Semua Bab Sang Legenda dari Masa Lalu: Bab 21 - Bab 30
164 Bab
Bab 21: Ahli Pedang vs Ahli Sihir (part 2)
“Tetaplah dibelakangku,” ucap Nata kepada Elis. West mulai membungkukan badannya hendak menyerang Nata, namun dia mengurungkan niatnya saat merasakan tanah yang mulai bergetar. Semua orang di tempat itu tampak terkejut, terlebih udara di sekitar hutan itu terasa mulai panas. Dedaunan kering dan ranting kayu yang sudah jatuh ke tanah mendadak mulai terbakar. Merasakan aliran mana yang luar biasa seperti itu membuat Raspati, West, Tiger dan Ajid melompat menjauhi Nata yang menjadi pusat dari aura panas yang mereka rasakan. Perlahan titik-titik api muncul di sekeliling tubuh Nata bagaikan kelopak bunga yang belum mekar, Elis benar-benar takjub melihatnya. Sihir yang digunakan Nata bukan hanya hebat, namun juga begitu indah. “Ini.. sihir naga api?” batin Vana yang juga merasakan aliran mana milik Nata yang begitu luar biasa. “Bukankah itu sihir tingkatan catur?” ujar R
Baca selengkapnya
Bab 22: Tawanan Keluarga Leonard
Melihat kemampuan dahsyat lawannya membuat nyali Tiger mencut, dengan sisa tenaganya dia langsung menghampiri West yang tengah meringis kesakitan. Tiger langsung memapah temannya dan pergi dari tempat itu, Nata hanya menatapnya dari kejauhan seolah tidak ingin menghentikan mereka berdua. Sementara Raspati dan teman-temannya ditambah Jiz dan Nela masih duduk bersimpuh di tanah, melihat mereka sudah tidak memiliki niat bertarung lagi Nata langsung melenyapkan ketiga naga sihir yang masih bergerak mengitari tubuhnya. Elis juga terlihat menarik nafas lega sebab lawannya tampak sudah menyerah. “Kenapa kalian tidak melarikan diri seperti mereka berdua?” tanya Nata sambil berjalan mendekati Raspati dan Ajid yang duduk terdiam menunduk. “Tidak ada alasan bagi kami untuk lari, kami tahu jika anda sejak awal mengeluarkan kemampuan anda maka kami sudah tidak akan bisa berdiri lagi,” jawab Ajid. 
Baca selengkapnya
Bab 23: Menyusun Rencana Penyerangan
Setelah menerima tawaran dari Nata, kelompok Raspati dan juga Jiz bergiliran memperkenalkan dirinya. Begitu juga dengan Nata dan Elis yang ikut memperkenalkan dirinya kepada mereka semua. Sebagai tanda persahabatan Nata langsung mengobati seluruh kelompok Raspati dan Jiz dengan sihir healingnya. Vana dan Jiz terlihat takjub dengan keahlian sihir Nata yang ternyata juga menguasai sihir penyembuhan, luka bakar di tubuh Jiz dan luka-luka di tubuh Raspati dan Ajid sudah pulih seutuhnya setelah diobati oleh Nata. Setelah selesai mengobati mereka semua Nata mengajak mereka untuk berpindah ke tempat lain. Nata khawatir kalau masih ada rombongan pengembara lainnya yang akan datang ke tempat itu setelah mendengar pertarungannya tadi, Raspati dan Jiz beserta teman-temannya langsung setuju dengan usulan Nata tersebut. Mereka kemudian berjalan menjauh ke arah barat, mereka akhirnya berhenti di sebuah tepi sungai yang airnya mengalir melewati Desa Pariuk
Baca selengkapnya
