All Chapters of Malam Tanpa Noda : Chapter 41 - Chapter 50
278 Chapters
Godaan
Malam Tanpa NodaBab 41Disamping kasir ada seorang laki-laki yang memperhatikan Airi sejak tadi. Pandangan lelaki itu tak berkedip. Seolah-olah ingin menerkam. Airi berjalan lebih cepat. Lelaki itu mengikuti langkah Airi. Jantung Airi berdegup dengan kencang. Memasukkan kunci mobil dengan gugup. Ia tak berani menoleh. Bahu Airi ditepuk pelan. Airi terpaksa menoleh ke arahnya."Fajar, aku kira siapa?" "Kamu bikin aku takut saja." Airi bernapas lega ternyata lelaki itu adalah Fajar. "Kamu aku perhatiin kayak orang ketakutan emangnya ada yang jahat sama kamu?" tanya Fajar heran. Lelaki itu menoleh kanan kiri. "Aku hanya merasa ada yang mengikutiku." "Itu hanya perasaanmu saja. Kalau kamu takut. Ayo aku antar!" "Aku bawa mobil sendiri. Mobil kamu bagaimana?" tanya Airi. Mobil hitam Fajar terparkir tak jauh darinya. "Biarkan saj
Read more
Mencari
Malam Tanpa Noda Bab 42  Airi duduk termangu  di teras rumah ditemani secangkir teh hijau dan cemilan di dalam toples yang disajikan seorang pelayan untuknya. Bu Nina—kepala pelayan  rumahnya menghampiri majikannya.“Non, Airi. Jangan melamun nanti kesambet setan!” guraunya mencairkan suasana. Sejak tadi Airi melamun memandang halaman rumahnya.“Eh, Bi Nina. Bisa aja ngomongnya.” Ia tersenyum dan kembali memandang ke depan.“Non Airi, kenapa dari tadi melamun terus? Kangen sama tuan Putra?” ledek wanita yang mengabdi di rumah itu. Sejak kepergian Putra Airi terlihat murung dan tak seceria dulu lagi.Airi menundukkan kepala ia menoleh ke arah bu Nina dan berkata,”Pasti aku kangen dengan kak Putra karena dia yang selalu membuatku kesal,tapi ada satu yang ada dalam pikiranku. Bolehkah aku bertanya sesuatu, Bi?” Ia membalikkan t
Read more
Air mata bahagia
Malam Tanpa Noda Bab 43Airi dan Bi Nina mengikuti arah jari pak Toni. Rumah sederhana dekat bantaran kali. Airi mengernyit heran. Mengapa ayah tinggal di sini.  Pak Joko melangkah menuju rumah itu. Rumah berdinding putih dan dikelilingi kebun singkong. Pak Toni menghampiri rumah Bima. Ia mengetuk pelan pintu berwarna coklat. Muncullah wanita paruh baya berdaster berambut yang diikat asal. Wajahnya terlihat lelah. "Bang Toni, ada apa tumben kemari?" tanyanya. Ia melihat Airi dan Bi Nina. Tersenyum ramah sebagai bentuk sopan dan santun. "Suamimu ada?" Pak Toni menoleh ke arah belakang. Lelaki berbaju koko putih dengan kopiah hitam terlihat gusar. "Ada apaan, kok panik banget," cetus wanita berdaster itu. Melipat dahinya. Pak Toni memanggil Airi untuk lebih mendekat. Ia mempersilahkan Airi untuk berbicara. "Assal
Read more
Ancaman
Malam Tanpa Noda Bab 44"Bima keluar lu. Gua tahu elu di dalem. Keluar gak! Atau gua bakar rumah elu!" teriak pria bertato. Matanya memerah. Ia datang sendiri dengan golok di pinggangnya.Mereka yang berada di dalam rumah keluar dengan tergopoh. Teriakkan dan makian yang terlontar tak pantas untuk didengar oleh anak-anak."Bang Malih, ada apa?" tanya mak Imah dengan logat betawi. Wanita itu memang pemberani dan blak-blakkan. Berbeda dengan Bima yang sedikit pendiam namun berwibawa. "Elu perempuan kaga usah ikut campur. Gua ada perlu sama laki elu bukan elu." Tangannya berkaca pinggang. Matanya melotot. "Bang Malih, Bima itu laki gua. Urusan dia urusan gua juga!" Mak Imah tak mau kalah. Tangannya menunjuk ke arah dadanya. "Sudah Mak. Sabar. Biar Abang yang yang hadapin," bisik Bima lembut. Ia mengelus punggung tubuh istrinya. "Ada apa Bang Malih?" Bima berbicara sopan
Read more
Mahar
Malam Tanpa Noda Bab 45 Siti menangis di samping tubuh ibunya. Ia tak berhenti meneteskan air mata. Bima mengelus puncak kepala anak bontotnya. "Mak ... Mak ...." panggilnya. Anak bontot mereka tak berhenti terisak. "Sudah, jangan menangis. Mak gak papa," ucap mak Imah menenangkan anaknya. "Tangan Mak diperban pasti sakit, ya."Ia tak tega melihat ibunya yang meringis kesakitan. "Kaga Neng. Mak baik-baik aja. Udah jangan sedih."Airi juga tak tega melihat luka di lengan ibu tirinya. Ia telah mengorbankan diri untuk Airi."Seharusnya Airi yang terluka bukan, Mak." "Jangan begitu Neng. Kamu juga anak Mak. Sudah kewajiban Mak." "Mak ... makasih." Airi memeluk tubuh istri kedua ayahnya dan mengecup pipinya. Hari itu juga mak Imah diperbolehkan pulang. Airi membawa mereka ke rumahnya. 
