All Chapters of Magic You: Chapter 11 - Chapter 20
109 Chapters
Chapter 11
Pagi ini aku sibuk mencari di mana diaryku berada. Bisanya ada di kantong depan tasku dan tertutup rapi. Tapi waktu aku cek, kantong itu udah terbuka. Kapan ini terbuka ya?Aku sangat tidak menyadari itu. Karena dua hari belakangan ini aku ngak nulis apa pun di sana, jadi aku ngak ada ngecek itu.Aku coba mengingat kapan terakhir kali aku membuka kantong depan tasku.Oh aku ingat. Waktu aku terkejut akan kehadiran buku mistis di tasku, waktu itu buku mistis, diary dan buku Tessa ada di sana.Gawat kalau di baca sama orang lain... Bisa-bisa mereka tau kalau aku suka sama Jessen!Aku bergegas ke sekolah."Duh... Apa masih ada di kelas ya? Malah udah lama lagi kejadiannya." Aku panik.Aku berangkat ke sekolah dengan tergesa-gesa, berharap itu masih ada di kelas.Sesampainya aku di sekolah, aku mengecek apakah masih ada di bawah kolong meja.Waktu aku cek, semua kolong meja sudah bersih. Tidak ada buku apapun."Eh kalia
Read more
Chapter 12
Prov Rio "Rio." Itulah kalimat pertama yang keluar dari mulut papa saat bertelepon denganku."Iya pa?""Besok papa jemput, dan kita balik ke Indonesia." Sambungnya."Hah? Tapi pa...""Tidak ada tapi-tapi, kamu di sana tidak ada yang perhatikan. Jadi di sini papa bisa pantau kamu.""Ta tapi pa..."Tut Tut TutArh.. kenapa harus pindah sih?!Drett...Aku langsung mengangkat ponselku yang bergetar.Aku harus komen ke papa, memangnya salahku apa sampai-sampai harus di pantau segala?!"Halo pa.""Haha why you call me pa, beb?"Aku kembali melihat layar ponselku, Anne.Ck kenapa sih selalu di waktu yang tak tepat!"We broke up! Don't call me again!"Pekikku sambil mem
Read more
Chapter 13
"Dia pacarku."Kalimat Jessen berhasil membuat mulutku ternganga dan menyergitkan dahi. Gimana tidak, pacar? Apa coba maksudnya?Kak Rio menatapku bingung. Dia tampak memikirkan sesuatu, selang beberapa saat dia tersenyum dan merangkul Jessen sambil membisikkan sesuatu.Jessen malah menatap kak Rio datar dengan senyuman. Kemudian menoleh ke arahku.Aku tak mau punya masalah lagi dengan Jessen sekarang. Karena kalau aku  bilang ke kak Rio kalau aku bukan pacar Jessen, Jessen akan menjauh dan misiku tak akan pernah selesai, ditambah aku akan selalu tertimpa segala kesialan. Lebih baik aku mengiyakan saja. "Em. Iya, aku pacaran nya."Jessen mengalihkan pandangannya dariku dan menatap Rio. "See."Yang lebih gilanya, Jessen melanjutkan jalan tanpa merasa bersalah.Rio masih menatapku. Aku coba memberi Penjelasan. "Ma maaf kak, aku.""Ngapain berdiri di situ. Cepat." Jessen memotong kalimatku.Sontak aku langsung memaling
Read more
Chapter 14
