Semua Bab What the hell, Tetangga!: Bab 41 - Bab 50
102 Bab
Penolakan
Entah apa yang sedang Jane pikirkan sebenarnya sampai mau saja melakukan ini. Memutar setir ke kanan dan juga fokus pada jalan agar Mendes tidak terluka lagi. Jane sesekali melirik orang yang tengah teler di kursi belakang. Dengan bantuan Juni, Jane benar-benar bisa mengikat Theo di kursi belakang. Mungkin kedengarannya sangat tidak berperi kemanusiaan, namun mau bagaimana lagi, ini semua demi keselamatan Jane. “Makan malam hari ini apa?” ditengah suasana hening mobil yang sedag melaju itu sebuah suara terdengar. Jane melirik ke kaca belakang. Melihat Theo masih setengah terpejam dengan dua tangan terikat diatas paha. Makan malam? Jane memutar mata malas. Bersyukur saja Jane mau membawa Theo pulang dengannya dan juga masih menjaga penuh kesadaran tanpa satu tetes alcohol pun. Tidak seperti Theo dulu, di Korea, dia juga ikut minum tapi berani-berani menyetir mobil dengan Jane di dalamnya. Untung saja Jane tidak mati. “Kenapa kam
Baca selengkapnya
Tukang kunci
Sama seperti pagi biasanya. Pagi hari ini pun Jane berhasil membuka kelopak matanya dengan bantuan suara merdu setelan alarm. Tidak begitu saja bisa mengusir rasa kantuk yang sudah semalaman merajainya. Jane mengangkat tangan, menutupi mulut yang menguap, lalu ia mengucek mata guna mengusir residu pagi yang dihasilkan, lalu sibuk mengumpulkan nyawa. Setelah beberapa saat bertahan di ranjang, Jane berhasil bangun, melemaskan badannya yang kaku sembari menyingkirkan selimut putih yang ia gunakan semalaman. Jane merapihkan rambutnya dengan jemari kemudian mengumpulkannya menjadi satu menjadi gulungan bundar di belakang kepala. Gadis ayu itu kemudian melangkahkan kakinya menuju dapur. Seperti biasa, seperti orang kebanyakan. Setiap baru bangun tidur Jane selalu mengambil satu gelas air putih untuk di minum. Setelah selesai dengan mengisi mineral Jane hendak menuju kamar mandi, baru hendak, karena sepagi ini siapa yang sangka ada orang yang
Baca selengkapnya
Enggan melanjutkan
“Kamu tidur sama dia?” Suasana hening dalam mobil yang di tunggangi Theo itu seketika berubah atmosfir menjadi lebih pekat. Setelah menemui ayahnya di rumah Jane tadi, Theo tidak menunda untuk segera membawa pergi ayahnya dari sana, namun ketika ingat kunci rumahnya di buang kemarin malam lelaki itu tanpa kata hanya menuju mobil dan duduk di kursi penumpang Ferrari milik Kevin itu. Membuat sang ayah yang tadinya ingin mengunjungi tempat tinggal sang anak harus mengurungkan niatnya dan kembali ke rumah-nya sendiri. Kevin mengambil kemudi. Menyetir dengan sang anak di sebelahnya. Menanyakan hal yang harusnya tidak ditanyakan. Kevin tinggal di Jerman, dan tidak ada orang tua menanyakan hal semacam itu pada anak mereka, Kevin pun tau itu, hanya saja, ia ingin bertanya. Helaan napas santai menjadi balasan dari pria yang masih membuang pandangannya ke jalanan itu. “Usia saya tiga puluh satu tahun beberapa bulan lagi.” Yang ar
Baca selengkapnya
Goes to Jogja
