Semua Bab Sang Legenda dari Masa Lalu: Bab 11 - Bab 20
164 Bab
Bab 11: Sihir Elemen Api
Mereka kembali melanjutkan perjalanan setelah selesai makan. Sepanjang perjalanan Elis terus berusaha mencari elemen mana yang cocok dengan tubuhnya setelah tidak cocok dengan elemen angin, mulai dari healing, tanah dan air. Tapi sejauh ini dia masih belum menemukan kecocokan. Nata mengatakan bahwa kini tersisa dua kemungkinan saja, elemen api atau Elis menguasai sihir khusus. “Tapi bagaimana kalau aku ternyata tidak memiliki bakat dalam ilmu sihir?” tanya Elis. “Itu tidak mungkin, setiap tubuh makhluk hidup baik itu hewan atau tumbuhan apalagi manusia selalu memiliki mana. Bakat itu bukanlah sesuatu yang penting sebab pada dasarnya semua orang bisa menjadi hebat hanya dengan berusaha keras pantang menyerah,” tutur Nata. “Tapi, jika aku berhasil menemukan kecocokan dengan salah satunya. Belum tentu dalam waktu cepat bisa segera menggunakannya,” ucap Elis sembari memegang liontin di lehernya. Nata yakin kalau Elis ingin segera membalaskan dendam orang tua dan
Baca selengkapnya
Bab 12: Kereta Kuda Mencurigakan
Selama satu minggu setelah Elis menemukan kecocokannya dengan sihir api, mereka kembali melanjutkan perjalanannya, tapi kali ini sambil berjalan Nata terus mengajari Elis sihir tingkatan Eka (kesatu). Elis butuh waktu tiga hari sampai bisa menguasai tingkatan sihir paling dasar tersebut.Nata terus memberikan semangat kepada Elis agar tidak langsung pesimis. Dia bilang mempelajari sihir tanpa rapalan memang lebih susah dibandingkan dengan rapalan. Tapi susahnya hanya di awal-awal saja. Sebab penggunaan sihir tanpa rapalan itu sangat bergantung dengan imajinasi, keyakinan dan konsentrasi.Jika ketiga hal itu terus diasah dari awal maka semakin lama orang itu mempelajari sihir maka akan semakin mudah juga dia menguasainya. Sampai saat ini Elis masih terus berusaha menggunakan sihir api tingkatan Dwi (kedua), sudah terlihat ada kemajuan dibandingkan beberapa hari sebelumnya.Nata juga tidak hanya mengajari Elis sihir saja, tapi dia juga mengajarinya cara membela di
Baca selengkapnya
Bab 13: Rombongan Bandit
“Sayang sekali, aku tidak memilih keduanya,” jawab Nata sembari tersenyum seolah tidak merasa gentar sedikitpun. “Kalau begitu, biarkan pedangku yang memilihnya!” tegas pria di depan Nata, ternyata dia adalah Brok bos dari komplotan bandit yang biasa berkeliling mencari mangsa di daerah selatan Kerajaan Irish. Dua pria lainnya adalah anak buah kepercayaannya yang bernama Brek dan Bruk. Brok langsung menebaskan pedangnya tapi Nata langsung membawa Elis mundur menjauh, belasan anak buah Brok langsung mengejar untuk menyerang Nata setelah mendapatkan perintah dari Brek. “Berhati-hatilah, aku akan menghadapi mereka dari dekat,” ucap Nata kepada Elis setelah menapak kembali di tanah. “Baik,” jawab Elis yang langsung menatap tajam semua lawannya, dia rasa Nata ingin melihat sejauh mana perkembangan latihannya selama seminggu ini. Nata sen
Baca selengkapnya
Bab 14: Sihir Naga Angin
“Apa yang baru saja terjadi?” batin Bruk yang sama sekali tidak mengerti kenapa sihirnya meledak di tengah jalan sebelum mengenai sasarannya. “Apa itu?” ujar Brok yang terlihat kaget sebab sihir temannya seakan gagal. Elis tidak membuang kesempatan, dia langsung menggunakan sihirnya lagi untuk menciptakan puluhan jarum api. Saat tangannya di gerakan puluhan jarum api yang tercipta di depannya itu langsung melesat menuju ke arah Brok yang masih tertegun kaget. Tapi Brok juga bukanlah orang lemah, posisinya sebagai ketua rombongan bandit pastinya mencerminkan kemampuannya dalam bertarung. Brok melompat ke belakang sembari memainkan pedangnya menangkis beberapa jarum api yang melesat ke arahnya. Meski begitu beberapa jarum api yang tidak bisa dia tangkis langsung menancap di tubuhnya yang kekar, bajunya bahkan langsung terbakar sebab kebanyakan jarum itu menancap di tubuh bagian atasnya. 