Read more
Sidang
Malam Tanpa Noda Bab 46   Wajah Ririn berubah masam. Ia tak menyangka akan bertemu Bima. Lelaki yang dulu sempat singgah di hatinya. Namun, lelaki itu tak menerima pesonanya. Ririn ditolak secara tidak hormat. Didepan teman-temannya mengatakan tidak bersedia. Bima mengusir Ririn dengan perkataan kasar. Mak Imah juga tak mau kalah. Sikap Ririn sungguh keterlaluan tak bisa menghormati orang lain. Sikapnya yang sombong dan angkuh. "Tak kusangka. Ternyata, ia memilih menikahi wanita kampungan yang tak tahu tata karma. Sayang sekali," lirihnya dalam hati. Ia pergi dengan perasaan membuncah. Ia kecewa sejak masa kuliah Bima tak pernah menerima kehadirannya. Menatap saja engan apalagi berbicara.  Fajar berpamitan setelah berkenalan dengan kedua orang tua Airi. Ia tahu kalau situasi tidak tepat untuk saling mengenal.   "Aku pulang dulu. Besok aku datang lagi," pamit Fajar. Airi hanya tersenyum saja.&
Read more
Hasrat
Malam Tanpa Noda Bab 47 Airi menatap Faisal dengan kebencian. Faisal tak melihat cinta yang pernah ada. Lelaki itu semakin mendekati wajahnya. Harum tubuh Airi membuat ia melupakan logika. Sudah lama ia tak berdekatan dengan wanita. Hasratnya tak terkendali. Ingin menyentuh wanita yang dulu satu atap dengannya. Membayangkan tubuh Airi yang terbalut lingerie untuk mengoda dirinya. Rambut panjang yang tergerai indah masih melekat di matanya.Sebuah tangan menarik bahu Faisal. Wajahnya dipukul seseorang. Ia mengajar muka Faisal hingga babak belur. "Kurang ajar! Berani sekali menganggunya!" Maki lelaki berpakaian kemeja putih menarik kerah baju Faisal.Fajar yang berada di gedung itu melihat Faisal mengikuti Airi. Ia segera menghampiri. Dewi mendengar keributan di toilet. Ia menyaksikan Faisal di hajar hingga babak belur. Darah kental menetes di
Read more
Kesadaran
Malam Tanpa Noda Bab 48Faisal mengetuk pintu kamar Ririn. Ia sudah memasak sarapan untuk mamanya. Sayur bayam dan tempe orek. Ririn hanya makan sayuran dan protein nabati saja. Tak ada jawaban dari wanita itu. Faisal mendorong gagang pintu. Pintu terbuka lebar. Ririn tak nampak di kamarnya. "Mama ...," panggilnya. "Ke mana mama. Mengapa tak ada di kamar." Faisal menatap kapsul-kapsul milik Ririn. Setiap hari Ririn harus rutin meminum obatnya. Tak boleh sampai tertinggal. Faisal berlari keluar rumah. Bertanya kepada para tetangga yang melintas.Tak ada satu orang pun yang tahu keberadaan Ririn. Faisal melangkah hingga ke jalan raya. Matanya menelusuri jalan. "Mas Faisal, mau ke mana?" sapa seorang pengemudi motor yang sedang melintas. "Bang Usup, lihat mama saya gak?" Napas Faisal sudah terputus-putus. Ia lelah berjalan sejauh ini. Baju yang
Read more
Penyamaran
Malam Tanpa Noda Bab 49   Airi merasa beberapa minggu ini ada seseorang yang sengaja mengikutinya. Ia duduk di teras seperti biasa. Mobil tersebut terlihat di depan rumahnya. Mobil sedan hitam dengan nomer polisi B2645JU. Airi terus mengingat mobil tersebut. "Mobil siapa, sih. Kemarin ada juga sekarang ada," lirihnya dalam hati.  Ia penasaran dengan orang yang ada di dalamnya. Kaca mobilny hitam, sehingga tak terlihat. Mungkin kalau dari dekat pasti kelihatan.  Airi masuk ke dalam rumah dan menyusun rencana. Ia menyuruh seorang pelayan yang memiliki bentuk tubuh sama dengannya. Airi melepaskan baju yang ia kenakan. Gamis hijau polos dan hijab instan berwarna putih. Memberikan kepada pelayan tersebut. "Pakai baju ini dan jangan lupa hijabnya," perintahnya di dalam kamar."Cepat kamu pakai sebelum ia pergi dan berpura-pura seolah kamu adalah aku." Airi mengintip mobil tersebut da
Read more
Musuh Dalam Selimut
Malam Tanpa Noda Bab 50   "Aku lupa, ini Ayahku," ucap Airi. Bima menyodorkan tangan ke arah Putra.  "Ayahmu ... Saya Putra." Menyambut uluran tangan Bima. "Syukurlah, Airi menemukan Anda."  "Alhamdulilah, ini istri saya. Mak Imah." Bima menyentuh lembut bahu istrinya. "Duh, bang Putra cakep bener ya." Mak Imah terkesima. "Mak Imah juga cantik," puji Putra membuat ibu tiri Airi melayang. "Panggil Putra aja gak usah pakai abang."  Mereka saling berkenalan. Putra baru tahu kalau mereka adalah keluarga Airi. Ia kira Bima dan keluarganya orang yang telah ditolong Airi.  Pada saat Airi bertemu Bima, ia sedang bertemu temannya. Tak tahu kejadian yang terjadi.  "Jadi kamu anaknya Rio. Wajah kalian begitu mirip."  "Namanya juga satu pabrik, Om." Putra terkekeh.  "Jangan panggil Om. Panggil saya Ayah
Read more
PREV
1
...
34567
...
28
DMCA.com Protection Status