All Chapters of BOS VS ME: Chapter 21 - Chapter 30
46 Chapters
Dua Puluh Satu
Bisma Pramudya, pria berhati lembut, berparas rupawan, yang tidak suka gonta-ganti pasangan. Semenjak cerita cintanya kandas dengan Airin, gadis yang lebih memilih mengejar cita-citanya daripada menjalani hidup bersamanya, Bisma belum membuka hati lagi. Sampai hari itu dia merasakan getaran cemburu melihat Srikandi dijemput seorang lelaki.Saat ini, dia sedang merebahkan dirinya dalam sebuah kamar luas miliknya. Sudah lama dia menempati kamar itu sendirian, semenjak adik lelakinya lebih memilih tinggal di apartement dan memilih pekerjaan sebagai musisi. Abimanyu, lelaki yang usianya dua tahun lebih muda darinya sudah lama tidak pulang.Bisma menimbang-nimbang apakah dia harus meminta saran pada adiknya itu, terkait perempuan? Namun pikiran itu segera dikesampingkan, bisa-bisa rencananya gagal di awal, mengingat adiknya itu cukup lemes dan tidak bisa menjaga rahasia. Bisma termenung sendiri di balkon tempatnya biasa menyendiri. Dia tengah memikirkan bagaimana menunjukka
Read more
Dua Puluh Dua
Sementara Arjuna tersenyum sinis. Sesekali matanya menatap spion, memperhatikan sebuah mobil alphard putih yang mengikutinya. Jiwanya bersorak, untuk kali ini dia sudah memenangkan garis start.Setelah beberapa ratus meter jarak yang ditempuhnya. Alphard putih itu berbelok arah. Arjuna hanya tersenyum menikmati kemenangan sementaranya.Tak berapa lama, terdengar percakapan telepon gadis yang ada di sampingnya. Rupanya Bisma menghubungi sekretarisnya.Ck, masih saja berulah.Namun hanya sebatas umpatan dalam dada. Bagaimanapun egonya masih bertengger lebih tinggi daripada perasaannya.Dia melirik Srikandi yang baru saja menutup telepon. Gadis itu kembali fokus pada ponselnya. Perubahan jadwal mendadak, membuatnya harus mengatur ulang semua agenda hari itu.Dasar, Bos menyebalkan! Batin Srikandi.Dia dari tadi diam saja, apa dia tidak senang aku menjemputnya? Arjuna berbicara dalam dada.Me
Read more
Dua Puluh Tiga
“Hai, Kak Juna!”Emily tengah berdiri dan tersenyum manis ke arahnya. Wajah Arjuna terkesiap, hari macam apa ini. Sudah bahagia dia memenangkan start dari Bisma, namun semua akan hancur begitu saja dengan kedatangan wanita ini. Arjuna tersenyum kaku, menatap gadis cantik yang masih berdiri di dekat kursinya.Emily menatap Srikandi dan mengangguk melempar senyum, Srikandi membalasnya. Arjuna menarik napas panjang, kemudian dia bangkit dan mengajak Emily untuk meninggalkan tempat itu. Sesekali dia melirik Srikandi yang terlihat tak acuh.“Kamu kenapa ada di sini?” Mereka berdiri beberapa meter lebih jauh dari tempat duduknya tadi.“Ini hotel papa aku, Kak, kebetulan hari ini ada hal yang harus aku cek di bagian keuangan,” jawabnya sambil memasang senyum termanisnya. Arjuna menarik napas, dia lupa kalau om Arnold memiliki beberapa hotel di sekitar situ.“Oh, ok, saya meeting dulu kalo gitu.” Arj
Read more
Dua Puluh Empat