Baca selengkapnya
Bab 15: Tawanan
Brok kemudian berjalan mendekati Nata yang masih berdiri di tempatnya, sedangkan Bruk sudah tidak berdaya dia hanya bisa bersimpuh dan pasrah. Bruk tahu bahwa pria yang menggunakan sihir naga angin itu bukanlah orang sembarangan, harapannya saat ini hanyalah ampunan dari Nata.   “Siapa kau sebenarnya?” tanya Brok sambil tangan kanannya menghunuskan pedang ke arah Nata, sedangkan tangan kirinya diacungkan ke atas seakan memberikan isyarat tertentu kepada anak buahnya.   “Sebaiknya kalian jangan melakukan hal yang akan kalian sesali,” ucap Nata sembari menatap Brok dengan tatapan tajam, naga angin yang dia ciptakan tadi masih bergerak mengitari tubuh Nata.   “Jangan sombong kau penyihir, hanya karena kau bisa menggunakan sihir tingkat catur (keempat) bukan berarti kau bisa menang melawan kami!” tegas Brok, perhatiannya masih tertuju ke arah dibelakang Nata.   Terlihat anak buah Brok yang tadi tidak tur
Baca selengkapnya
Bab 16: Prinsip
Nata mengalihkan pandangannya kepada Bruk yang terlihat menggigil ketakutan, namun Nata malah melangkahkan kakinya mendekati Brek yang sedang terkapar di tanah. Luka yang dia terima saat Nata menggunakan sihir naga angin ternyata cukup fatal, dia bahkan tidak sadarkan diri dan jika dibiarkanpun dia akan segera tewas.   Nata kembali berbalik dan berjalan ke arah Bruk, sadar bahwa nyawanya terancam Bruk langsung bangkit dan berbalik hendak melarikan diri. Tapi baru saja beberapa langkah dia berlari Bruk langsung menjerit kesakitan, tubuhnya ambruk menghantam tanah. Kedua kakinya sudah tertusuk panah angin hingga mengeluarkan darah.   “Am..pun,” ucap Bruk dengan terbata-bata.   Degup jantung Bruk semakin berdetak kencang saat mendengar langkah kaki Nata yang berjalan semakin mendekat. Bruk perlahan mencoba merangkak untuk melarikan diri, dia tahu nasibnya pasti tidak akan jauh berbeda dengan Brok. Namun seberapa kuatpun Bru
Baca selengkapnya
Bab 17: Desa Pariuk
“Mereka tidak akan berani melakukan hal seperti itu, lagipula melihat kematian pemimpin mereka secara mengenaskan pastinya membuat mental mereka langsung runtuh,” jawab Nata. “Kamu akan mengendalikan kuda itu sendiri? Kenapa tidak menyuruh mereka saja?” tanya Elis sebab kereta kuda yang lain dibawa oleh anak buah Brok. “Tidak, sebagai seorang pengembara aku lebih suka membawanya sendiri,” jawab Nata sembari mulai menjalankan kereta kuda sembari tersenyum. Sebenarnya ada alasan lain kenapa Nata ingin mengendalikan kereta kuda itu oleh dirinya sendiri. Hal itu mengingatkannya ke rutinitasnya beberapa tahun yang lalu tepat sebelum berhadapan dengan Lotus, waktu itu Pentagram masih sering melakukan perjalanan ke berbagai penjuru dunia untuk menyusun kekuatan melawan Lotus. Sebagai anggota paling muda di Pentagram, Nata mendapatkan tugas untuk mengendalikan kereta kuda di saat Pentagram bep
Baca selengkapnya
