All Chapters of Sweet Chaos: Chapter 11 - Chapter 20
44 Chapters
11. Dress Super Seksi
Sena tertidur! Tepat pukul enam pagi gadis itu baru membuka matanya. Padahal semalam dia hanya pura-pura tidur saja. Hanya agar Quin meninggalkan kamar ini. Namun, dia justru tertidur. Dia bahkan tidak tahu kapan Quin meninggalkannya. Semoga saja Quin tidak melakukan apapun saat Sena tertidur. Sena sedikit merintih saat merasakan sakit di perutnya. Bukan sakit yang berbahaya. Dia hanya lapar. Tidak! Sangat lapar! Seingat Sena, makanan terakhir yang masuk ke perutnya hanya roti dengan cream keju yang dia beli di indomart dan susu coklat yang sengaja dia habiskan karena akan pulang kampung. Setelahnya, tidak ada lagi makanan yang masuk sampai saat ini. Jadi, tidak heran jika kini perut Sena keroncongan. Sena mengelus perutnya. Bodoh! Dia memang bodoh! Di mana-mana orang yang berjuang juga butuh makan! Harusnya dia tidak sok memberontak dengan membuang makanan. Dia melupakan perkataan Maura, bahwa rejeki tidak boleh ditolak. “Terlanjur. Semua sudah terlanjur. Ak
Read more
12. Menyenangkan Melihatmu Makan
Kamar Sena atau yang lebih tepat disebut sebagai rumah tahanan Sena, kini terasa lebih sesak dengan adanya dua kursi serta satu meja ukuran sedang. Pelayan Quin menyulap sisa ruang kosong di kamar menjadi meja makan untuk Sena dan Quin.Quin duduk dengan menyilangkan kaki. Tak lupa kedua tangannya saling melipat dengan punggung bersandar pada kursi. Cara duduk yang menunjukkan seolah dialah pemimpin di sana. Tidak ada yang boleh melawan perintahnya.Tatapan Sena jatuh pada makanan di atas meja. Perutnya yang sudah keroncongan, memaksanya untuk segera menandaskan semua yang bisa dia makan. Namun, harga diri Sena menuntut untuk tidak gegabah. Terlebih karena saat ini Quin sedang mengamatinya.“Nggak mau makan lagi?” tanya Quin. Dia sendiri hanya menyeruput kopi padahal sebelumnya pria itu mengajaknya untuk sarapan bersama. Apa dia pikir, minum kopi disebut sebagai sarapan?Quin mengambil cangkir berisi café au lait yang artinya kopi susu pahit, jenis minuman tr
Read more
13. Pelajaran Penting Untuk Tidak Membawa Orang Lain Dalam Masalah
Membawa orang lain dalam masalah, itulah yang baru saja Sena lakukan. Tindakan bodohnya yang berteriak pada anak sekolah yang lewat, telah membuat nyawa anak sekolah itu terancam. Kini, anak itu sedang dalam pengejaran pengawal Quin. Hanya tinggal menunggu waktu sampai anak itu tertangkap dan waktunya lebih cepat dari yang Sena bayangkan.Bukan hal yang sulit bagi pengawal Quin untuk menangkap anak itu. Sebagai pengawal terlatih, tentu berlari bukan hal yang sulit untuk mereka. Tenaga mereka bahkan tak mudah habis meski sudah berlari cukup lama.Dengan sedikit menyeret, salah satu pengawal Quin membawa anak itu kembali ke rumah Quin. Anak itu tampak ketakutan. Jelas, siapa yang tidak takut melihat beberapa orang berbadan besar dengan wajah garang, membawanya ke sebuah sarang yang katanya tempat penculikan.“Maaf, Om, saya nggak akan bilang sama siapa-siapa. Maaf, Om, saya nggak tau cewek tadi. Saya janji, aku nggak akan lapor sama siapapun, Om. Tolong, Om, jangan b
