Bisma hendak melangkah menyusuri lorong menuju ke parkiran. Namun suara announcement dari receptionis membuat langkahnya terhenti.
“Mohon perhatian ... mohon perhatian ... kepada seluruh peserta manajemen of review meeting, di tunggu segera kehadirannya di meeting room utama. Terima kasih.”
“Mohon perhatian ... mohon perhatian ... kepada seluruh peserta manajemen of review meeting, di tunggu segera kehadirannya di meeting room utama. Terima kasih.”
Dua kali resepsionis memanggil para peserta meeting yang terdiri dari semua manager level ke atas. Srikandi yang baru saja tiba mengelus dada. Namun dia harus segera menyiapkan segalanya.
Srikandi bergegas ke meeting room utama. Pastinya dia harus mengecek dan memastikan kondisi ruang meeting sebelum bos besarnya masuk ke sana. Waktu masih tersisa lima belas menit lagi. Srikandi segera membuka laptop dan memeriksa se
“Hallo, Ben. Tolong cari tahu identitas seseorang, nanti gue kirimkan informasinya lewat WA, segera!” ucapannya penuh penekanan. Matanya membulat kesal menatap mobil yang ditumpangi Srikandi meninggalkan area perusahaan.Benny Simanjuntak, lelaki berusia tiga puluh tahun yang merupakan kaki tangan Arjuna. Lelaki berambut plontos itu sudah terbiasa menangani permasalahan di lapangan. Arjuna sudah mengirimkan plat nomor mobil yang terekam oleh CCTV, foto Srikandi dan juga mengirimkan nomor ponsel Srikandi. Arjuna meminta Benny untuk segera menyelidiki tentang lelaki yang kini tengah bersama sekretarisnya.Arjuna melempar ponselnya ke atas meja kerja hingga menimbulkan bunyi nyaring. Dia bergegas mematikan laptop dan memutuskan pulang cepat. Diambilnya kembali ponsel yang tadi di lempar, kini dimasukkan ke dalam tasnya. Langkah-langkah panjang membuat dirinya begerak cepat meninggalkan ruangan.Sementara itu, Benny yang sudah mendapatkan perintah, langs
Cantika mengelus dadanya pelan. Ternyata walaupun dia sudah tahu jika Ridho sudah memiliki calon tunangan, tetap saja ada perasaan terbakar. Cantika tidak sengaja melihat lelaki yang selama ini menjadi obat sepinya sedang berdua dengan seorang wanita. Dia baru saja hendak pulang setelah membungkus makanan kesukaannya. Rasa sakit itu menjadi dua kali lipat karena alasan Ridho yang berdalih sibuk sehingga tidak bisa menemaninya. Namun nyatanya, seratus delapan puluh derajat berbeda. Tangan wanita itu mengepal. Entah perasaan seperti apa yang ada di hatinya. Padahal selama ini dirinya memang tidak pernah menjalin komitmen apapun dengan lelaki itu. Hanya sebatas teman tidur dan mencari kesenangan. Namun semenjak Arjuna membuangnya, perasaan kesepian itu menggelayuti hari-harinya. Dia membutuhkan Ridho, lebih dari sekedar teman. Cantika yang di landa amarah segera mengambil gawai dan menekan nomor yang tak asing di sana. “Hallo,” jawab seseorang dari sebe
“Pak, buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau hanya bisa mengedepankan emosi daripada ini?” Mata Srikandi menatap tajam kepada bosnya yang masih mengatur napas. Satu telunjuknya menunjuk kepala sebagai simbol kedewasaan berpikir.“Ayo, Bang!”Srikandi memapah Ridho menuju mobil yang mereka tumpangi tadi. Arjuna menatap punggung lelaki yang berlalu. Hatinya semakin tercabik melihat perlakuan Srikandi kepada lelaki itu.“Boss ....” Benny menyodorkan satu botol air mineral pada Arjuna. Lelaki itu menerimanya dan segera meneguknya sampai habis. Di lemparnya botol air mineral itu sembarang.Sementara matanya masih mengikuti arah kemana mobil yang di tumpangi Ridho dan Srkandi pergi. Untuk kali pertamanya, terlihat olehnya Srikandi duduk di balik kemudi. Kenapa terlihat menjadi semakin keren, pikirnya.“Pantau terus mereka, pastikan dia aman dari buaya itu.”Arjuna menoleh sekilas pada Benny. Kemu