Bab 18: Para Pemburu Hadiah (part 1)
Nata dan Elis tidak berhenti lama di warung tempat penjaga desa berada, mereka berdua kembali berjalan menyusuri jalanan desa. Setelah berbincang dengan penjaga desa, Nata merasa ada yang mengganjal di pikirannya. Kedatangan dua rombongan pengembara dalam waktu yang bersamaan baginya sangatlah tidak wajar. Mungkin itu bisa saja sebuah kebetulan, tapi setelah mempertimbangkan kata-kata penjaga desa itu Nata merasa ada yang janggal. “Kelihatannya kau sedang memikirkan sesuatu,” tukas Elis saat melihat Nata terus melamun saat berjalan. “Ya, setelah berbicara dengan penjaga desa tentang rombongan pengembara yang datang ke desa ini rasanya ada yang aneh. Terlebih dia bilang kalau tadi pagi ada dua rombongan pengembara yang datang ke desa ini,” jawab Nata sembari memegang dagunya. “Bukankah itu biasa saja? Dulu ke Desa Randegan juga banyak rombongan pengembara yang datang bersamaan,” ucap El
Baca selengkapnya
Bab 19: Para Pemburu Hadiah (part 2)
Pria yang tadi menyerang Nata kembali melesat, tapi kali ini dari belakang Nata juga sekelebat bayangan ikut menyerang seraya mengayunkan kapak besar di tangannya. Nata langsung menciptakan pedang angin di kedua tangannya. ‘Ttrrraankss..’‘Tttrrraannk..’ Terdengar dentingan besi beradu dengan besi, pedang angin yang menghantam kapak masih utuh tapi tangan kiri Nata yang memegangnya seakan bergetar. Sedangkan pedang angin yang dia gunakan di tangan kanannya untuk menahan tebasan pedang langsung hancur seketika. “Kekuatan para pengembara memang luar biasa, tidak seperti bandit biasa atau pasukan lemah yang pernah aku lawan,” batin Nata. Belasan panah dari tempat tak terlihat juga melesat menuju Nata yang masih menghindari serangan pria besar yang membawa kapak dan pria yang membawa pedang. Tanpa menggerakan tangannya Nata hanya mengedipkan matanya saja, saat i
Baca selengkapnya
Bab 20: Ahli Pedang vs Ahli Sihir (part 1)
“Kelihatannya ada sedikit kesalahpahaman di sini. Dia bukanlah seorang pembunuh, keluarganya justru menjadi korban keluarga bangsawan Leonard yang bertindak semena-mena,” tukas Rafsa berharap bahwa para pengembara itu berubah pikiran. “Sebagai seorang pengembara, aku yakin kalian mengetahui situasi di kerajaan Irish saat ini. Aku yakin kalian juga tahu sikap para bangsawan yang suka berbuat seenak hatinya, keluarga wanita ini adalah salah satu korban dari kelakuan mereka,” sambung Nata. “Jika kau sanggup membayar ganti dari hadiah yang akan mereka berikan, maka aku bersedia membiarkan wanita itu hidup,” tukas West sembari memegang erat pedangnya. Sementara Raspati terlihat masih termenung seakan sedang berpikir apa yang harus dia lakukan. “Kami tidak memiliki uang apalagi dalam jumlah besar, tapi kami akan sangat berterima kasih jika kalian mau melepaskan kami,” ucap Nata s
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
17
DMCA.com Protection Status