All Chapters of Sang Legenda dari Masa Lalu: Chapter 121 - Chapter 130
164 Chapters
Bab 121: Kedatangan Elis Sandriani
‘Dddhhhaammrrr’ Ledakan terdengar jelas hingga tanah bergetar saat sihir-sihir itu bertubrukan satu sama lain. Debu-debu mulai mengepul diantara tiga penyihir Decagram dengan tubuh Nata yang masih terbaring di tanah, sekelebat bayangan wanita yang tidak lain adalah Elis langsung melompat dan berdiri di depan tubuh Nata. Nafasnya tampak tersengal-sengal, di beberapa titik tubuhnya terdapat luka termasuk darah yang mengalir dari tepi bibirnya. Luka-luka itu dia dapatkan setelah terkena efek benturan sihir tingkat legenda milik Nata dan Putra. Tatapan tajam Elis tertuju kepada tiga penyihir Decagram Kerajaan Iberis, sementara Kaisin, Kaera dan Kasien mengernyitkan keningnya karena terkejut ada penyihir yang tiba-tiba datang ke sana. “Kalau tidak salah, dia adalah penyihir utama Trigram Kerajaan Irish,” ucap Kaisin. “Bagaimana bisa dia tahu kalau kita akan menyerang Sang Dew
Read more
Bab 122: Elis vs Tiga Penyihir Decagram
Tiba-tiba saja pandangan Elis mendadak buyar, kepalanya terasa limbung. Tubuh Elis langsung ambruk berlutut di tanah sembari memegangi kepalanya, mendadak saja ingatan milik Nata mengalir di kepalanya. Kaisin dan Kaera terlihat terkejut melihat keadaan Elis seperti itu, mereka tidak membuang kesempatan dan langsung menggunakan sihir tombak api dan air yang dilesatkan menuju Elis. ‘Dddhhaammrr’ Semua sihir milik Kaisin dan Kaera berhasil ditahan oleh sihir tombak api biru yang digunakan Elis. Meskipun kepalanya terasa agak sakit tapi dia masih bisa melihat serangan lawannya dengan jelas, kini ingatan Nata sejak masih di era Avaritia mulai tergambar seakan mengalir di pikiran Elis. “Apa ini? Apakah ini efek sihir soul shifters yang mulai aktif? Tidak, Nata tidak mungkin kalah begitu saja. dia pasti masih bisa bertahan,” gumam Elis. Namun Kaisin kembali melesat menuju Elis sambil
Read more
Bab 123: Bangkitnya Elemen Api Putih
Namun tiba-tiba saja kepala Elis terasa pusing kembali, ingatan Nata yang sejak tadi mengalir di pikirannya kini mendadak berhenti. Tubuh Elis ambruk berlutut di tanah dan dari tepi bibirnya mulai keluar darah, Kasien menebaskan pedang tanahnya kembali sementara Kaera langsung melayangkan tendangannya mengincar perut Elis. ‘Tttraangg’‘Dddaaggghh’‘Ssssrrreeetttzz’ Elis berhasil menangkis tebasan pedang dari Kasien, tapi tendangan Kaera dengan telak berhasil mengenai perut Elis. Selain itu Kaisin yang juga menebaskan pedangnya berhasil menebas lengan kiri Elis hingga terpotong dan mengucurkan darah, semua itu terjadi karena kepala Elis yang masih terasa begitu pusing dan membuatnya tidak menyadari pergerakan Kaisin yang datang dari belakangnya. Darah mulai mengucur dari tangan kirinya yang terpotong, dari mulutnya Elis juga memuntahkan darah setelah perutnya terkena tenda
Read more
Bab 124: Sadarnya Sang Legenda