Bisma hendak melangkah menyusuri lorong menuju ke parkiran. Namun suara announcement dari receptionis membuat langkahnya terhenti.“Mohon perhatian ... mohon perhatian ... kepada seluruh peserta manajemen of review meeting, di tunggu segera kehadirannya di meeting room utama. Terima kasih.”“Mohon perhatian ... mohon perhatian ... kepada seluruh peserta manajemen of review meeting, di tunggu segera kehadirannya di meeting room utama. Terima kasih.”Dua kali resepsionis memanggil para peserta meeting yang terdiri dari semua manager level ke atas. Srikandi yang baru saja tiba mengelus dada. Namun dia harus segera menyiapkan segalanya.Srikandi bergegas ke meeting room utama. Pastinya dia harus mengecek dan memastikan kondisi ruang meeting sebelum bos besarnya masuk ke sana. Waktu masih tersisa lima belas menit lagi. Srikandi segera membuka laptop dan memeriksa se
Read more
Dua Puluh Lima
“Hallo, Ben. Tolong cari tahu identitas seseorang, nanti gue kirimkan informasinya lewat WA, segera!” ucapannya penuh penekanan. Matanya membulat kesal menatap mobil yang ditumpangi Srikandi meninggalkan area perusahaan.Benny Simanjuntak, lelaki berusia tiga puluh tahun yang merupakan kaki tangan Arjuna. Lelaki berambut plontos itu sudah terbiasa menangani permasalahan di lapangan. Arjuna sudah mengirimkan plat nomor mobil yang terekam oleh CCTV, foto Srikandi dan juga mengirimkan nomor ponsel Srikandi. Arjuna meminta Benny untuk segera menyelidiki tentang lelaki yang kini tengah bersama sekretarisnya.Arjuna melempar ponselnya ke atas meja kerja hingga menimbulkan bunyi nyaring. Dia bergegas mematikan laptop dan memutuskan pulang cepat. Diambilnya kembali ponsel yang tadi di lempar, kini dimasukkan ke dalam tasnya. Langkah-langkah panjang membuat dirinya begerak cepat meninggalkan ruangan.Sementara itu, Benny yang sudah mendapatkan perintah, langs
Read more
Dua Puluh Enam
Cantika mengelus dadanya pelan. Ternyata walaupun dia sudah tahu jika Ridho sudah memiliki calon tunangan, tetap saja ada perasaan terbakar. Cantika tidak sengaja melihat lelaki yang selama ini menjadi obat sepinya sedang berdua dengan seorang wanita. Dia baru saja hendak pulang setelah membungkus makanan kesukaannya. Rasa sakit itu menjadi dua kali lipat karena alasan Ridho yang berdalih sibuk sehingga tidak bisa menemaninya. Namun nyatanya, seratus delapan puluh derajat berbeda. Tangan wanita itu mengepal. Entah perasaan seperti apa yang ada di hatinya. Padahal selama ini dirinya memang tidak pernah menjalin komitmen apapun dengan lelaki itu. Hanya sebatas teman tidur dan mencari kesenangan. Namun semenjak Arjuna membuangnya, perasaan kesepian itu menggelayuti hari-harinya. Dia membutuhkan Ridho, lebih dari sekedar teman. Cantika yang di landa amarah segera mengambil gawai dan menekan nomor yang tak asing di sana. “Hallo,” jawab seseorang dari sebe
Read more
Dua Puluh Tujuh
“Pak, buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau hanya bisa mengedepankan emosi daripada ini?” Mata Srikandi menatap tajam kepada bosnya yang masih mengatur napas.  Satu telunjuknya menunjuk kepala sebagai simbol kedewasaan berpikir.“Ayo, Bang!”Srikandi memapah Ridho menuju mobil yang mereka tumpangi tadi. Arjuna menatap punggung lelaki yang berlalu. Hatinya semakin tercabik melihat perlakuan Srikandi kepada lelaki itu.“Boss ....” Benny menyodorkan satu botol air mineral pada Arjuna. Lelaki itu menerimanya dan segera meneguknya sampai habis. Di lemparnya botol air mineral itu sembarang.Sementara matanya masih mengikuti arah kemana mobil yang di tumpangi Ridho dan Srkandi pergi. Untuk kali pertamanya, terlihat olehnya Srikandi duduk di balik kemudi. Kenapa terlihat menjadi semakin keren, pikirnya.“Pantau terus mereka, pastikan dia aman dari buaya itu.”Arjuna menoleh sekilas pada Benny. Kemu
