All Chapters of Pengantin Pengganti: Chapter 41 - Chapter 50
99 Chapters
Si penelepon misterius
"Sayang bangun, hari ini kau akan ke kantor kan?" Aku membagunkan Farhan dengan cara yang lembut."Sebentar sayang," Farhan menjawab perkataanku sambil ia masih memejamkan matanya."Mau berangkat jam berapa? Ini sudah mau setengah delapan."Farhan langsung membuka matanya dan mengambil posisi duduk di sebelahku."Sayang aku harus ke kantor, hari ini adalah rapat saham dengan Jemy.""Sekarang kamu mandi, aku akan menyiapkan sarapan untukmu," aku sambil mengecup dahi Farhan."Ngga ikut mandi sekalian?" Farhan lagi lagi menawarkan hal seperti itu padaku."Ngga, itu bisa lain waktu sayang," aku menangkup kedua pipi Farhan dengan gemas."Ya sudah aku mandi dulu ya," sebelum Farhan berdiri, ia menyempatkan waktu untuk mengecup dahiku lumayan lama lalu ia berjalan menuju kamar untuk mandi dan bersiap siap ke kantor.Aku yang masih mengenakan piama langsung saja menuju ke dapur untuk membuat sarapan. Sesampainya di sana aku bern
Read more
Makan siang berujung petaka part 1
Setelah selesai mengobrol dengan Farhan, aku melanjutkan film yang sedang aku tonton. Sudah dua jam lamanya aku memandangi layar televisi di dalam kamarku akhirnya film tersebut rampung. Aku menoleh ke arah jam dinding di kamarku yang sekarang menunjukan pukul 11.23 .***Di luar rumah.Terparkir mobil rolls royce di depan rumah Farhan dengan gagahnya, sang pengemudi membunyikan klakson mobilnya Aku kembali teringat dengan si penelpon tadi siapa sebenarnya orang itu. Saat aku sedang sibuk melamun tiba-tiba bibi Ana mengetuk pintu kamarku.TOK TOK TOK"Permisi nona, di luar ada yang mencarimu," ucap bibi Ana di balik pintu kamarku."Siapa?" "Ti-tidak tau, dia hanya menyuruh nona untuk menemuinya. Dia menunggu nona di dalam mobilnya.""Sampaikan padanya, sebentar lagi aku akan turun.""Baik nona."Bibi Ana kembali ke halaman rumah dan menemui laki-laki yang sedang menungguku di luar dan menyampaik
Read more
Farhan cemburu
Jemy hanya tersenyum mendengar ucapanku barusan, dan ia lebih memilih untuk mengalihkan topik pembicaraan saat kita sedang melewati tempat permainan. Dia langsung menarik tanganku tanpa persetujuan dariku sebelumnya, aku hanya bisa mengikutinya dengan langkah yang lumayan cepat untuk menyamai langkah Jemy."Ngapain kita masuk ke sini?" Tanyaku."Kita bermain sebentar."Jemy menuju ke loket untuk membeli beberapa koin agar kita bisa bermain. Selesai Jemy membagi koin denganku, aku langsung pergi menuju permainan mesin capit yang berhadiah boneka.Aku mulai memainkanya dengan rasa hati-hati agar bisa pas dengan sasaran tetapi tebakanku meleset. Kini giliran Jemy yang bermain mesin capit boneka, permainan pertama dia kalah tetapi dia tidak menyerah dan mencoba untuk kedua kalinya dan kali ini dia berhasil mendapatkan bonekanya. Tanpa disadari aku refleks kegirangan melihat bonek yang berhasil dicapit oleh mesin, setelah mengambil bonekanya aku langsung memel
Read more
Menjual tubuh demi nafkah
