All Chapters of Dendam Birahi Penakluk Hati: Chapter 41 - Chapter 50
185 Chapters
Lamaran Tidak Romantis
Dinar berhenti memukul dan menegakkan badannya, dia mendorong tubuh Dirham meskipun tubuh pria muda itu tidak bergerak sama sekali. Dinar melepaskan diri dari pelukan Dirham, dia duduk di kursi membiarkan Dirham yang masih menunggu jawaban darinya, pemuda itu mendekati Dinar dan duduk melipat kedua lututnya di lantai tepat di kaki Dinar. “Kita menikah ya, Di.” Dirham mengulangi kata-kata yang diucapkan tadi.   “Apa yang membuatmu ingin menikahi aku?” Dinar memandang sekilas pada Dirham dan kembali membuang pandangannya ke arah pintu yang tertutup. “Entahlah, yang jelas anak dalam kandungan mu butuh seorang ayah, dia butuh sebuah keluarga yang utuh, Di.” “Jika aku tidak mau?” “Dinar, dengarkan aku, aku sangat merasa bersalah jika anakku harus hidup terlunta-lunta, lihatlah dirimu sekarang, Di. Bekerja siang malam, setelah pulang dari toko buku, kamu menjadi pelayan pencuci piring, lihat dirimu sekarang Di, kurus seperti kurang gizi
Read more
Galakmu Bikin Gemes
“Di, aku___ ” tangan Dinar tidak dilepaskan. Dirham tidak tahu harus ngomong apa. Dinar semakin cantik di matanya, gadis itu masih kaku menerima perlakuan Dirham yang tiba-tiba dan membuatnya terkesima. Lututnya lemah seperti kena lem keras. Sementara jantungnya seolah ingin berlari keluar.  Mata mereka bertemu, wajah ayu itu ditatap redup oleh Dirham, bibir mungil milik Dinar sangat menggodanya, bibir manis yang pernah ditaklukan dulu, kenangan beberapa bulan lalu kembali muncul di ingatan. Kehangatan tubuh Dinar seolah memanggilnya, Hasrat Dirham muncul tiba-tiba. Napasnya semakin tidak teratur.    “Lepas!” Dinar menepis tangan Dirham saat dia menyadari situasi yang terjadi diantara mereka, juga kemungkinan yang akan mereka lakukan. “Maaf, maafkan aku.” Dirham seolah tertampar, dia beringsut ke belakang. Menjauhi Dinar yang kini sudah berdiri dan masuk kedalam kamarnya setengah berlari. Hampir saja dia hanyut kembali dalam sen
Read more
Dipaksa periksa
Dinar berhenti melangkah tidak mau menuruti arahan Dirham. “Nggak perlu, aku bisa pergi sendiri.”“Tapi aku ingin mengantarmu.”“Tidak mau!”Mata Dirham tajam menatap tajam gadis keras kepala di depannya.“Yakin nggak mau pergi?”“Nggak!” ketus saja jawaban Dinar membuat Dirham gemas. Pemuda itu tersenyum penuh misteri, ia mendekati Dinar dan sekelip mata tubuh kurus itu sudah ada di gendongan ala bridal. “Lepas!” Dinar meronta-ronta, dia memukuli lengan kokoh yang mengangkatnya.“Diam atau kucium?” Dinar reflek menutup mulutnya. Dirham tertawa terbahak-bahak. Dinar menggerakkan badannya memberi perlawanan. Sementara pemuda itu terus berjalan menuju mobilnya sambil menggendong Dinar.“Jangan banyak bergerak, ada yang bangun di sana dan jangan sampai kau ku bawa pulang tidak usah ke dokter.” mata Dinar terbeliak, dia sangat faham maksud Dirham apa. Pintu mobil terbuka dan Dirham meletakkan tubuh Dinar di tempat duduk sebelah kursi peman
Read more
Posisi Aman
Pemeriksaan ke dokter kandungan itu berakhir dengan wajah merah Dinar karena malu dengan pertanyaan Dirham pada dokter Elvira, setelah Dinar menendang tulang kering Dirham dan pemuda itu mengaduh karena kesakitan, membuat dokter Elvira bertanya pada pasangan itu, apa ada masalah? atau bagian tubuh lain yang sakit.  Dirham menjawab kakinya pegal dan tadi malam kram karena aktifitas malam mereka.  Dinar wajahnya langsung memerah seperti kepiting rebus, mau saja rasanya dia menonjok muka Dirham di depan dokter Elvira. Tapi ditahannya keinginan itu.    Sementara mendengar jawaban Dirham dokter Elvira hanya menahan senyumnya, sudah paham bagaimana rasanya jiwa muda kalau sedang jatuh cinta. Dokter itu lalu memberi saran agar pasangan itu lebih berhati-hati dan untuk menghindari kecederaan mereka harus memilih posisi yang aman untuk keduanya. Dirham menahan tawa melihat wajah merah gadis di sampingnya.    Selama
Read more
Boleh Aku Menyentuhnya?
