All Chapters of Setelah Perceraian: Chapter 11 - Chapter 20
33 Chapters
Bab 11. Sidang Pertama.
πŸ’—πŸ’—πŸ’—Anton menemaniku menghadiri sidang pertama di Pengadilan Agama. Mengenakan blouse putih lengan panjang bermotif sulur bunga, dan jilbab berwarna hitam, kami menunggu di depan ruangan."Bapak, gak keliatan, Buk?" Anton setengah berbisik bertanya padaku.Aku menengok ke kiri dan kanan, berusaha menemukan keberadaan sosok Mas Harto. "Sepertinya Bapakmu memang gak datang, Anton," Jawabku kemudian."Ibuk, ndak usah takut. Anton akan membela
Read more
Bab 12. Sidang kedua.
πŸ’—πŸ’—πŸ’—Roda motor Anton berhenti di halaman parkir yang cukup sesak, banyak kendaraan terparkir lebih dulu. Anton menengok ke kiri dan kanan, mencari celah memasukkan motornya."Sini, Mas!" Seorang Bapak tua melambai pada Anton, mengenakan topi, peluit dan jaket berwarna hijau.Anton menurut dan mengarahkan motornya menuju tempat di sebelah bapak yang melambai itu. Anton merogoh selembar uang pecahan dua ribu, diberikannya pada Bapak tadi. "Ibuk, masuk dulu. Kamu tunggu disini aja!" Kulepas helm di kepala. Anton meraih dan mengg
Read more
Bab 13. Sudah Jatuh Tertimpa Tangga.
πŸ’—πŸ’—πŸ’—Malam kian larut, mataku masih enggan terpejam. Kepalaku sungguh terasa berat, pusing di seluruh bagiannya. Suara-suara semalam, dan siang perlahan terngiang. Bayangan tiap kejadian berputar kembali dalam ingatan."Saya ... legowo yang mulia, saya bersedia berpisah dari istri saya!" jawab Mas Harto siang itu dengan suara lirih, seperti ada keraguan di dalam kalimatnya. Tapi, aku sangat lega mendengar kata-kata Mas Harto. Seperti ada rantai yang terlepas dari kakiku.Sebuah rasa kelegaan terlepas, dengan sebuah senyuman dari b
Read more
Bab 14. Maling dalam selimut.
Bab : 14Judul Bab : Maling Dalam SelimutπŸ’—πŸ’—πŸ’—Kepalaku semakin terasa berdenyut, pusing menjalar di seluruh bagian kepala. Kenapa semua masalah datang bertubi-tubi di waktu yang sama. Sebegitu sayangkah Tuhan padaku, hingga ia terus mengujiku?Uang pensiun yang kutitipkan pada Mbakyu Widuri, hilang segepok. Segepok uang itu ada empat juta rupiah, aku ingat betul terakhir memasukkan uang pesangon yang diberikan oleh pihak pabrik ada delapan gepok, sudah terpakai untuk banyak hal. Hanya tersisa lima gepok uang.
Read more
Bab. 15 Sidang Ketiga.
πŸ’—πŸ’—πŸ’—Aku tak sabar menanti sidang ke tiga hari ini, pada sidang sebelumnya Mas Harto telah mengatakan jawabannya secara lisan bahwa ia bersedia berpisah. Hari ini adalah tanggal 16 Juni 2020, acara sidang ke tiga, semoga semuanya berjalan dengan lancar, perceraianku segera selesai, dan aku tak perlu bolak balik ke Pengadilan Agama lagi. Sungguh melelahkan rasanya.Kuawali pagi dengan mengambil air wudhu, membasuh segarnya air pada telapak tangan, berkumur tiga kali lalu membasuh pada bagian tubuh lainnya. Kemudian kukenakan mukena putih dengan hiasan brokat di tepiannya. Kuangkat kedua tangan setinggi telinga, m
Read more
Bab. 16 Firasat.
πŸ’—πŸ’—πŸ’—Aku sedang duduk berdua dengan Mas Harto di sebuah taman, taman yang indah banyak bunga bermekaran juga beberapa kupu-kupu yang mengepakkan sayapnya anggun, terbang kesana kemari. Sesekali hinggap pada bunga menghisap madunya. Senyum kami selalu merekah, menatap indah pemandangan sekeliling. Betapa bahagia bisa menikmati pemandangan indah ini berdua dengan suami tercinta.Tiba-tiba seorang perempuan datang mendekat, ia tersenyum menyeringai menampakkan taring tajam, lalu menarik paksa tangan Mas Harto. "Mas … Mas … jangan bawa sua
Read more
Bab. 17. Teluh.
Bab : 17Judul Bab : TeluhπŸ’—πŸ’—πŸ’—Mataku kian membulat sempurna menangkap sosok perempuan itu, tepat di atasku sekitar tiga meter melayang-layang perempuan  yang semakin lama semakin jelas dengan wajah mengerikan. Setan perempuan dengan rambut panjang terjuntai hampir mengenai wajahku. Matanya semerah darah, wajahnya penuh luka dan nanah. Mengerikan, sungguh wajah yang mengerikan. Tawanya terdengar melengking dan nyaring. Andai bisa kututup mata ini agar tak meliha
Read more
Bab 18. Menangis Semalam
Bab : 18Judul Bab : Menangis SemalamπŸ’—πŸ’—πŸ’—"Mbah, pamit pulang dulu. Jika ada apa-apa jangan sungkan datang ke rumah, Mbah, ya?" ucapnya kemudian. Mbah Ji menatap dan mengangguk padaku sebelum berbalik badan melangkah menuju pintu keluar.  Langkahnya tertatih, sedikit membungkuk, faktor usia telah mengurangi kegesitan dan kekuatannya.Aku menatap punggung lelaki tua itu pergi, lalu bersandar pada dinding kamar. Kini badanku sudah bisa digerakkan lagi, hanya terasa lema
Read more
Bab. 19. Curahan Hati.
πŸ’—πŸ’—πŸ’—"Ya allah, ampuni hamba yang melakukan perbuatan yang tidak Engkau sukai, bukan ingin hamba untuk meminta cerai. Tapi sakit ini sudah tak tertahankan, kuatkan hamba pada jalan yang sudah hamba pilih ini, ampuni hamba Ya Allah," lirih aku mengadu. Menguraikan satu demi satu sesak di dada.Sesenggukan aku memohon ampunan Tuhan. Sadar apa yang kulakukan dibenci agama, namun untuk bertahan sudah tak mampu lagi. "Ya allah, jika jodoh diantara kami sudah selesai. Mudahkanlah proses persidangannya, hilangkan rasa yang masih tertinggal dalam hati ini," pintaku lagi.
Read more
Bab 20. Sidang keempat.
πŸ’—πŸ’—πŸ’—Ah … waktu begitu cepat berlalu. Ada kalanya aku ingin kembali menjadi kanak-kanak lagi. Tak perlu berpikir tentang hari esok, tak perlu bekerja atau menghadapi masalah sulit cukup bermain sepanjang waktu.Ternyata menjadi dewasa tak semudah yang aku bayangkan. Banyak masalah rumit yang harus diselesaikan, banyak pekerjaan rumah tangga yang mau tidak mau harus kulakukan walau sakit sekalipun saat sudah menikah.Hari begitu cepat berganti, rasanya anak-anakku masih belajar berjalan kemarin, kini mereka sudah berlari mengikuti takdir memilih jalan hidup, masing-masing memberiku seorang cucu yang pintar dan meng
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status