Ingat tentang rencana liburan berkedok survei tempat di Jogja? Jane serta kedua temannya melaksanakan rencana itu hari ini. Dan daripada menaiki pesawat ataupun kereta agar bisa sampai lebih cepat mereka memutuskan untuk naik mobil saja. Sembari menikmati perjalanan yang ada dan juga ingin sesekali mencoba menyetir ke tempat yang jauh. Lili datang ke rumah Jane dengan satu tas kecil, wanita itu tak membawa apapun selain pakaian dalam, skincare dan peralatan make up, katanya; gue yakin pasti ada orang jual baju di sana. No ribet-ribet club. Apalagi Maria. Sama seperti Lili barusan, ibu satu anak itu juga merasa keberatan jika harus membawa banyak barang. Meski tau kalau bagasi mobilnya mampu menampung lebih dari sekedar pakaian untuk lima hari. Berkat kemujuran hidup Maria, mereka juga tidak akan kebingungan dengan tempat menginap. Hotel besar milik keluarga sultan itu tentunya ada cabang di Jogja. Jane memeriksa kembali lembar jadwal liburan y
Baca selengkapnya
Lelaki
Suasana di ruangan lebar itu terasa sepi. Tembok berwarna cream dengan aksen modern yang kental itu juga menambah kesan dingin alih-alih warnanya bertone hangat, di samping jendela besar sana ada meja mahoni berukuran besar dan juga kursi kebesaran, lalu di seberangnya juga ada sofa besar mengisi kosong dalam ruangan. Ruangan ini adalah ruangan pemimpin perusahaan konstruksi yang semula menaungi Theo. Ruang kerja milik teman semasa SMA pria itu. Theo memang biasanya tanpa alasan mengunjungi beberapa teman, selain untuk kumpul saat sedang tidak sibuk, beberapa kali memang Theo hanya ingin menghilangkan pikiran. Seperti sekarang ini. Hidupnya tengah agak berantakan, Theo dengan sadar menyadari dan memulai kekacauan tersebut. Kendati demikian, keyakinan Theo sebagai individu yang pilihannya bisa direnggut oleh dirinya sendiri ini jelas menang. Theo tentu lebih memilih mengambil beberapa resiko daripada mengengkan kemauannya dan hidup deng
Baca selengkapnya
Sahabat laknat
Sesampainya empat wanita itu di Jogja, mereka tidak lain tidak bukan langsung membawa diri pada ranjang hotel guna mengusir lelah dan pegal karena seharian menyetir. Tidur di sana hingga sore sebelum kembali mendapat energy untuk segera menyicipi pemandangan pantai yang bisa mereka dapat tak jauh dari lokasi hotel. Sewaktu dengan santai dan juga rileks menikmati pemandangan alam yang amat luar biasa ini, seperti biasa manusia yang paling tidak bisa diam diantara mereka langsung menawarkan sebuah permainan. Maria menunjuk satu laki-laki didepan sana, laki-laki dewasa yang tidak memakai atasan apapun untuk menutupi segenap otot tubuh bagian atas, membuat taruhan mengenai apa orientasi seks laki-laki itu dengan empat orang lainnya. Jane tau ini sangatlah tidak penting dan juga sangat tidak sopan, namun ia bisa berbuat apa ketika Lili dengan semangat mengatakan pilihannya? Jane tidak bisa menolak dan segera membuat pilihan juga. Tentu. Manusia den
Baca selengkapnya
New Tattoos
Sepasang kaki putih berbalut sandal yang terbuat dari rotan itu berjalan santai diantara berpasang-masang kaki lainnya, sibuk bergerak menuju ke tujuan masing-masing. Sudah dengar bahwa Jane telah divonis hukuman bukan? Ia mendapatkan sebuah piercing di pusar. Jane suka itu. terdengar cukup seksi namun tidak berlebihan menurutnya. Maka disinilah ia, sedang berjalan dengan tiga orang wanita yang ia bawa untuk berlibur bersama. Menapaki lantai bersih sebuah mall besar yang ada di Jogja, tak jauh dari hotel tempat mereka menginap. Setelah sekitar dua jam berjalan-jalan hanya untuk shopping dan juga kulineran, Jane akhirnya akan segera di eksekusi. Maria dengan empat paperbag di tangannya menyamai langkah Jane yang semula ada di baris depan bersama Lili. Kelihatannya masih saja ingin bertanya-tanya tentang suatu hal yang telah mereka bahas sebelumnya. Sebuah rahasia yang tiba-tiba saja diungkap oleh mulut besar Lili. Jane m