Sementara itu Elis juga langsung menghantamkan telapak tangan kanannya ke udara, tanah langsung bergetar hebat seiring dengan kobaran api putih yang melesat cepat menyongsong gelombang air yang turun dari langit Kota Buana. Kini permukaan tanah Kota Buana kembali berbentuk seperti lava setelah kobaran api putih yang digunakan Elis berhasil melelehkan permukaan tanah Kota Buana. ‘Wwwrrrrr’‘Bbbhhhhoooommmrrr’ Terdengar angin yang bergemuruh seiring dengan kobaran api putih yang melesat ke langit. Suara benturan terdengar jelas saat gelombang air menghantam kobaran api putih, kini langit Kota Buana langsung dipenuhi oleh kabut putih yang tercipta setelah gelombang air menguap, tapi tingkatan kedua sihir itu sudah berbeda, kobaran api putih masih terus bergerak ke langit Kota Buana pertanda sihir air tingkat tinggi Kaera tidak bisa meredamnya. ‘Dddhhhooooommmmrrr’ 
Read more
Bab 125: Rapalan Sihir yang Diremehkan
Elis hanya bisa memandang Nata dengan tatapan sedih, dia tidak menyangka jika Nata akan berkorban sejauh itu demi orang lain. Kehilangan pendengaran, penglihatan dan suara bukanlah pengorbanan yang kecil, Elis tidak yakin jika akan ada orang seperti Nata lagi di dunia ini yang rela berkorban demi orang lain yang bahkan tidak dia kenal. “Kamu tidak perlu sedih seperti itu, semuanya sudah keputusanku. Aku malah senang karena aku masih hidup di dunia ini,” ucap Nata dalam pikiran Elis. “Aku juga senang kamu masih hidup, tapi tetap saja aku tidak menyangka jika kamu akan berakhir seperti ini,” kata Elis seraya menyeka kedua matanya yang mulai berlinang airmata. “Untuk menggapai kedamaian yang aku harapkan kelihatannya ini hanyalah sebuah pengorbanan yang kecil, tapi sebagai manusia terkadang kita memang egois karena hanya ingin enaknya saja. Kita ingin kedamaian, kebebasan, kebahagiaan tanpa har
Read more
Bab 126: Racun Mematikan Milik Lawan
“Jadi Nona Nira juga menggunakan rapalan sihir healing untuk menetralkan sihir tersebut?” tanya Elis seakan ingin memastikan kesimpulannya. “Ya, tapi kelihatannya karena malu dia tidak menjelaskannya kepada orang lain. Karena itulah kebanyakan orang menyangka bahwa dia menggunakan sihir healing tingkat legenda untuk menetralkan sihir terlarang mind control tersebut, sekarang aku jadi mengerti mengapa rapalan sihir tetap ada sejak zaman dahulu hingga era saat ini. Ternyata rapalan sihir akan sangat berguna dalam situasi seperti itu,” tukas Nata sambil tertawa. Sejak dulu Nata dan teman-temannya memang heran dengan rapalan sihir, bagi mereka semua itu merepotkan dan tidak berguna. Karena saat pertarungan terjadi nyatanya orang yang menguasai sihir tanpa rapalan akan selalu menang, bahkan rasanya lebih baik rapalan sihir itu dihilangkan saja agar para penyihir menjadi lebih kuat lagi. Untuk memastikan perbedaannya bahkan
Read more
Bab 127: Harapan di Tengah Peperangan
“Aku harap mereka baik-baik saja, meskipun sudah bersiap-siap namun para prajurit Kerajaan Irish masih belum pulih sepenuhnya setelah perang tahta beberapa bulan yang lalu,” ucap Rena. “Anda tidak perlu risau, saya bisa melihat semangat juang mereka yang membara sejak berangkat ke medan perang ini. Terlebih para pemimpin pasukan anda adalah mantan pengembara yang sudah sangat berpengalaman dalam pertarungan. Yang menjadi masalah kita saat ini hanyalah para penyihir Decagram yang diturunkan Kerajaan Iberis,” timpal Wirya. “Aku dengar ada enam penyihir Decagram yang turun langsung di peperangan kali ini, apakah mereka masih belum dikalahkan?” tanya Rena. “Aku masih belum mendengar kabar lagi tentang mereka dari medan perang, yang jelas saat ini. Tiga penyihir Tetragram kerajaanku bersama Indra Suralaya dari Octagram, Nona Lia dari Trigram, bersama Nona Vana masih sedang bertarung m
