All Chapters of Dendam Birahi Penakluk Hati: Chapter 51 - Chapter 60
185 Chapters
Hitam Di Atas Putih
Dinar melongo setelah mendengar ucapan Dirham barusan, waktu satu minggu terlalu singkat baginya, untuk menyiapkan semuanya tidak mungkin bisa semudah itu, daftar di KUA tempatnya juga. Tidak mungkin bisa selesai dalam waktu seminggu. “Menikah bukan permainan pondok-pondok, tanpa persiapan dan dilakukan begitu saja.” Dinar tidak bisa langsung setuju dan menerima keputusan yang diberikan oleh Dirham padanya.    “Serahkan semua padaku, seminggu lagi kita pulang ke rumah ibu mu, kita menikah di sana. Jadi seminggu lagi uangnya aku transfer.”  “Gila! bukannya tadi kau bilang sore ini uangnya bisa masuk ke rekeningku?” “Di, apa jaminannya kalau kau tidak akan lari dariku membawa anakku kabur. Pekerjaanku juga banyak di sini, aku harus atur semua satu demi satu.” ada kekhawatiran di hati Dirham setelah menyadari kalau Dinar bisa saja berubah pikiran. “Tidak, atur saja semua tapi kita tidak perlu pulang ke sana, aku tidak bisa
Read more
Mau Dipijitin?
Dirham menunjukkan notifikasi di aplikasi mobile bankingnya pada Dinar, Dinar hanya mengangguk, ada butiran bening jatuh di pipinya tanpa disadari oleh lelaki di depannya. Dinar lega, akhirnya dia bisa mendapatkan uang tepat waktu, dan sebentar lagi dia akan mengirim uang itu ke rekening ibunya. “Terima kasih, aku akan penuhi semua syarat darimu.”“Sama-sama, masih tidak ingin cerita uang itu untuk apa?” Dirham kembali menatap gadis itu lekat.“Suatu saat kamu akan tahu sendiri tanpa kuberitahu.”“Oke kalau gitu, makan yang rapi kaga bisa?comot kek bocil aja.”Dengan itu jari Dirham sudah mengusap tepi bibir Dinar, membersihkan saus yang menempel di sana, lalu jarinya dibawa ke bibir, dijilat sambil mata tidak lepas dari wajah Dinar membuat gadis itu menunduk malu. Wajahnya merah. Dia berusaha menyembunyikan debaran di hati yang mulai menggila. ‘Jangan jatuh hati sama dia, Di’Dinar memperingatkan dirinya sendiri. Jujur saja perhatian Dirham padanya a
Read more
Baju Akad
“Di, Auh. Sakit ! hidungku patah.” “Bodo amat! rasain siapa suruh gatal, dasar mesum! Pulang sana. Anakku tidak mau ditengokin oleh ayahnya.” Dinar tersenyum puas di balik pintu, pasti hidung Dirham merah sekarang terkena pintu keras itu. Tawa Dinar pecah membayangkan Dirham seperti badut sekarang. ‘Eh, mana ada badut cakep kek dia.’   Di luar, Dirham berjalan kearah mobil sambil terus mengelus hidung mancungnya, panas seperti terbakar, pasti memar dan merah. Ketika dia hendak masuk ke dalam rumah tadi Dinar membanting pintu dengan keras. Tentu saja hidungnya terkena pintu kayu itu. Dan sekarang sakit seperti patah.  ‘Awas saja nanti kalau kita sudah menikah, Di. Kau akan kubalas dengan caraku.’ pemuda itu bertekad dalam hati, senyum kecil penuh misteri menyertainya, dalam hitungan menit mobilnya sudah meninggalkan tempat itu. Dirham mengambil ponselnya. Headset bluetooth dipakai. “Iya bro, masih punya orang di kawasan rumah gadis ya
Read more
Wife To Be