“Iy-iya Den, ada apa, ya? Apa mamang pernah berbuat salah sama, Den Arjun?”Mang Karyo menghentikan langkahnya. Wajahnya mendadak pucat. Kedua tangan gemetar saling bertaut.Hening beberapa menit. Arjuna masih memijat pelipisnya yang terasa berdenyut. Dia tak memperhatikan si penjaga villa yang gemetar ketakutan. Mang Karyo menggeser langkahnya mendekat dan memilih satu kursi yang berjarak dari majikannya. Pikiran mang Karyo sedang menerka-nerka, apa kesalahannya sampai di panggil oleh Arjuna. Biasanya setiap datang berkunjung, lelaki itu hanya menyapa seperlunya.“Mang Karyo pernah jatuh cinta?” Sebuah pertanyaan, akhirnya lolos dari mulut Arjuna. Lelaki paruh baya itu hanya melongo, tidak menyangka akan mendapat pertanyaan seperti itu. Detak jantung yang sudah memburu karena takut, perlahan kembali ke detakan normal.“Oh, Den Arjun sedang jatuh cinta, ya? Kalau waktu muda sih, mamang sering, Den, jatuh cinta, tapi ... serin
“Hallo, siang! Mba Sri, kami dari rumah sakit XXX , Bapak Arjuna Bagaskara mengalami kecelakaan tunggal, sekarang sedang tidak sadarkan diri di rumah sakit kami.” Srikandi terkesiap mendengar berita mengejutkan itu. Dalam beberapa detik dia belum membalas apapun yang di sampaikan oleh petugas rumah sakit itu. Yang pertama kali terlintas dalam pikirannya, bagaimana nasib meeting dengan Mr. Florez siang ini?“Apakah sudah ada keluarganya yang datang? Berikan alamat lengkapnya, Mbak.”“Belum ada, Mbak, kami hanya menemukan kartu nama ini, tidak ada nomor orang terdekatnya yang Kami tahu.”“Ok, di tunggu alamat lengkapnya segera, ya, Mbak, biar saya yang menghubungi keluarganya.”Petugas rumah sakit itu kemudian menyebutkan alamat lengkap dan di ruang mana Arjuna berada sekarang. Setelah menutup telepon, Srikandi mematung. Otaknya kalut, semrawut dan bercabang. Dia mengurungkan sementara niatny
“Emily, Kamu boleh pulang, saya sudah ada mereka.” Belum sempat gadis itu menyapa tamunya. Arjuna secara halus sudah mengusirnya. Mata wanita itu membulat, merasa tidak terima.Gadis itu berjalan menghampiri Bisma dan Srikandi tanpa mengindahkan perkataan Arjuna.“Hai, Saya Emily.”“Bisma.”“Saya, Srikandi.”Mereka berjabat tangan. Namun sejurus kemudian Emily menatap Bisma dan Srikandi bergantian.“Mas Bisma sama Mbak Srikandi serasi banget, aku jadi iri,” ucapnya sambil mengulum senyum. Membuat Arjuna membuang muka.“Kami hanya rekan kerja,” tutur Srikandi. Membuat rona di wajah Bisma menghilang seketika.“Doain saja, kami ke depannya bisa lebih dari sekedar rekan kerja.” Bisma tak mau kalah menimpali Emliy. Alhasil mendapat senggolan siku dari Srikandi. Namun lelaki itu malah terkekeh dan mengangkat tangannya membuat huruf v.“Ah
Kini di ruangan itu hanya tinggal Arjuna dengan Srikandi. Lelaki itu sudah mengirimkan pesan kepada Tuan Bagaskara agar tidak ada yang menjenguknya. Arjuna hanya mengirim foto Srikandi pada papanya dan menulis dua kata. Challenge and opportunity.“Mau buah potong.” Arjuna berbicara monolog. Srikandi menatapnya.“Bapak, bicara sama saya?”“Bukan,”“Lalu?”“Sama nyamuk.”“Kok?”“Ya, sama kamu, emang ada orang lain lagi di sini?” Arjuna kembali dengan egonya meski hatinya merutukinya.Dasar bodoh, ayo bersikap lembutlah. Bisikan hati baik mengawali.Eh, jangan keliatan lemah dan cengeng, yang ada wanita akan ilfeel, tetap jaga image justru lebih keren. Bisikan sudut hati lainnya.“Pak.” Srikandi mengulangkan telapak tangan pada wajah Arjuna. Piring buah potong sudah di pegang dan di sodorkannya.
Dengan nada berat, akhirnya Arjuna menceritakan kejadian yang di saksikan sendiri dengan mata kepalanya. Malam di mana dirinya mendapati Cantika sedang bergumul dengan lelaki bejat yang kini menjadi calon tunangan sekretarisnya. Hati Srikandi gemetar, antara terkejut dan kaget luar biasa.Setelah Arjuna selesai bercerita, Srikandi berasa ada di dua alam, antara mimpi dan nyata. Dia berpindah dari tepi ranjang bos nya dan kembali ke kursi penunggu. Butuh kekuatan mental untuk menghadapi kenyataan ini. Meskipun dia belum merasakan cinta dengan lelaki itu, namun hatinya sudah mulai terbuka akan sikap sopan dan ramahnya. Apakah betul semenjijikan itu lelaki yang akan menjadi calon tunangannya?“Pak, saya permisi ke luar dulu, Pak.”Srikandi meninggalkan Arjuna tanpa menunggu persetujuan. Kini dirinya harus segera mengabari ibunya untuk menunda dulu peresmian pertunangan dengan lelaki itu. Bagaimanapun, dia tidak bisa serta merta menyelesaikan hubungan me