Read more
14. What? Jadwal Harian?
Sena merebahkan dirinya setelah mengobati luka di kakinya. Memang lukanya sudah mulai kering, tapi masih sedikit perih jika dipakai untuk jalan. Pandangan Sena jatuh pada langit-langit kamarnya. Bahkan langit-langit kamar ini tampak cantik. Di sekelilingnya ada cahaya lampu dengan warna gradasi hijau biru. Namun, Sena tidak merasa senang sedikitpun. Kalau mau dibandingkan dengan rumah Sena, jelas beda jauh. Kamar Sena hanya berukuran tiga kali tiga meter. Itu pun sudah penuh karena diisi kasur ukuran sedang, meja dan kursi belajar, serta lemari pakaian. Sedang di kamar ini, besarnya sudah seperti tiga kamar di rumah Sena yang dijadikan satu. Tidak peduli! Sena tidak peduli betapa mewahnya kamar dia saat ini. Dari mulai kasur, meja, lemari, bahkan kamar mandinya yang begitu mewah, sama sekali tidak membuat Sena betah. Dia merindukan kamarnya di Pemalang. Dia rindu untuk bercerita banyak hal pada adik laki-lakinya. Dan yang lebih dia rindukan, pelukan ayah dan ibunya.
Read more
15. Jadwal Pagi : Mandi Bersama Quin
“Kyaaaaaaaa!!!”Sena menjerit sejadi-jadinya saat mendapati seorang laki-laki tertidur di sampingnya. Tidak! Bukan hanya tidur! Laki-laki itu bahkan dengan sembarangan melingkarkan lengannya pada perut Sena. Tak ayal, Sena menjerit begitu membuka matanya.Seolah merasa tak terganggu dengan jeritan Sena—atau mungki sudah menduga Sena akan menjerit—Quin dengan santainya mengeratkan pelukannya pada Sena. Sama sekali tidak peduli jika gadis itu kini mematung menatap lengan yang seolah sedang menguasainya.Sebagai gadis yang tidak berpengalaman akan hal-hal yang berbau cinta, berpegangan tangan saja sudah menjadi hal yang spesial untuk Sena. Dan kini, ada laki-laki yang dengan kurang ajarnya memeluknya, bahkan tidur di sampingnya! Sungguh gila! Sena bahkan tidak menyadari sejak kapan Quin ada di sampingnya.Seingat Sena, semalam dia langsung tertidur setelah kembali menggalau. Tentunya dia mandi karena tidak ingin disindir-sindir lagi o
Read more
16. Menonton Film Atau Menonton Sena
Sena memutar bola matanya saat melihat Quin membuka mulut lebar-lebar. Tangannya yang nakal, sembarangan melingkari tubuh Sena. Meski berkali-kali Sena sudah menepis tangan itu, tapi tempat duduk mereka yang begitu rapat membuat Quin terus-terusan berusaha memeluk Sena.“Orang yang mesumnya sudah akut, ya begini,” gerutu Sena. Tangannya menyendok nasi dengan setengah hati. Hanya nasi. Dia menyuapkan gumpalan nasi itu pada Quin. Herannya Quin tetap tersenyum lebar menerimanya meski tanpa lauk.“Bahkan batu pun mungkin tetap akan aku makan kalau kamu yang menyuapiku, Sena,” canda Quin. Senang sekali dia mempermainkan Sena dengan kata-kata.Berhubung di sana tidak ada batu ataupun kerikil, Sena mengambil potongan cabai berwarna orange dan menyuapkannya pada Quin. Lagi-lagi Quin membuka mulut tanpa protes walau wajahnya terlihat aneh.“Minum,” pinta Quin sambil menunjuk air mineral dengan dagunya. Sena mengambilkannya dengan setengah hati.“Sekarang aku ben
Read more
17. You Are My Sunshine
Sena menghela napas dalam. Dadanya terasa sesak. Layar di depannya sudah tak lagi menayangkan film. Lampu di bioskop mini ini pun sudah kembali menyala. Namun, rasa sakit di hati Sena masih terasa. Air matanya sulit untuk dia hentikan. Sebuah tangan menyentuh lembut pipi Sena dan menghapus air matanya. Air mata yang entah kenapa tak mau berhenti. Sena sampai sesenggukkan. Padahal di awal cerita, dia tertawa terbahak-bahak sampai melupakan kenyataan bahwa ada Quin yang berbaring manis di pangkuannya. Sena menunduk menatap Quin. Dia masih sesenggukkan, tapi tiba-tiba tangisnya buyar saat melihat wajah Quin. Tangis itu mendadak berubah menjadi tawa tatkala dilihatnya dahi Quin yang basah, penuh air mata Sena. Gadis yang semula sesenggukkan itu, kini tertawa kencang dengan masih mengalirkan air mata. Buyar sudah! Seharusnya yang baru saja terjadi—Quin yang menghapus air mata Sena—adalah momen yang romantis. Quin bahkan menyeka air mata Sena secara perlahan. Jika