“Apa?” mata Dinar berkaca-kaca, mati-matian dia mencari kerja untuk mencukupi kehidupan dia dan anaknya kelak, tapi lihatlah sekarang, dia sudah kehilangan salah satu sumber penghasilan, ini semua pasti ulah Dirham. ‘Aku benci kau, setan!’ dalam hati, Dinar terus memaki-maki lelaki di sampingnya yang tersenyum puas. “Maksud Pak Uda?” “Kami sudah cukup tenaga untuk sementara ini nak Dinar, maaf ya.. kata nak Dirham, kamu juga butuh banyak istirahat.”    Dinar menatap tajam pada Dirham, sakit hati dengan tindakan Dirham yang seolah terus mengaturnya.  Dinar mengangguk lemah, dengan gontai dia meninggalkan tempat itu melangkah tanpa arah tuju.    Sementara Dirham mengucapkan terima kasih kepada Pak Uda dan segera menyusul langkah Dinar.  “Tunggu, Di.. ” Dinar menyapu air matanya dengan ujung jari. Tidak menyahut maupun menoleh pada Dirham.  “Tunggu Di, biar kuantar.” suara Dirham
Read more
Ibuk Masih Marah
Dinar terpana, permintaan Dirham sungguh di luar dugaan. Apa yang harus dia jawab, membolehkan? Nanti dia ambil kesempatan lagi, atau bilang saja tidak boleh, tapi ini anak dia, kadang Dinar juga sangat ingin disentuh oleh Dirham, entah itu perasaan jalangnya atau keinginan anaknya, yang jelas dia tidak pernah menghiraukan keinginannya.  Dia akan pendam sebisa mungkin keinginan aneh itu dan akan terus menjadi rahasia hatinya.   Dirham masih menunggu jawaban dari mulut gadis di depannya, Dinar masih diam tapi dia menguak pintu lebih lebar, lalu masuk agak ke dalam. Dirham mengikuti langkah Dinar dengan mata masih menatap tidak percaya.  Dinar mengangguk memberi isyarat kalau dia mengijinkan lelaki itu untuk menyentuh perutnya. Dirham tersenyum haru lalu menutup pintu dengan kaki kirinya, ia mendekat ke arah Dinar. Lalu berdiri dengan melipat lututnya, perlahan tangannya menyentuh perut Dinar yang sudah terlihat sedikit menonjol. 