Baca selengkapnya
Hati yang patah
Sore ini di komplek perumahan yang terasa sepi itu sudah menyala sebuah mobil berwarna hitam. Sedangkan dari pintu putih pemilik dari si mobil hitam dan juga rumah itu terlihat sudah rapih dengan kemeja dan juga celana bahan kebanggaannya, sepatu mengkilap yang digunakan sudah menjelaskan kalau ia akan pergi ke pertemuan penting, ditambah dengan jam tangan mahal di pergelangan tangan dan juga tatanan rambut yang rapih. Theo sudah terlihat seperti boss yang hendak menjemput kekasih yang merupakan karyawannya sendiri seperti tema novel-novel romansa belakangan. Meskipun kisah cintanya tak semanis seperti novel-novel itu, namun visual Theo memang benar-benar terlihat seperti manusia yang keluar dari lembaran kertas penuh kata-kata itu. Ada yang bisa menebak kemana kiranya Theo si boss ini akan pergi? Jerman? Korea? Salah. Jawaban yang benar adalah Jogja. Kenapa? Ada masalah? Apakah sulit di percaya kalau seorang pria bisa menyusul
Baca selengkapnya
Malioboro
Malam yang indah penuh kelap-kelip lampu remang yang menenangkan kendati keadaan ramai itu selalu tersimpan dengan baik di salah satu sudut pikiran Jane. Malam di Malioboro sejatinya memang tidak pernah mengecewakan. Dan mereka berada di tempat yang tak pernah membosankan itu. Duduk di salah satu bangku panjang dan juga meja kayu yang hampir lapuk dimakan usia, bersama dengan satu gelas berukuran sedang berisi minuman hangat yang rasanya sedikit panas dan juga pedas. Sebuah judul kuliner yang tidak boleh dilewatkan jika melancong ke kota istimewa. Jane lupa kapan terakhir kali menikmati malam yang indah di tempat ini, ia tidak terlalu ingat, ia hanya yakin kalau benar bahwa memori indah dan juga hangat selalu tercipta setiap ia dan keluarganya pergi ke Malioboro. Jane menggeser gelas berisi wedang ronde miliknya lebih dekat, mencium aroma hangatnya yang mampu merilekskan segenap gundah dan lalu membawa bibirnya mendekat pada pinggiran gerabah
Baca selengkapnya
Dinner death
Theo tentu saja tidak akan membatalkan makan malam hanya karena hal sekecil itu. Ditolak? Sudah biasa. Jadi dengan nada suara yang tegas dan bersih Theo menanyakan ingin makan apa dan juga makan dimana. Jawaban Jane sama sekali tidak ada yang salah, gadis itu mengatakan apa yang ingin dimakannya dan juga tempat mana yang menyediakan makanan itu. Hanya saja, satu hal yang membuat Theo sedikit terkejut. Dan mulai menahan senyum indah di wajahnya. Tidak menyangka. Theo harusnya tau bagaimana peringai Jane, dan harusnya ia paham kalau gadis itu tidak akan mau dibawa pergi seorangan oleh Theo. Apalagi untuk makan malam di salah satu restoran ternama di Jogja.  Iya. Jane membawa serta pasukannya untuk makan malam bersama Theo. Dan Theo tidak merasa keberatan sama sekali dengan itu. ia tidak masalah, toh tujuannya untuk tetap ada di jangkauan mata Jane tetap terpenuhi. Didalam lingkaran meja bundar yang terbuat da
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status