Semua Bab Playboy Kampus : Bab 71 - Bab 80
107 Bab
Tanda Tanya
 Langit kota Surabaya yang cerah menyisakan sari-sari panas di tubuh Beryl. Namun, semua itu seperti tak terasa oleh Beryl sebab angin yang berdesir membelai tubuhnya. Suara mesin mobil yang menderu mengikuti irama gas yang dimainkan oleh tangan Beryl.Beryl menemukan nomor rumah yang dicarinya. Sebuah rumah kontrakan mungil dengan korden berwarna hijau. Semua jendela rumah itu dalam keadaan tertutup. Rumah itu selamanya akan tertutup meskipun penghuninya ada di dalam. Seorang cewe cantik penghuni rumah itu, dan cewe itulah yang akan ditemui oleh Beryl.Dada Beryl berdebar kencang. Telapak tangannya terasa panas. Beryl membayangkan betapa kesepiannya cewe itu.Beryl melangkah mengetuk pintu. Beberapa kali Beryl mengulang ketukan itu.Tak
Baca selengkapnya
Wajah Yang Kehilangan
 “Aku memang hanya bekerja di sebuah proyek, tapi yakinlah jika tuntutanmu pekerjaan, aku akan mendaptkan pekerjaan yang lebih mapan lagi,”Widya mengangkat kepalanya, kemudian menoleh ke arah Beryl. Tapi, rupanya Beryl lebih memilih menatap ke arah bus yang sedang berjejer.“Bukan karena itu. Sama sekali bukan itu persoalannya. Bukan karena sebuah pekerjaan dan jabatan,” suara Widya terdengar tersekap.“Lalu, apa masalahnya?”Widya hanya menggeleng. Keningnya tampak berkerut.“Di sini saya hanya tinggal di kontrakan kecil. Juga jelek,”“Itu bukan alasan. Itu juga bukan sesuatu yang perlu dipersoalkan,”Widya kembali diam.“Aku in
Baca selengkapnya
Jumpa Kembali di Terminal
 Sore itu Widya merasa lega, bisa bernafas dengan tenang, sebab sudah beberapa sore, dia tak melihat laki-laki itu berdiri di bawah pohon di dekat kantornya.Di sana, di bawah pohon, selama lima sore berturut-turut laki-laki itu pernah menungguinya. Tapi, sekarang laki-laki itu tak pernah muncul lagi."Kemana kah dia? Apakah dia sakit? Atau dia berkecil hati karena aku tak memperbolehkan datang ke kontrakan? Mungkin saja. Pasti dia marah dan tersinggung. Ternyata aku sudah menyakiti hatinya. Aku sudah menyia-nyiakan kebaikannya. Tapi, apa boleh buat? Itu pilihan yang terbaik. Tapi, memang lebih baik dia tak pernah muncul lagi." pikir Widya.Hati Widya kembali gelisah. Widya juga tidak mengerti kenapa dia harus memikirkan laki-laki yang sebenarnya tidak di
Baca selengkapnya
Pulau Madura
 Ternyata lelaki itu tidak menunggu Widya di terminal. Ketika Widya melihat keluar jendela kantornya, dia melihat lelaki itu berdiri di bawah pohon di tepi jalan yang ada di dekat kantornya. Dia tampak bersandar pada batang pohon itu. Andai saja pohon itu tidak ditopang oleh akar yang kuat, pastilah sudah roboh sejak tadi.Laki-laki itu bersandar pada batang pohon sambil menghisap vapenya. Tak ada yang tahu dengan pasti, sudah dari pukul berapa dia ada di situ. Yang jelas, Beryl merasakan detik demi detik berjalan dengan sangat lambat. Bahkan, sama sekali seperti tak bergerak.Beryl sesekali melontarkan pandangannya ke kantor Widya. Matahari dari tadi dilihat Beryl juga seperti malas untuk beringsut.“Akhirnya, dia mau juga. Akhirnya es situ c
Baca selengkapnya
Weekend Yang Romantis
 Sore berikutnya, Beryl telah menunggu Widya di dekat kantornya lagi. Mereka kemudian minum bersama di sebuah kafe yang tak jauh lokasinya dari kantor Widya. Widya tak kuasa untuk menolaknya, karena dia ingin menatap lebih lama mata Beryl. Widya ingin menatap mata Beryl, meskipun untuk kemudian dia harus menunduk karena menerima hunjaman tatapan mata Beryl yang begitu tajam dan dalam. Mata Beryl persis seperti mata yang dirindukan oleh Widya. Mata yang berasal dari masa lalunya.Dan, Beryl mengantar Widya sampai di terminal, di antara kesibukan warga kota Surabaya.Kemudian, untuk keesokan harinya lagi, Beryl telah berdiri tegak sambil bersandar pada sebatang pohon di dekat kantor Widya. Namun, kali ini Widya berharap tidak melihat Beryl berdiri di situ. Meski
Baca selengkapnya
Weekend Yang Romantis
 Sore berikutnya, Beryl telah menunggu Widya di dekat kantornya lagi. Mereka kemudian minum bersama di sebuah kafe yang tak jauh lokasinya dari kantor Widya. Widya tak kuasa untuk menolaknya, karena dia ingin menatap lebih lama mata Beryl. Widya ingin menatap mata Beryl, meskipun untuk kemudian dia harus menunduk karena menerima hunjaman tatapan mata Beryl yang begitu tajam dan dalam. Mata Beryl persis seperti mata yang dirindukan oleh Widya. Mata yang berasal dari masa lalunya.Dan, Beryl mengantar Widya sampai di terminal, di antara kesibukan warga kota Surabaya.Kemudian, untuk keesokan harinya lagi, Beryl telah berdiri tegak sambil bersandar pada sebatang pohon di dekat kantor Widya. Namun, kali ini Widya berharap tidak melihat Beryl berdiri di situ. Meski