Bab 24: Penyerangan di Kota Lheas
Satu bulan sudah berlalu. Pagi ini di perbatasan Kota Lheas, Nata dan Elis yang sedang menyamar berjalan pelan di tepi jalanan yang sepi. Mereka tampak menatap setiap orang yang berpapasan dengan mereka, sesuai rencana seharusnya hari ini tepat satu bulan mereka pergi dari Desa Pariuk, hari ini mereka harusnya bertemu lagi dengan Jiz dan kelompok Raspati. “Apakah mereka sudah tertangkap keluarga Leonard ya?” ujar Elis yang berjalan di samping Nata. “Mereka hanya akan ditangkap jika menyabit-nyabit nama kita. Tapi jika mereka mengikuti rencana yang sudah disusun seharusnya mereka baik-baik saja,” jawab Nata seraya terus berjalan. Sejauh ini dia tidak merasakan aliran mana yang sama seperti kelompok Raspati dan Jiz. Mereka berdua terus berjalan menelusuri perbatasan Kota Lheas. Bukan tanpa alasan mereka melakukannya, tapi itu satu-satunya cara untuk mengetahui lokasi Raspati dan yang lainnya. Nata m
Baca selengkapnya
Bab 25: Sang Dewa Angin vs Penyihir Kerajaan (Part 1)
Nata mulai menggerakan tangan kanannya. Saat itu juga titik-titik api muncul di sekelilingnya, tidak hanya itu namun juga bulir-bulir air ikut terbentuk, terdengar pula angin yang bergemuruh di sekitar tubuh Nata sampai bajunya ikut bergerak tertiup angin. Partikel-partikel debu yang terapung di udara mulai berkumpul mulai membentuk batuan. Titik api yang semakin membesar hingga terlihat oleh orang-orang yang ada di sekitar Kota Lheas, bulir air juga semakin membesar membentuk gumpalan air, angin yang bergemuruh semakin menderu hingga memadat di udara. Gumpalan batuan juga semakin besar ketika semakin banyak debu yang berkumpul. Perlahan titik api mulai membentuk seekor naga api yang membara, gumpalan air juga membentuk naga air. Begitu juga dengan udara yang memadat serta kumpulan bebatuan yang akhirnya membentuk naga angin dan naga tanah. Keempat sihir naga tersebut langsung bergerak mengitari tubuh Nata. “Itu..
Baca selengkapnya
Bab 26: Sang Dewa Angin vs Penyihir Kerajaan (Part 2)
Melihat lawannya malah tersenyum tentu membuat Julian sangat kesal, dia adalah seorang penyihir utama Kerajaan Irish yang sangat dihormati. Saat mendengar namanya saja semua penyihir pasti langsung gemetar, tidak pernah ada yang berani tersenyum sedikitpun saat berhadapan dengannya selama ini. Julian langsung mengangkat kedua tangannya ke udara, saat itu juga angin mulai bergemuruh dari sekitar tubuhnya. Baron dan ketiga penyihir lainnya langsung melompat kea tap lain sebab khawatir akan terkena dampak kekuatan milik Julian. Angin semakin bergemuruh bagaikan angin topan, atap-atap rumah penduduk langsung bergetar bahkan ada yang sampai berhamburan. “Sihir angin tingkatan catur, windstorms,” batin Nata sambil tersenyum dengan kedua tangan masih menyilang di dadanya dengan santai, sebagai seorang penyihir yang berjuluk dewa angin dari Pentagram tentunya dia sangat tahu seluk beluk setiap sihir elemen angin lebih dari siapapun.