Read more
Dua Puluh Delapan
“Iy-iya Den, ada apa, ya? Apa mamang pernah berbuat salah sama, Den Arjun?”Mang Karyo menghentikan langkahnya. Wajahnya mendadak pucat. Kedua tangan gemetar saling bertaut.Hening beberapa menit. Arjuna masih memijat pelipisnya yang terasa berdenyut. Dia tak memperhatikan si penjaga villa yang gemetar ketakutan. Mang Karyo menggeser langkahnya mendekat dan memilih satu kursi yang berjarak dari majikannya. Pikiran mang Karyo sedang menerka-nerka, apa kesalahannya sampai di panggil oleh Arjuna. Biasanya setiap datang berkunjung, lelaki itu hanya menyapa seperlunya.“Mang Karyo pernah jatuh cinta?” Sebuah pertanyaan, akhirnya lolos dari mulut Arjuna. Lelaki paruh baya itu hanya melongo, tidak menyangka akan mendapat pertanyaan seperti itu. Detak jantung yang sudah memburu karena takut, perlahan kembali ke detakan normal.“Oh, Den Arjun sedang jatuh cinta, ya? Kalau waktu muda sih, mamang sering, Den, jatuh cinta, tapi ... serin
Read more
Dua Puluh Sembilan
“Hallo, siang! Mba Sri, kami dari rumah sakit XXX , Bapak Arjuna Bagaskara mengalami kecelakaan tunggal, sekarang sedang tidak sadarkan diri di rumah sakit kami.” Srikandi terkesiap mendengar berita mengejutkan itu. Dalam beberapa detik dia belum membalas apapun yang di sampaikan oleh petugas rumah sakit itu. Yang pertama kali terlintas dalam pikirannya, bagaimana nasib meeting dengan Mr. Florez siang ini?“Apakah sudah ada keluarganya yang datang? Berikan alamat lengkapnya, Mbak.”“Belum ada, Mbak, kami hanya menemukan kartu nama ini, tidak ada nomor orang terdekatnya yang Kami tahu.”“Ok, di tunggu alamat lengkapnya segera, ya, Mbak, biar saya yang menghubungi keluarganya.”Petugas rumah sakit itu kemudian menyebutkan alamat lengkap dan di ruang mana Arjuna berada sekarang. Setelah menutup telepon, Srikandi mematung. Otaknya kalut, semrawut dan bercabang. Dia mengurungkan sementara niatny
Read more
Tiga Puluh
“Emily, Kamu boleh pulang, saya sudah ada mereka.” Belum sempat gadis itu menyapa tamunya. Arjuna secara halus sudah mengusirnya. Mata wanita itu membulat, merasa tidak terima.Gadis itu berjalan menghampiri Bisma dan Srikandi tanpa mengindahkan perkataan Arjuna.“Hai, Saya Emily.”“Bisma.”“Saya, Srikandi.”Mereka berjabat tangan. Namun sejurus kemudian Emily menatap Bisma dan Srikandi bergantian.“Mas Bisma sama Mbak Srikandi serasi banget, aku jadi iri,” ucapnya sambil mengulum senyum. Membuat Arjuna membuang muka.“Kami hanya rekan kerja,” tutur Srikandi. Membuat rona di wajah Bisma menghilang seketika.“Doain saja, kami ke depannya bisa lebih dari sekedar rekan kerja.” Bisma tak mau kalah menimpali Emliy. Alhasil mendapat senggolan siku dari Srikandi. Namun lelaki itu malah terkekeh dan mengangkat tangannya membuat huruf v.“Ah
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status