Baca selengkapnya
Mengapa Harus Di banding-bandingkan
 Leher Beryl bersimbah peluh. Udara siang itu terasa panas dan pengap. Mobil yang dikemudikannya telah melintasi kampus Unair. Beryl ingat beberapa temannya yang sama-sama aktivis kampus. Lama mereka tak mengadakan acara kumpul-kumpul bersama untuk berdiskusi seperti dulu lagi.Kegiatan diskusi seperti terabaikan. Hari-hari Beryl dilanda kesibukan memikirkan Widya. Widya, sic ewe bermata teduh. Widya yang punya wajah selembut kain sutera. Widya yang begitu halus. Widya yang kini lemah dan rapuh. Beryl membelokkan mobilnya menuju kontrakan Joni. Matahari terasa semakin membakar ubun-ubun. Begitu pintu kontrakan Joni terbuka, Beryl langsung masuk begitu saja.Beryl sedang membersihkan ruangan tamu kontrakannya. Kendati kontrakan Joni tak ber-AC, namun udara di tampat kontrakan Joni tak terasa begitu panas.“Rajin sekali?”“Biar gak terasa pengap saja,” jawab Joni.“Tumben kamu gak sedang belajar
Baca selengkapnya
Bagai Misteri
 Damar mengetuk-ngetuk meja kerjanya dengan pulpen yang dipegangnya. Damar mengusap-usap rambutnya yang rapi. Udara di ruangannya terasa sejuk. Kesejukan di ruangan Damar juga didukung oleh keharuman parfum yang dipergunakannya.Seperti film yang tengah diputar saja satu per satu wajah para gadis melintas dibenaknya. Entah, sudah berapa orang yang melintas di benaknya, karena Damar pun tak bisa mengingatnya satu per satu jumlahnya ada berapa. Bayangan gadis-gadis itu melintas silih berganti. Hanya beberapa gadis saja yang begitu tajam terbayang oleh Damar. Semua mungkin dipengaruhi karena memiliki pengalaman yang istimewa dan luar biasa dengan mereka. Gadis-gadis tersebut tentunya yang memiliki pesona luar biasa juga. Itulah yang mengendap dalam kenangan Damar. Sementara yang lainnya hanya biasa saja.Gadis-gadis yang punya kenangan kuat dalam ingatan Damar tentunya mereka yang pernah punya pengalaman main yang luar biasa. Pengalaman main seperti kud
Baca selengkapnya
Biarkan Tetap Menjadi Misteri
 “Terlalu sulit buat saya untuk menjelaskan. Yang jelas saya hanya ingin kamu tidak terlalu banyak tahu tentang diri saya. Yang terbaik, biarlah kita hanya bersama di jalanan saja. Terserah kamu menilaiku bagaimana. Itu hak kamu. Selama kamu mau berteman dengan cara seperti itu, hati saya sudah cukup senang. Barangkali kamu hanya menganggapku sebagai perempuan jalanan, itu juga terserah. Hanya itu pilihan yang bisa saya lakukan dan yang bisa saya berikan,”“Apa sebenarnya yang kamu rahasiakan dariku, Wid?” Tanya Beryl.“Sudahlah!” mata Widya memandang dengan gelisah.Widya seperti masuk pada perangkap jebakan. Hatinya merasa sangat ketakutan, was-was, dan juga bingung, yang bercampur menjadi satu.“Sampai kapan kita harus tetap begini?”“Terserah kamu, sampai kapan kamu ingin berteman dan bergaul dengan saya. Kalau memang kamu sudah bosan, dan merasa tak nyaman kamu bebas untu
Baca selengkapnya
Pada Sore-sore Yang Sepi
 Sore itu akan menjadi sore yang sepi buat Widya. Beryl tak pernah muncul lagi. Sejak sore di restoran Cina itu, Beryl tak pernah lagi menunggunya di bawah pohon yang terletak di dekat kantor. Pun Beryl juga tak pernah lagi menghubunginya lewat telepon maupun media sosial lain.Sore itu menjadi sore pertama yang begitu sepi. Widya masih sangat mengharapkan kedatangan Beryl. Sangat jauh berbeda dengan yang sesungguhnya diucapkannya sewaktu ada di depan Beryl. Barangkali saja memang Beryl belum datang. Barangkali saja lalu-lintas kota Surabaya sedang macet. Barangkali saja aktivitas telepon dan media sosialnya sangat sibuk, hingga belum ada waktu untuk menghubungi Widya. Dan, sejuta barangkali yang lain masih menyelinap di benak Widya.Maka, begitu keluar kantor, Widya sengaja memperlambat langkahnya. Bahkan ketika tiba di bawah pohon di tempat Beryl biasa menunggu, sengaja Widya masih menunggu tegak.Tanpa disadari oleh Widya, sejak tadi Damar sengaj
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status