All Chapters of Sang Legenda dari Masa Lalu: Chapter 31 - Chapter 40
164 Chapters
Bab 31: Sihir Lemah yang Mematikan
Merasa kalau lawannya tidak mudah di tumbangkan, Ajid dan Elis langsung melompat mundur kembali hanya Raspati yang kembali menebaskan pedangnya meski lagi-lagi berhasil dihalau oleh lawannya. Leon hanya tertawa senang melihat lawan-lawannya tidak bisa mendekatinya, dia kemudian duduk di sofa yang ada di ruangan dan menyuruh kedua prajurit yang membawa Liani meletakan Liani di sampingnya.   Melihat hal itu tentunya Ajid dan Raspati semakin geram, Elis langsung menyatukan kedua telapak tangannya. Saat itu juga di sekitar tubuhnya tercipta titik-titik api yang membuat udara di ruangan tersebut terasa begitu panas, dua prajurit yang tadi memapah Liani langsung maju menyerang. Tapi titik-titik api itu langsung memadat menjadi tombak api yang membara, saat Elis merentangkan telapak tangannya ke depan saat itu juga lima tombak api melesat menuju musuhnya.   Pria yang tadi topengnya dibakar Elis juga langsung menghunuskan pedangnya, akan tetapi tiga
Read more
Bab 32: Akhir Sang Penyihir Kerajaan
Nata berjalan perlahan menuju Julian yang sedang meraung kesakitan, sementara itu Baron yang terkesima tidak bergerak sedikitpun dari tempatnya berdiri. Satu anak buah Julian yang tersisa juga sudah ambruk di tanah sambil merasakan sakit di sekujur tubuhnya yang sudah bersimbah darah. Julian yang sedang menekan rasa sakit di tubuhnya terus menatap Nata dengan tajam, sekarang dia paham kalau orang yang dia tendang tadi bukanlah Nata melainkan Baron. Begitu juga Baron yang mulai sadar sebenarnya apa yang terjadi saat kabut tebal menyelimuti tempat pertarungan mereka tadi. Sejak awal memang Nata sudah merencanakan semuanya, dia sengaja membuat kabut tebal agar menutupi tempat pertarungan. Setelah itu dia sengaja menyerang Baron, tapi saat Baron menyerang balik Nata berpura-pura mundur dan tidak melakukan serangan balik lagi agar Baron mengira kalau Nata memang kesulitan bertarung di tengah kabut yang tebal. Nata juga mencip
Read more
Bab 33: Pembalasan Dendam
“Bagaimana kau bisa sampai kemari? Apa yang terjadi dengan para penyihir yang menjaga diluar?” tanya Leon sambil menghunuskan pedang ke arah Nata. “Mereka kelihatannya sedang tertidur lelap,” jawab Nata sambil melompat mendekati Elis. “Kita tidak punya banyak waktu, jika kabar di kota ini sudah sampai di kerajaan maka situasinya akan semakin buruk,” ucap Nata. Raspati dan yang lainnya mengangguk paham, sejak awal mereka memang berencana menyerang dengan cepat. ‘Wwrrr..’‘Bbbhhaammrr..’ Baru saja Nata selesai berbicara tiba-tiba dari langit melesat sebuah kilatan petir yang menyambar Nata, tapi belum sempat petir itu menghantam tubuhnya tiba-tiba saja petir meledak di udara. Shella yang baru datang langsung melompat mendekati Leon. “Tuan sebaiknya segera pergi ke tempat yang aman, sekarang seluruh kediaman in
Read more
Bab 34: Hukuman Bagi Bangsawan Biadab
Elis terpejam tidak sadarkan diri di pangkuan Nata, efek racun yang digunakan oleh Leon kelihatannya mulai bereaksi. Nata langsung menggunakan sihir penyembuhan untuk melenyapkan racun di tubuh Elis, cahaya gradasi warna kuning mulai menyelimuti tubuh Elis. Darah berwarna hitam mulai keluar dari bekas luka sayatan di leher Elis, tubuhnya tampak mengejang menahan rasa sakit saat racun itu dikeluarkan. Setelah darah hitam keluar seluruhnya, luka sayatan di leher Elis mulai menghilang tanpa bekas. Tubuh Elis yang tadi begitu panas karena demam kini sudah membaik meskipun dia memang masih belum sadarkan diri, Nata mulai mengalihkan pandangannya kepada tubuh Leon yang sudah tewas bersimbah darah. Terdengar derap langkah pelan dari arah belakang Nata. “Kelihatannya kau sudah sadar,” ucap Nata tanpa berbalik sedikitpun, kini dibelakangnya sudah berdiri seorang wanita yang merupakan salah satu penyihir keluarga Leonard. 