Read more
18. Olahraga Menguras Tenaga
Jika ada yang melihat Sena dan Quin saat ini, mungkin mereka akan berpikir kalau dua anak manusia itu tampak begitu manis ketika bersama. Sudah seperti sepasang kekasih yang saling mengasihi. Sama-sama tertidur pulas. Quin yang tertidur dalam pangkuan Sena, sedang Sena yang ketiduran setelah menyanyikan lagu pengiring tidur untuk Quin.Kedua tangan Quin menggenggam erat tangan kiri Sena dan dia letakkan di atas perutnya. Tangan Sena yang lain, berada tidak jauh dari kepala Quin karena sebelumnya dia membelai rambut Quin. Kepala Sena beberapa kali hampir miring ke samping, tapi dengan cepat gadis itu meluruskan kembali kepalanya walau masih dalam keadaan tertidur.Yang pertama kali terbangun adalah Sena. Kakinya terasa kesemutan karena dijadikan bantal oleh Quin. Jika ditotal dengan sebelumnya, Quin sudah menjadikan kaki Sena sebagai bantal selama empat jam nonstop! Rasanya tidak akan heran kalau besok pagi Sena akan terbangun dengan kaki yang sakit.Sena yang pa
Read more
19. Aku Ingin Pulang!
Sena tertegun. Dia tidak menyangka akan melihat wajah Quin yang tampak sedih. Laki-laki arogan itu tersenyum, tapi matanya menunjukkan kesedihan. Seolah ada luka yang selama ini tersembunyi. Ada kesedihan yang tak ingin terungkap. “Pokoknya nggak ada yang nyariin kamu selain orangtuamu dan Maura.” Quin mendadak tersenyum lebar. Kesedihannya seketika menghilang. “Apalagi setelah aku bilang kalau kamu sibuk, mereka cuma menanyakan keadaanmu.” “Maksud kamu?” “Tenang saja, kamu nggak akan dilaporkan sebagai orang hilang. Orangtua kamu juga nggak akan cemas karena anaknya menghilang.” “Maksud kamu gimana? Bilang yang jelas!” desak Sena. Dia malah lebih suka kalau orangtuanya melaporkan Sena yang hilang. Setidaknya akan ada polisi yang akan mencari Sena. “Aku bilang sama orangtuamu kalau kamu nggak jadi pulang. Kamu perlu mengulang beberapa mata kuliah yang nilainya jelek. Kamu perlu fokus belajar, jadi jarang buka hp. Tapi, aku bilang hal lain ke M
Read more
20. Morning Kiss
Kurang ajar adalah nama tengah yang cocok untuk seorang Quin. Hanya Quin yang dengan kurang ajarnya mencium Sena yang sedang tertidur. Sama sekali tidak peduli meski gadis itu beberapa kali menggeliat, merasa ada yang aneh yang bibirnya. Sampai akhirnya Sena benar-benar terbangun dan kembali dengan jeritan yang memekakkan telinga. “Kyaaaaaaaa!!” jerit Sena seraya mendorong kuat tubuh Quin. Sayang sekali dorongan tangan Sena tak cukup membuat Quin terjatuh di lantai. Laki-laki itu hanya terduduk di pinggir kasur dengan seringai menyebalkan. Padahal Sena berharap Quin jatuh dan kepalanya terbentur. Siapa tahu dengan terbentur, otak Quin bisa menjadi normal. Napas Sena tersengal. Bukan, bukan karena kehabisan napas karena ciuman pagi Quin yang begitu menggebu. Tapi, karena rasa marah yang seketika naik sampai puncak kepalanya. Marah yang sampai membuat Sena tak bisa berkata-kata. “Bukankah menyenangkan, dibangunkan dengan ciuman?” Lihat? Kurang ajar seka
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status