Sabrina menyipitkan kedua matanya, menatap siluet yang kian mendekat ke arah mejanya, sementara Dinar berdecak kesal merasa terganggu dengan kehadiran lelaki itu. Sudah pergi ke tempat ini pun masih ketemu dengan dia.    Dirham duduk dengan posisi menghadap kedua gadis itu.  Sabrina bertanya pada Dinar dengan isyarat matanya.  Dinar mengangguk pelan, menjawab isyarat mata sahabatnya.  “Hai, wife to be. Kok nggak ngomong kalau mau kesini, nggak izin dulu kalau mau keluar.” Wajah Dinar ditatap tajam.   “Wife to be, oke? Belum menjadi wife.”  Dirham tertawa melihat wajah ketus Dinar. “Nggak dikenalin nih sama sahabat terbaik wife to be?” “Brie, kenalin dia yang akan menikah sama aku besok malam.” Sabrina menatap Dirham galak. “Oh, jadi dia pria sialan itu. Awas kalau sampai kau berani menyakiti sahabat baikku lagi, kupotong-potong tubuhmu dan kukasih buaya
Read more
Sebelum pernikahan
“Nggak ada apapun yang kusembunyikan Buk, aku pengen ngomong sama Arfa, bisa 'kan Arfa bicara di telepon?” (Bener ya, Nduk. Ndak ono opo-opo (nggak ada apa-apa) Arfa perkembangannya bagus Nduk, alhamdulillah banget, semoga dia cepet pulih) “Iya Buk, aamiin. Kita doakan dan jangan putus asa Buk. Lek Wati mana?” (Tadi katanya ke musholla mau sholat isya, hp nya ditinggal sama Ibuk)   “Assalamualaikum, Dek. Gimana kabarmu?” airmata Dinar tidak dapat dibendung lagi saat dia mendengar suara adiknya. Suara Arfa tidak ceria seperti biasanya, mungkin masih merasakan sakit di bagian tubuhnya. (Waalaikumussalam, eh kenapa menangis, kak? Aku baik kok) “Dek, maafin kakak ya karena tidak bisa pulang jaga kamu di rumah sakit.” Air mata yang mengalir diusap perlahan. Tiba-tiba hatinya sayu dan sedih membayangkan adiknya dengan kaki yang habis dioperasi tidak bisa bergerak kemana-kemana, membayangkan ibunya merawat Arfa sendiri, tapi kala
Read more
Setelah Sah
Sabrina mengenakan kebaya modern berwarna abu-abu dan jilbab purple, sedangkan Dinar mengenakan gamis berwarna putih yang diberi oleh Dirham kemarin malam, Sabrina sekarang sedang merias wajah Dinar agar tampak segar dan cantik, hanya riasan natural saja sudah cukup menampakkan kecantikannya, jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, Dinar berdebar-debar dari tadi, setelah acara akad nikahnya selesai dia akan bergelar sebagai seorang istri.    Terdengar beberapa kali keluhan keluar dari bibirnya, Sabrina menghentikan kerja tangannya yang sedang memakaikan eyeshadow di kelopak mata Dinar.  “Di, yakinkan dirimu kalau ini memang jalan yang benar, tidak ada waktu lagi untuk mundur.” Sentuhan terakhir yaitu lipstik berwarna pink muda, bibir mungil itu terlihat begitu ranum dan menggoda.    “Wow, mempelainya cakep amat. Pasti lelaki itu akan tergila-gila sama kamu, Di.” “Omong kosong! dia kan cuma inginkan anaknya.
Read more
Aku Minta Hakku
Entah kenapa airmata Dinar jatuh berlinang, dia sedih dan terluka, dia ingat ibunya, dia ingat almarhum ayahnya, juga Arfa yang kini terbaring lemah, mereka semua pasti marah andai tahu apa yang sudah diperbuatnya.   “Tidak perlu menangis, Di. bukankah ini yang seharusnya terjadi, anakku akan memiliki status yang jelas seperti anak pada umumnya, dia akan selalu bersamaku, dan adikmu memperoleh pengobatan bagus di rumah sakit terbaik.” Dinar seperti disambar petir mendengar ucapan dari bibir lelaki yang baru saja menjadi suaminya.    Dirham tersenyum sinis padanya, rahasia yang disembunyikan sudah terkuak. Rahasia yang tidak pernah diceritakan pada siapapun kecuali Sabrina. “Aku hanya tidak menyangka, kau gunakan anakku untuk pengobatan adikmu, kau seolah jual anakku, ibu macam apa kau ini, Di. Sungguh tidak kusangka, anak kandungmu bahkan tidak berharga sama sekali buatmu. Apa tidak ada rasa sayang sedikitpun di hatimu untuknya?