"Sa-sayang kau tahu dari mana?"Farhan melemparkan beberapa lembar foto padaku, aku mengambilnya dan melihat foto apa yang di berikan padaku. Aku mendapati foto itu adalah diriku dan Jemy."Sayang ini tidak seperti yang kamu kira, kamu lebih percaya aku atau foto ini?" Aku bertanya balik kepada Farhan."Tergantung alasanmu bisa masuk akal atau tidak.""Jemy hanya mengajaku makan siang setelah rapat saham selesai, tetapi aku meminta untuk membeli ice cream saja, setelah itu dia membawaku ke tempat permainan dan kita bermain sebentar lalu aku menyuruhnya untuk segera pulang. Mungkan saat kau menelponku tadi itu waktu aku berada di tempat permainan karena disana suaranya sangat bising jadi aku tidak bisa mendengarnya," aku menerangkanya semua yang terjadi kepada Farhan."Benarkah begitu? Lalu untuk apa kau memeluknya?" "I-itu aku tanpa sadar memeluknya sejenak karena ia memegangkan permainan dan aku merasa sangat senang.""Jadi kam
Read more
Quality time keluarga
Ditengah tengah suasana Farhan yang sedang manja padaku, ia harus melepas pelukannya dari tubuhku dan terpaksa mengambil ponselnya yang sedang berdering di atas nakas."Ck pagi pagi suda mengganggu, jika kau karyawanku akan aku pecat sekarang juga," Farhan bergumam sambil meraih ponselnya. Lalu ia pergi ke arah balcon untuk mengangkat telfonya yang aku sendiri juga tidak tahu.Karena Farhan sedang ada telpon jadi aku langsung bergegas untuk mandi dan setelah itu menjalankan tugasku sebagai istri yang harus menyiapkan semua kebutuhan suami saat akan pergi ke kantor.Selepas selesai mandi, aku langsung memilih pakaian di dalam lemari dengan hanya menggunakan jubah mandi saja. "Sayang kenapa kamu tidak menungguku?" Tanya Farhan yang baru masuk dari balcon."Untuk apa aku menunggumu?" Tanyaku yang cuek dan terus melanjutkan aktivitasku memilih baju."Untuk mandi bersama," jawab Farhan asal ceplos.Aku langsung menyikut perut Farhan,
Read more
Namanya juga usaha
"Ini ketulusan dari dalam hati sayang," jawab Farhan."Oke oke, kamu boleh seperti ini tetapi hanya padaku, jika wanita lain kau perlakukan seperti ini pasti dia sudah melayang akan rayuanmu.""Aku janji kejadian seperti itu tidak akan terjadi, aku mau ke ruang kerja sebentar ya.""Apa ada kerjaan yang belum selesai? Kenapa kau mengambil cuti ditengah tengah padatnya pekerjaanmu.""Hari ini aku senggang, cuma ada beberapa email yang harus aku cek dulu.""Ya sudah, nanti aku akan masuk ke dalam jika sudah merasa bosan disini.""Aku tinggal sebentar ya sayang," Farhan bangkit dari duduknya dan setelah itu mengecup lembut dahiku dan juga bibirku.Selepas kepergian Farhan, aku masih terduduk di balcon dengan keadaan melamun, karena aku rasa matahari sudah mulai naik ke atas dan mulai terik, aku memutuskan untuk masuk ke dalam kamar dan merebahkan tubuhku di atas ranjang sambil bermain ponsel.Sepintas aku melihat ada iklan film bar
Read more
Farhan menjual statusnya
"Kau berpikir terlalu lama, ayo kita pergi ke salon kecantikan. Sudah lama aku tidak treatment," aku sembari menarik lengan Farhan agar ikut turun dari ranjang bersamaku."Kau yakin akan membawaku ke salon? Kau tidak takut suamimu di goda oleh wanita wanita disana."Aku diam sejenak dan memikirkan kembali ucapan Farhan.'Jika membawa Farhan ke salon yang ada nanti aku panas hati karena tidak tahan melihat wanita wanita yang berusaha mendekati dia,' aku bergumam sambil membayangkan kejadian saat di salon."Kenapa? Kau pasti sedang memikirkan yang aneh aneh," Farhan membuyarkan lamunanku."Tidak,,," aku memalingkan wajahku dari hadapan Farhan."Ayo kita pergi ke mall saja, kau cepat ganti bajumu," ucapku kembali, aku beralasan mengajaknya ke mall karena aku takut kalau kita terus berada di rumah seharian nanti yang ad dia balakan menyntapku tanpa henti."Ayo kita langsung berangkat," Farhan merangkul pundaku sambil terus kita berjalan k