Baca selengkapnya
Bab 27: Satu Lawan Lima
Dari badai angin yang memporak-porandakan Kota Lheas terlihat sebuah bayangan besar bergerak keluar dari badai, seekor naga besar yang terbentuk dari udara yang memadat mulai menampakan diri dari dalam badai. Udara di tempat itu juga mulai terasa panas saat pusaran api yang terbentuk di sisi Nata semakin besar membentuk tornado api. Air yang tadi hanya terlihat kecil juga mulai membentuk pusaran layaknya angin puyuh yang menjulang tinggi. Ada juga tornado angin yang berputar cepat hingga terdengar gemuruh yang mengerikan, meskipun skalanya lebih kecil dari badai angin yang digunakan Julian namun pusaran angin milik Nata terlihat lebih padat. Di dekat pusaran angin juga ada tanah yang berputar membentuk tornado dalam bentuk yang padat, tornado tanah tersebut tampak sangat keras meskipun berputar layaknya angin puyuh. Sementara itu tubuh Nata sendiri kini dipenuhi dengan gradasi cahaya berwarna kuning pertanda sihir penyembuhan. Tidak salah la
Baca selengkapnya
Bab 28: Penyerangan Kediaman Keluarga Leonard
Elis, Raspati dan para pengembara lainnya terus menyusuri lorong. Beberapa kali tanah berguncang hebat sampai mereka harus berhenti melangkah, setelah getaran tanah mereda mereka kembali berjalan menyusuri lorong yang menuju langsung ke kediaman keluarga Leonard. Saat mereka sudah melihat ujung dari lorong tersebut tiba-tiba saja tanah berguncang lebih dahsyat dari sebelumnya, mereka bahkan mendengar suara dentuman hebat di permukaan tanah. “Apa yang sebenarnya terjadi?” ujar beberapa pengembara yang terlihat ketakutan sebab tanah berguncang hebat. “Apa ini akibat Tuan Nata yang sedang bertarung?” ucap Jiz sambil melihat ke langit-langit lorong tanah, dia khawatir kalau lorong tersebut akan ambruk menimpa mereka. “Jika tanah sampai berguncang hebat seperti ini, kelihatannya pertarungan yang terjadi di sana sangatlah dahsyat,” tukas Raspati yang terus menggenggam erat dinding lorong tan
Baca selengkapnya
Bab 29: Bentrok di Kediaman Leonard
Belum lepas keterkejutan Jiz, tiba-tiba saja puluhan panah petir langsung melesat menyerangnya dari balik reruntuhan benteng. Jiz dan satu penyihir lainnya segera merapalkan sihirnya untuk menahan puluhan panah petir yang datang menggunakan sihir yang serupa. Sementara itu Gerald dengan kejamnya menghujamkan pedangnya ke dada penyihir yang sudah tumbang di tanah.   ‘Ddhhaammrr..’   Terdengar ledakan-ledakan kecil saat puluhan panah petir menghantam panah angin dan panah api. Suara ledakan itu menyamarkan suara jeritan penyihir yang dihabisi oleh Gerald. Dari lubang satu persatu muncul para prajurit anak buah Gerald, Jiz dan temannya kembali melompat mundur untuk menjaga jarak dari para prajurit dan Gerald. Mereka tahu sebagai seorang penyihir kesempatan mereka menang dalam bertarung jarak dekat sangatlah kecil.   “Dasar tikus tanah, kalian pikir bisa lari dari kami begitu saja?” tukas Gerald seraya mencabut pedangnya dar
Baca selengkapnya
Bab 30: Kebiadaban Para Bangsawan
Raspati, Ajid dan Elis terus berlari menyusuri setiap sudut rumah megah Leonard, kali ini tujuan mereka adalah lantai dua dan seterusnya. Di saat mereka berlari tersebut terdengar dentingan senjata beradu dan beberapa ledakan kecil di titik lain kediaman Leonard, mereka yakin kalau kelompok pengembara lainnya sedang baku hantam dengan para prajurit dan penyihir keluarga Leonard. Dari belakang mereka bertiga terdengar langkah kaki Vana dan Nela yang menyusul, kini mereka berlima terus berlari menyusuri lorong-lorong dan memeriksa setiap ruangan yang mereka lewati. Namun bukan hanya teman-teman mereka saja yang tidak ada tapi para prajurit yang harusnya berpatroli juga tidak terlihat satupun. “Kelihatannya para prajurit yang bertugas patrol di dalam rumah juga berkumpul di tempat lain,” tukas Ajid. “Itu lebih baik, prioritas utama kita kali ini adalah membebaskan para tawanan wanita dan beberapa pria yang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
17
DMCA.com Protection Status