Read more
Bidadari Dalam Balutan Dress Bumil
Dinar kaku tidak bergerak sama sekali, mencoba mencerna ucapan Dirham barusan.  Melihat wajah istri yang baru dinikahi itu tegang, membuat Dirham tertawa sambil memegangi perutnya. Wajah tegang dan takut Dinar tampak lucu di matanya, dimanakah gadis bar-bar beberapa hari lalu pergi? “Aku.., tapi.. ” Dinar terbata-bata. “Susun bajumu di lemari itu, Sayang. Malam ini ku biarkan kamu istirahat cukup dulu tapi tidak untuk esok.” Dekat! bisikan Dirham sangat dekat di telinganya. Membuat jantung Dinar seperti ingin melompat keluar.  Bulu kuduknya berdiri.   Dirham hendak melangkah keluar.  “Tunggu! Apa tidak sebaiknya aku tidur di.. emmm di kamar lain?” langkah Dirham terhenti. Tangannya tidak jadi membuka pintu. Dia menoleh dan memandang wajah istrinya yang masih menunduk tidak berani menatapnya. “Nggak! Di rumah ini hanya ada beberapa kamar dan itu semua sudah ada yang nempatin.” “Kamar tamu, aku
Read more
Laba-laba Tanpa Sarang
Dinar menggeliat ketika merasakan ada sesuatu yang menjalar di kulit wajahnya, dari alis, mata, pipi, dan sekarang bibirnya seperti ada sesuatu yang berjalan menyelusuri wajahnya, dia membuka mata lebar ketika dia merasa bibirnya diusap dengan jari, Dinar reflek menarik kepalanya kebelakang serta merta karena melihat wajah Dirham begitu dekat dengan wajahnya, rupanya jari tangan Dirham yang tadi mengganggu tidurnya.   Dugh    “Auh.” Dinar mengaduh kesakitan karena kepalanya terhantuk kepala ranjang. Tangannya memegang kepalanya yang sakit. Tangan Dirham spontan menarik kepala istrinya dan menggosok di daerah yang terhantuk tadi.  “Hati-hati.” bisik Dirham pelan.  “Kau, kau mau ngapain?” “Tadi ada laba-laba di mukamu, aku mau mengusirnya, tapi kamu keburu bangun.” Dirham memegang belakang kepalanya, menutupi rasa grogi karena ketahuan.    ‘Mana ada laba-laba disini, seda
Read more
Romantisme Pagi Hari
Deburan ombak dini hari membangunkan Dinar dari tidur panjang, tadi malam tidurnya begitu nyenyak, sudah beberapa bulan sejak mengetahui kalau dia berbadan dua tidur malamnya tidak pernah pulas dan tenang, selalu dihantui dengan bayangan-bayangan menakutkan, dan yang paling ditakuti adalah saat anaknya bertanya tentang ayahnya nanti. Tapi tadi malam bayangan menakutkan itu tidak muncul lagi, bahkan inilah tidur paling pulas dan nyaman yang dirasakan akhir-akhir ini. Lengan yang memeluknya sepanjang malam dialihkan kesamping, dia menoleh dan menatap wajah suaminya yang masih tertidur nyenyak.   Adzan subuh sudah selesai berkumandang, Dinar bangkit dari tempat tidur dan dengan berhati-hati dia turun dari tempat tidur luas itu, rambut panjangnya diikat asal ke atas dia bergegas mengambil air wudhu. Dinar mengerjakan sholat subuh dengan tenang, doa dipanjatkan, dia berdoa semoga ayahnya mendapatkan tempat yang mulia disisi Rabbnya, dia berdoa untuk keselamatan dan kese
Read more
PREV
1
...
45678
...
19
DMCA.com Protection Status