Read more
Bab 128: Keadaan di Medan Perang
Suasana di Kota Raksa yang sudah porak poranda terasa sangat mencekam, belasan ribu pasukan gabungan Kerajaan Irish, Wisteria, Thymus dan Nigella terus berperang menghadapi belasan ribu pasukan gabungan Kerajaan Iberis, Dicentra dan Fragaria. Meski empat kerajaan besar bersatu tapi pasukan gabungan Kerajaan Iberis tetap terlihat lebih unggul. Semua itu dikarenakan pasukan mereka memang jauh lebih hebat dari segi pengalaman dan strategi, terlebih pasukan Kerajaan Irish memang belum pulih sepenuhnya. Ditambah lagi pasukan Thymus dan Nigella yang memang sudah kelelahan setelah berperang cukup lama tanpa strategi yang bagus. Mental mereka juga sudah lemah setelah sebelumnya kalah saat berperang di perbatasan Kerajaan Iberis terlebih Raja Nigella dan panglimanya sendiri sudah tewas di istananya setelah diserang oleh Putra dan Laksmi. Kini Raja Thymus juga sedang kritis setelah diserang penyusup di tendanya sementara panglima perangnya sendiri sud
Read more
Bab 129: Penyihir Petir dari Decagram Iberis
Tapi sesaat setelah Lutung menumbangkan sepuluh prajurit itu sekaligus tiba-tiba saja puluhan panah petir melesat ke arahnya, dengan cepat Lutung menggerakan tangannya hingga tercipta puluhan panah besi yang langsung melesat menyongsong panah petir yang mengincarnya. ‘Tttaaarrr’‘Bbhhaammrr’ Terdengar ledakan kecil ketika puluhan panah petir menghantam puluhan panah besi, seorang pemuda langsung melompat ke hadapan Lutung. Tak lain dia adalah salah satu penyihir Decagram Kerajaan Iberis yang bernama Near. Semua pasukan baik dari pihak Lutung atau pihak musuh langsung menjauh, mereka tidak mau terlibat dalam pertarungan dua penyihir utama kerajaan yang pasti akan sangat berbahaya. “Aku tidak pernah menyangka bisa berhadapan dengan seorang penyihir hebat yang merupakan keturunan penyihir legendaris Nona Atnis Irasaitnis,” ucap Near sambil tersenyum. “Kel
Read more
Bab 130: Penyihir Besi vs Penyihir Petir
Dentuman keras terdengar kencang, riuh angin langsung bergemuruh dari titik benturan dua sihir tingkat menengah tersebut. Tubuh Near langsung terpental ke belakang karena benturan dua sihir itu terjadi tak jauh darinya karena Lutung yang sudah lebih dulu melesatkan sihir naganya tadi, tanah terasa bergetar pelan seiring dengan riuh angin yang bergemuruh bersama debu-debu yang terbawa terbang bersamanya di udara. “Sial,” gerutu Near sambil menyeka darah yang mengalir dari tepi mulutnya. “Pengalamanmu masih mentah anak muda,” tukas Lutung dari balik debu-debu yang beterbangan. Tiba-tiba saja debu-debu itu tersingkap ke samping saat belasan tombak besi melesat menuju ke arah Near, sontak saja hal itu membuat Near terkejut karena jangka waktunya sangat cepat. Tapi sekejap mata belasan tombak api dan belasan tombak angin melesat menghantam tombak besi yang datang. Ledakan kembali t
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
17
DMCA.com Protection Status