Read more
Bab 35: Akhir Riwayat Keluarga Leonard
Tubuh Lion terkulai lemas dan ambruk ke lantai, Nata menghela nafas panjang lalu menatap tangan kirinya sendiri yang gemetar setelah menghabisi seluruh keluarga biadab Leonard. Meskipun mereka adalah orang-orang biadab dan keji, tapi mereka tetaplah manusia. Sebagai sesama manusia tentunya Nata juga merasa iba, kadang dia berpikir mungkin orang-orang seperti itu bisa berubah sikapnya menjadi lebih baik. Tapi itu hanyalah kemungkinan tanpa adanya jaminan, dia tidak akan mengulangi kesalahannya lagi di masa lalu. “Aku pikir setelah kami mengalahkan Sang Raja Ketamakan di masa lalu, aku tidak perlu melakukan hal ini lagi,” ucap Nata sambil menatap telapak tangan kirinya lagi. “Sampai kapan aku harus melakukannya? Apakah memang di dunia ini tidak ada yang namanya kedamaian?” pikir Nata sembari menghela nafas dalam, perlahan kakinya kembali melangkah meninggalkan ruangan tempat seluruh keluarga Leonard tewas. 
Read more
Bab 36: Bala Bantuan dari Kerajaan
Nata berjalan perlahan di perbatasan Kota Lheas yang sudah hancur lebur, di sekelilingnya tampak warga Kota Lheas sedang mengantri untuk mendapatkan harta benda keluarga Leonard sebagai ganti rugi harta benda mereka yang lenyap imbas dari kehancuran Kota Lheas akibat sihir tingkat tinggi yang digunakan Julian. Tentunya orang yang membagikan harta benda tersebut bukanlah para pengembara, mereka hanya diberi tugas untuk membawa harta benda dari kediaman keluarga Leonard saja sesuai dengan rencana yang dibuat oleh Nata. Tapi kelihatannya rencananya berjalan sesuai yang dia harapkan, Nata hanya tersenyum melihatnya dia benar-benar kagum karena para pengembara itu melakukan semuanya sesuai dengan yang dia rencanakan. “Maafkan aku karena menyerahkan Elis kepadamu,” ucap Nata kepada Lia yang masih menggendong Elis di punggungnya. “Tidak apa-apa, ini tidaklah seberapa dibandingkan pekerjaanku di keluarga Leonar
Read more
Bab 37: Buronan Seluruh Kerajaan Irish
Nata dan Lia yang membawa Elis akhirnya sudah sampai di kota yang berada di dalam wilayah kekuasaan keluarga bangsawan Whale di sebelah barat Kerajaan Irish. Nata memutuskan untuk beristirahat di kota itu sembari menunggu Elis sadarkan diri. Lia menawarkan untuk menyewa penginapan saja, sebab dia tidak tega jika membiarkan Elis tidur di luar dengan keadaan seperti itu. Nata menyetujui usul dari Lia tersebut, tapi dia memilih untuk tidur diluar saja. Lia akhirnya membawa Elis ke sebuah penginapan murah dan membaringkannya di tempat tidur, sebagai penyihir keluarga bangsawan tentunya Lia memiliki uang yang cukup untuk menyewa penginapan mewah, tapi Nata menyarankan dia untuk menyewa penginapan murah saja sampai Elis sembuh untuk menghemat uang yang Lia miliki. Esok harinya Nata berkeliling kota untuk mencari informasi yang mungkin berguna, namun saat sedang berkeliling dia mendengar desas desus tentang hancurnya Kota Lheas yang ternyata sudah