Read more
Apa yang bisa di beli akan di beli
"Ayo kita langsung bermain saja," Farhan mengganti topik pembicaraan kami dengan mengajaku untuk memulai permainan. Aku hanya mengikuti setiap langkah Farhan. Sekarang dia memilih untuk bermain bola basket yang di masukan ke dalam ring basket.Aku melihat Farhan sangat menikmati permainanya, terlihat dari senyumnya saat ia berhasil memasukan bola ke dalam ring.  Sama persis seperti Jemy saat memenangkan permaina pada saat bersamaku."Sayang, lihatlah aku telah memasukan banyak bola kedalam ring," saut Farhan kepadaku sambil menunjuk ke arah papan score yang menunjukkan angka permainan."Iya iya, suamiku memang hebat," aku mengelus punggung Farhan sambil menyunggingkan senyum padanya."Pasti dong, kau mau mencobanya?" Farhan menawarkan permainan tersebut padaku."Ini terlalu manly untuk sayang, aku ingin bermain itu saja," aku menunjukan sebuah permainan mesin capit boneka kepada Farhan karena aku masih sangat penasaran dengan permainan itu.
Read more
Kabar Bahagia
TOK... TOK...TOK"Permisi tuan, dokter yang anda panggil sudah datang," ucap bibi Ana setelah mengetuk daun pintu milik tuanya, ia tidak berani untuk sembarang masuk sebelum tuanya mengizinkanya."Masuklah."Bibi Ana masuk ke dalam kamar dan di buntuti oleh seorang dokter wanita yang dipanggil Farhan."Nyonya Luna, saya mulai untuk priksanya ya," izin sang dokter padaku."Iya."Farhan masih berada di sampingku sambil terus menggenggam tanganku. Membuat dokter sedikit merasa tidak nyaman karena keberadaan Farhan di sampingnya. Setelah semua tanpa tanpa vital di cek oleh dokter dari mulai tensi darah, denyut nadi dan bola mataku. "Sejak kapan nyonya merasakan keluhan tidak enak badan?""Tadi pagi dok.""Sekarang nyonya sanggup untuk berjalan menuju kamar mandi tidak? Jika tidak bisa mohon tuan Farhan membantu untuk menggendongnya sampai kamar mandi." "Sebentar, kenapa harus di kamar mandi? Kau kan bisa m
Read more
Anak kita
"Kabar bahagia? Apa?" "Kau akan menjadi paman," aku sudah tidak sabar untuk memberitahunya, sedangkan Farhan hanya memegangi ponsel yang sedang aku gunakan untuk mengobrol dengan Jack. "Benarkah? Akhirnya aku akan menjadi paman. Apakah kakek sudah kau beritahu?" "Oia aku sampai lupa, kau adalah orang pertama yang aku kasih tahu mengenai hal ini." "Nanti biar aku saja yang beritahu kakek." "Baiklah, kapan kau akan main kesini Jack aku sudah ingin melihatmu." "Sepertinya lusa aku akan datang, aku juga ingin mengelus keponakanku agar dia juga mirip dengan pamannya." "Tidak mungkin, aku tidak mengizinkan kau untuk mengelus perut Luna," Farhan langsung emosi mendengar ucapan Jack yang menurutnya sangat sembrono. "Dasar suami posesif, lihat saja nanti aku pasti bisa mengelus perut buncit Luna tanpa sepengetahuanmu," Jack semakin memancing emosi Farhan. "Jika itu sampai terjadi aku akan mematahkan kedua tanganmu Jack,"
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status