Read more
OJOL Kiriman
Dinar berkaca-kaca, itu adalah sindiran dari ibunya. Dia tahu ibunya pasti masih marah sama dia. (Eng.. Kak.. ) terdengar suara Arfa serba salah.“Sudah Fa, nggak apa. Ibuk masih belum bisa maafin kakak, biar marahnya reda dulu.”(Maaf ya Kak, maafin Ibuk juga)“Iya, Kakak ngerti kok, aku pergi kerja dulu ya, Dek. Ada apapun tolong hubungi aku.”(Iya Kak, disana juga jaga diri ya) Setelah panggilan diakhiri, Dinar kembali bersiap-siap untuk pergi kerja. Roti yang sudah diisi selai segera dimasukkan ke dalam kotak makanan, sebotol air juga dibawa dan dimasukkan ke dalam tas kain lusuhnya. Dia segera mengunci pintu dan keluar menuju halaman depan. Dia melihat ada orang memakai jaket hijau sedang menunggunya, itu sepertinya jaket ojek online, benar saja, ada tulisan besar di belakang jaket hijau itu. “Maaf, Mas. Nunggu siapa, ya?”Orang itu menoleh kebelakang dan tersenyum, rupanya seorang perempuan. “Maaf, Mbaknya nunggu siapa,
Read more
Menahan Hasrat
Dinar terpaku mendengar ucapan dari Dirham, ‘Menemui Ibuk? dia belum tahu Ibuk bisa saja membunuhnya.’ dalam hati gadis itu berbicara sendiri.   “Untuk apa? Tidak perlu karena aku tidak mau menikah denganmu.” Dinar melipat tangannya di depan dada. Dia tidak memandang wajah Dirham sama sekali. “Pikirkan masa depan anak ini, Di. Entah kenapa setelah menyentuhnya tadi malam, aku ingin memilikinya secara utuh. Dia darah dagingku.” Wajah Dinar merah padam menahan marah.  Dia tersenyum sinis.  “Enak aja, dia milikku! tidak mungkin kuserahkan padamu, dia anak ku!” “Dia juga anakku! aku berhak atas dia, Di. Kau tidak mau menikah denganku tidak jadi soal, asal anak ini harus tinggal bersamaku nanti.”   Plakk    Dinar menampar pipi lelaki yang sekali lagi menyakiti hatinya. Dirham mengusap bekas tamparan itu, panas. Matanya dipejamkan tidak mau tersulut emosi, Sekarang Dinar t
Read more
Arfa Kecelakaan
Air mata Dinar semakin deras, tapi sebisa mungkin dia menahan dirinya untuk panik, ibunya perlu ditenangkan.  “Buk, tenang dulu. Sekarang dimana Arfa?” (Ibuk sekarang di rumah sakit, Nduk. Adikmu ada di IGD sedang ditangani, dia tadi tidak sadar Nduk, Ibuk takut, Ibuk takut adikmu tidak bisa diselamatkan, ini salah Ibuk, tadi Ibuk suruh adikmu antar pesanan, dan pulangnya adikmu kecelakaan, ini salah Ibuk, Ibuk ini bukan Ibuk yang baik buat kalian, Ibuk ndak bisa jaga kalian) Tangisan ibunya di seberang sana membuat Dinar semakin sedih, air matanya semakin deras mendengar penyesalan ibunya, dan mendengar keadaan adiknya yang sedang kritis membuatnya takut.  “Ibuk yang sabar, istighfar Buk, Ibuk tidak bersalah, ini kecelakaan, Buk, ujian untuk kita, mari doakan Arfa akan baik-baik saja. Dinar belum bisa pulang Buk, sekarang Ibuk sama siapa?” airmata Dinar makin deras mengalir, membayangkan ibunya sendiri menjaga sang adik, membayangkan Arfa s
Read more
Kesepakatan
(Aku kesana sekarang, jelaskan semuanya padaku, kenapa tiba-tiba.. )“Tidak perlu kesini sekarang, sudah malam, besok saja kesini, aku ingin bicara dan jelaskan semuanya. Sebelum aku pergi kerja. Datang jam 7 pagi.” (Di, kenapa suaramu seperti kena flu gini, kamu sakit? sudah makan? Vitamin dan susu sudah di minum?)“Aku tidak apa-apa, aku mau istirahat.” Klik Tanpa pamit panggilan itu diakhiri oleh Dinar. ‘Ya Allah, sudah benarkah keputusanku ini?’ Dinar menyapu air matanya dengan ujung jari.  Pikirannya buntu, hatinya tidak karuan. Dan yang paling membuat dia takut, apa ini tidak menimbulkan sebuah penyesalan baginya nanti? Dinar kembali masuk ke kamar mandi, air wudhu diambil, dia butuh ketenangan sekarang, dia butuh tempat untuk mengadu dari masalah yang menghimpit dadanya.  Sajadah dibentang. Mukenah dipakai.  Allahuakbar. Dinar hanyut dalam khusyuk sholat Sunnah untuk menghadap Rabbnya.&
Read more
PREV
1
...
34567
...
19
DMCA.com Protection Status