang aku lihat ini? Diakah itu? Tapi kenapa semuanya nampak berbeda. Dan laki-laki itu, siapa dia. Tidak mungkin! Shinta adalah gadis yang sederhana dan tidak pernah lepas dari kacamata. Tapi dia ... Dia begitu modis dan cantik. Tunggu! Wajah, ya wajah itu sangat mirip. Apakah ada orang yang begitu mirip atau memang orang yang sama."*"Tuan, silahkan!" ucap seorang pria yang tak kalah tampannya dari sang Bos. Pria yang duduk di bangku itupun tersentak, lamunannya hilang bersama dirinya pindah ke kursi roda, dibantu oleh sang asisten."Joe ... !" Belum sempat pria itu meneruskan kata-katanya Budi datang bersama dua karyawan lainnya."Selamat pagi menjel
Bagian 18"Shin Shin! Kumohon untuk kali ini dengarkanlah aku," Shinta memejamkan matanya saat tangannya dicekal oleh Ari. Tidak bisa dipungkiri jika rasa cinta itu masih ada. Entah kenapa rindu itupun semakin menggebu. Bahkan janjinya untuk membenci ayah dari anak-anaknya itu, tidak bisa dia tepati. Andai saja Shinta tidak ingat akan penderitaan yang dia alami, mungkin dia sudah menenggelamkan kepalanya di dada kekar mantan kekasihnya itu.Shinta menyapu kasar air mata yang hampir saja terjatuh dengan lengannya. "Maaf Tuan! Anda salah orang, aku Tata bukan Shin Shin, aku mohon lepaskanlah." pinta Shinta dengan lembut. Shinta menarik tangannya, tetap saja Ari masih bertahan dengan posisinya."Tolong!" lirih Shinta memelas, yang membuat Ari goyah dan melepaskan tangannya."Permisi!" ucap Shinta lalu pergi.Shinta mengusap ujung matanya yang berair. Mendongakkan kepalanya menatap langit yang tidak bersalah. Ingin rasanya melontarkan segala
Bagian 19"Mirna, Kau makanlah dulu, biar aku yang mengajak Aby." Udin menodongkan kedua tangannya. Bocah kecil itu seakan mengerti, mencoba meraih tangan UdinUdin memang selalu makan lebih cepat selesai daripada yang lainnya, mengambil alih tugas Mirna, dia tahu jika Mirna belum makan sebab mengurus si kembar. Udin melirik Anin yang tidur pulas di dalam boksnya."Tau banget kalau mau digendong sama om!" ucap Mirna mengelus rambut Aby."Dimana Shinta dan Aisyah?" tanya Udin setelah menimang Aby dalam gendongan. Sedangkan Anin sudah tertidur sejak satu jam yang lalu."Mereka pergi keluar, katanya ada keperluan sebentar!" jawab Azam yang masih sibuk dengan makanannya."Apa mereka sudah makan?""Katanya seh, mereka mau makan diluar sekalian menemui klien!" jawab Mirna lagi.Udin merasa heran kenapa Shinta tidak membawa si kembar ikut bersamanya? Entahlah, Udin menghilangkan rasa penasarannya dengan mengajak Aby
Bagian 20Dengan sedikit terburu-buru Shinta ingin segera pergi dari tempatnya, namun sial. Seorang pelayan tanpa sengaja menabrak dirinya, tepat di samping pasangan Wijaya itu berada."Maaf!" dengan gemetar pelayan itu menunduk, dan meminta maaf."Tidak apa-apa!""Kamu tidak apa-apa Shin?" tanya Aisyah. Sedangkan Shinta masih berperang dengan penglihatan dan batinnya, apakah secepat ini dirinya harus bertemu dengan kedua orang itu?"Tidak! Sebaiknya kita segera pergi dari sini!" ucap Shinta sedikit panik. Tapi dia berusaha sebisa mungkin bersikap biasa saja."Shinta ... ! Iyakan, kamu Shinta?" Seorang perempuan yang nampak sangat cantik dengan balutan dress berwarna hitam, meski perutnya sudah mulai membuncit, tidak mengurangi daya tarik wanita di hadapannya.Shinta terdiam sejenak, di liriknya pria yang juga tengah memperhatikan dirinya. Hati Shinta mendadak sakit kembali. Peristiwa yang terjadi berbula
Bagian 21Shinta menatap nanar tempat yang dia masuki. Banyak pasangan mesum yang tak segan menunjukkan ketertarikan mereka lewat bahasa tubuh mereka. Mereka saling bertaut dan tenggelam dalam asmara mereka masing-masing. Suara dentuman musik memekakkan telinga di selingi gelak tawa. Mereka menari bagaikan kupu-kupu, tidak menggoyangkan pinggul dan kepala. Sesekali mereka menggesek tubuh mereka antar sesama lawan jenis, kemudian tertawa.Sungguh, Shinta tidak pernah ingin datang ke tempat seperti ini. Bahkan membayangkannya pun tidak pernah."Ma ...!" Shinta terpengarah ketika Marlina sudah membuka blazer nya dan hanya menggunakan tank top berwarna putih."Buka juga blazer mu! Lihatlah, kita seperti orang culun dengan memakai ini," Marlina melempar blazernya pada sebuah tempat duduk di sampingnya."Tidak! Aku cukup nyaman begini. Lihatlah, cowok itu juga memakai hodie tidak apa-apa," kilah Shinta tidak ingin membuka bajunya. Dia t
Bagian 22"Cepat Joe, aku tidak mau Shin Shin sampai kenapa-napa." Joe juga sudah berusaha dengan segala kemampuannya agar bisa sampai di hotel dengan cepat.Kalandra terkenal sebagai sosok yang senang bermain dengan perempuan. Marlina adalah sekretaris Kalandra yang mampu melakukan apa saja untuk memuaskan keinginan atasannya, termasuk mencari wanita cantik untuk teman tidur satu malam dengan Tuan Kalandra, setiap menginginkan."Mama, kita kemana ini? Kenapa kau tidak mengantarkan aku pulang? Untuk apa kita kemari?" tanya Shinta dengan gelisah. Dia sudah merasakan tubuhnya terasa panas dan aneh, ringan dan entahlah Marlina tersenyum sinis melihat wajah Shinta yang berubah sedikit memerah, dan mulai mengipas wajahnya dengan tangan."Ada seseorang yang harus aku temui di sini. Tidak lama kok, hanya sebentar. Kau mau kan menemaniku? sebentar saja!" ucap Marlina sambil menarik tangan Shinta walau tanpa persetujuan pemiliknya. Shinta
Bagian 23Shinta semakin berani saja. Mengelus kepala Ari dan menekannya lagi, tentu saja Ari tidak menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Terlebih dia sudah menunggu lama dan Merindukan momen seperti ini bersama Shinta. Ari mulai nakal, menjilati gunung kembar milik Shinta. "Ayo terus, iya lakukan itu. Aku sudah tidak kuat! Ahhhh!" Shinta bergeliat tak karuan dan mendesah merdu, membuat Ari semakin semangat untuk melakukannya."Shin Shin jangan salahkan aku jika malam ini aku tidak akan membiarkanmu tidur," seringai licik muncul di bibir Ari. Ari segera menanggalkan pakaiannya. Lupa sudah dengan kakinya yang masih sedikit terasa ngilu. Ari berharap terapi batin ini bisa mengembalikan sakit di kakinya dengan sempurna.Ari mendongakkan kepalanya lalu beralih melumat bibir mungil Shinta yang langsung mendapat balasan. Keduanya saling mengulum dan berbagi air liur. Masing-masing saling memberi kenikmatan dan sentuhan-sentuhan yang membu