Read more
Bab 38: Pengusik di Malam Hari
Seminggu lebih mereka sudah berjalan dari wilayah kekuasaan keluarga Whale di barat, mereka juga sudah melewati wilayah kekuasaan keluarga Trisha yang ada di barat daya Kerajaan Irish. Kini mereka sudah berada di perbatasan wilayah kekuasaan keluarga Suherman. Perjalanan mereka cepat berlalu karena Lia menggunakan uangnya untuk membeli sebuah kereta kuda, hal itu dilakukan agar perjalanan mereka tidak terlalu menarik kecurigaan dari orang-orang di kota yang mereka lewati. Mereka bertiga akhirnya sampai di sebuah kota bernama Cisapi, karena waktu sudah hampir malam mereka memutuskan untuk beristirahat di sana menunggu pagi tiba. Mereka bertiga juga sudah merubah kembali penampilan mereka, Kini Nata tidak lagi menutupi mata sebelah kirinya melainkan menggunakan ikat kepala di keningnya. Hal itu dikarenakan poster buronan Nata dan Elis yang dulu digunakan keluarga Leonard kini sudah tersebar di seluruh Kerajaan Irish. Pihak kerajaan menyatakan
Read more
Bab 39: Kebenaran Dibalik Kudeta
“Ya, itu memang saya,” jawab Nata tanpa ragu sambil tersenyum. Sejak poster buronan miliknya tersebar di kerajaan, dia sudah memperkirakan banyak hal yang kemungkinan akan terjadi dan kejadian ini termasuk ke dalam salah satu kemungkinan yang sudah dia perkirakan. Sementara itu pria yang memiliki bekas luka di pipi kanannya hanya memandang wanita di sampingnya seakan tidak percaya ada buronan yang mengaku bahwa dirinya memang buronan. “Baru kali ini kami bertemu buronan kerajaan yang langsung mengaku,” kata pria itu, dia bernama Purna Sayogya, sementara wanita di sampingnya bernama Elena. “Aku rasa tidak masalah jika aku mengaku kepada kalian, bukankah begitu orang-orang dari kelompok Abelia?” tukas Nata sambil tersenyum. “Eh?” gumam Elena seraya menatap Purna seakan tidak percaya bahwa pria di depannya tahu identitas mereka yang sebenarnya.&nbs
Read more
Bab 40: Sang Pewaris Tahta
“Kenapa anda tahu tentang hal itu?” tanya Purna, dia tidak bisa menahan rasa penasarannya. “Hehehe.. aku rasa setiap orang akan berpikir seperti itu. Akan sangat aneh jika kelompok paling dicari oleh Kerajaan Irish masih bisa bersembunyi dengan aman di wilayah kerajaannya sendiri jika tanpa bantuan orang penting di kerajaan. Tidak masuk akal kelompok yang dianggap sangat berbahaya tidak bisa ditemukan lokasinya, padahal Kerajaan Irish sudah bekerja sama dengan kerajaan lainnya untuk mencari kalian,” tutur Nata sambil tersenyum. “Lebih masuk akal kalau ada orang dari pihak kerajaan sendiri yang terlibat dalam perlindungan kalian, meskipun aku tidak tahu keluarga bangsawan mana yang melindungi kalian,” sambung Nata sambil tersenyum. “Cara berpikir anda memang mengesankan, apa yang anda katakan memang benar dan masuk akal. Hanya saja orang biasa pasti tidak akan berpikir sampai seja
Read more
PREV
123456
...
17
DMCA.com Protection Status