Bab : 17
Judul Bab : Teluh
💗💗💗
Mataku kian membulat sempurna menangkap sosok perempuan itu, tepat di atasku sekitar tiga meter melayang-layang perempuan yang semakin lama semakin jelas dengan wajah mengerikan.
Setan perempuan dengan rambut panjang terjuntai hampir mengenai wajahku. Matanya semerah darah, wajahnya penuh luka dan nanah.
Mengerikan, sungguh wajah yang mengerikan. Tawanya terdengar melengking dan nyaring. Andai bisa kututup mata ini agar tak meliha
Bab : 18Judul Bab : Menangis Semalam💗💗💗"Mbah, pamit pulang dulu. Jika ada apa-apa jangan sungkan datang ke rumah, Mbah, ya?" ucapnya kemudian.Mbah Ji menatap dan mengangguk padaku sebelum berbalik badan melangkah menuju pintu keluar. Langkahnya tertatih, sedikit membungkuk, faktor usia telah mengurangi kegesitan dan kekuatannya.Aku menatap punggung lelaki tua itu pergi, lalu bersandar pada dinding kamar. Kini badanku sudah bisa digerakkan lagi, hanya terasa lema
💗💗💗"Ya allah, ampuni hamba yang melakukan perbuatan yang tidak Engkau sukai, bukan ingin hamba untuk meminta cerai. Tapi sakit ini sudah tak tertahankan, kuatkan hamba pada jalan yang sudah hamba pilih ini, ampuni hamba Ya Allah," lirih aku mengadu. Menguraikan satu demi satu sesak di dada.Sesenggukan aku memohon ampunan Tuhan. Sadar apa yang kulakukan dibenci agama, namun untuk bertahan sudah tak mampu lagi."Ya allah, jika jodoh diantara kami sudah selesai. Mudahkanlah proses persidangannya, hilangkan rasa yang masih tertinggal dalam hati ini," pintaku lagi.
💗💗💗Ah … waktu begitu cepat berlalu. Ada kalanya aku ingin kembali menjadi kanak-kanak lagi. Tak perlu berpikir tentang hari esok, tak perlu bekerja atau menghadapi masalah sulit cukup bermain sepanjang waktu.Ternyata menjadi dewasa tak semudah yang aku bayangkan. Banyak masalah rumit yang harus diselesaikan, banyak pekerjaan rumah tangga yang mau tidak mau harus kulakukan walau sakit sekalipun saat sudah menikah.Hari begitu cepat berganti, rasanya anak-anakku masih belajar berjalan kemarin, kini mereka sudah berlari mengikuti takdir memilih jalan hidup, masing-masing memberiku seorang cucu yang pintar dan meng
💗💗💗Kami berjalan mengendap-endap menuju rumah Lilik, jantungku berdegup kencang tak beraturan. Ketakutan dan panik melanda, badanku terasa panas dingin seketika.Sesampainya di teras rumah lilik, segera aku mengetuk pintu dan memanggil si empunya."Lilik, dek Lik …," lirih kuberucap, dengan nada sangat pelan. Kuketuk pintu beberapa kali."Dek-Dek, Ni-Aini, tolong buka pintu.""Ni, Aini, bukain pintunya." Kucoba memanggil nama
💔💔💔Memasuki proses sidang terakhir, hari ini adalah sidang ke delapan, dengan acara pembacaan keputusan Majelis Permusyawaratan. Kembali duduk pada kursi kayu ini bersebelahan dengan Mas Harto. Ada rasa yang bercampur aduk menjadi satu.Kami berdiri sejenak ketika para Hakim Anggota memasuki ruangan. Empat orang Hakim Anggota berjalan menempati tempat duduknya masing-masing di hadapanku, mengenakan pakaian kebesaran dengan warna dasar hitam yang sama,mereka seperti ikut berkabung hari ini untuk perceraianku.Dalam beberapa jam lagi sidang akan selesai. Mungkin ini akan menjadi pertemuanku yang terakhir kalinya dengan Mas Har
Senin, 15 Juni 2020 aku resmi menyandang status janda. Haruskah aku menangisi yang telah terjadi, atau mensyukuri takdir terbaik yang terlalui hingga kini?Aku percaya tak ada yang sia-sia, bahkan daun yang gugur pun jatuh atas seizinNYA. Semua hal yang terjadi atas kehendakNYA, pasti mengandung hikmah tersembunyi, suatu saat nanti akan dimengerti.Percayalah, tidak ada seorang wanita pun yang bercita-cita menjadi janda. Hanya takdir tak tebang pilih saat menghampiri.Rumahku kini terasa begitu sunyi, tanpa sosok suami yang mengayomi dan melindungiku. Juga canda tawa anak ataupun cucu yang tak akan terdengar, mereka sibuk dengan dunia
Bab : 24Judul Bab : Yang Dirindu💔💔💔Dua bulan setelah mengantongi surat cerai, hidupku berjalan biasa-biasa saja. Tak ada yang perlu kusesalkan mengambil jalan berpisah seperti sekarang.Ternyata tanpa suami, langit masih biru, angin tetap berhembus untuk dihirup. Walaupun tak punya seorang suami, dunia juga tak berhenti berputar.Hidup bukan untuk menangisi perpisahan, biarkan saja apa yang telah terjadi, ada baiknya kita relakan agar sanggup mengikhlaskan, karena k
💔💔💔"A-air …," desisku. Betapa aku sangat merasa kehausan. Kerongkongan terasa kering. Entah kapan terakhir kali aku minum.Lilik yang tanggap langsung mengambilkan segelas air putih di atas nakas, kemudian menyangga kepalaku agar bisa minum.Pelan kunikmati air putih itu, seteguk dua teguk, tak terasa air dalam gelas tandas kuminum."Ini, dimana?" gumamku."Ini klinik Dokter Bobby mbak," jawab Lilik menjelaskan.