Aku menelan ludahku berat.Tuhan selamatkanlah aku dari cobaan ini.Aku membalikkan badanku kaku. Dan mencoba tetap tenang dengan ekspresi datar.Jessen berjalan mendekatiku.Dia semakin dekat dan dekat. "Woy jangan mendekat, aku punya semprotan cabe di kantongku!"Jujur, sebenarnya ngak ada semprotan cabe di kantongku. Aku bilang gitu biar dia berhenti mendekat.Jessen tetap berjalan mendekatiku. Membungkuk dan mendekatkan wajahnya ke hadapanku. "Celanamu ngak ada kantongnya." Dia menjitak kepalaku.Aku melihat celanaku. Aku langsung cengo karena tampak seperti penipu amatiran yang idiot.Ah, aku tak peduli. Aku menatap Jessen lantang. "Aku mau keluar!""Buka pintunya!" Pekikku.Jessen menegakkan kembali badannya. "Bukannya kau yang datang ke sini.""Ya kau keluar aja dari jalan kau masuki tadi." Sambungnya.Aku menggaruk kepalaku prustasi kemudian menatapnya. "Gini ya Jes, aku udah capek dengan hal
Read more
Chapter 15
Rasanya begitu gila. Ternyata aku masih suka sama Jessen. Aku memukul lagi kepalaku kemudian mencubit pipiku kasar.Val sadar!!!"Eh bego, kau kenapa?" Kata Jessen.Aku menghentikan tingkah lakuku."Kalau kau pukul terus kepalamu, kau jadi tambah bego." Hina nya.Aku melihat Jessen sambil tersenyum. "Eng... Gak apa."Kami pun berjalan bersama.***Di parkiran.Kak Rio melajukan kereta nya. Ke arahku dan berhenti tepat di sebelahku. Dia membuka penutup helmnya dan mengarahkan pandangan ke arahku. "Naik Val." Ucap kak Rio sambil tersenyum.Aku mengangguk dan hendak naik.Jessen menarik kerah belakang bajuku. "Jangan naik." Jessen lirik tajam Kak Rio.Aku melepaskan tangan Jessen. "Apaan sih Jes, cuma naik kereta doang." Aku kembali naik ke kereta kak Rio. Setelah aku naik Jessen juga ikutan naik.Aku sedikit memutarkan badanku ke belakang melihat Jessen. "Apa sih? Kita udah kaya cabe-cabean tau
Read more
Chapter 16
Mata ini rasanya berat sekali, ngantuk...Aku berusaha keras membuka mataku yang berat ini. Tapi seberapa kerasnya aku membuka mataku, mata ini terus terpejam.Hari ini pelajaran matematika. Ya, matematika!Rasanya sangat sebal. Udah kemarin belajar matematika di bentak Jessen melulu, sekarang belajar matematika lagi. Ini rasanya ngak adil.Suara guru sudah bergema samar-samar di telingaku, semakin tak jelas. Aku benar-benar tidak konsentrasi lagi. Aku melipat kedua tanganku di meja dan menundukkan kepalaku di sana. Tidur sebentar akan membantu.Posisi ini sebenarnya sangat tidak etis untuk tidur. Tapi ntah kenapa aku tidur begitu lelap.Kedubrak"Eh copot." Latahku keluar seketika sesaat seseorang memukul keras mejaku."Valen! Udah nilai kamu selalu rendah, malah tidur lagi di kelas!" Jerit wanita paruh baya yang sedari tadi mengajar.Aku menundukkan kepala menyesal. "Ma maaf Bu." Kataku pelan.Wanita itu menunju
Read more
Chapter 17
Aku menghirup aroma nasi goreng yang ada di hadapanku sambil menutup mata meresapinya. "Mm..."Aku membuka mata perlahan. Aku memandang Jessen yang ada di hadapanku. Tatapannya sangat tajam.Aku mengerutkan dahi. "Biasa aja dong." Aku melilitkan mie baksoku dengan garpu dan menyantap nya.Dia melipat kedua tangannya di meja. "Sayang."DegAku ngak salah dengar kan?... Sayang?!Aku buru-buru menelan makanan yang baru kulahap tadi dan meminum teh manis."Blah blah blah..." Aku kepanasan karena meneguk teh panas.Aku kembali melihat Jessen, dia tak bergeming."K kau... Maksudnya... Hah?" Kalimatku masih terbata-bata.Aku masih mengipasin lidahku yang kepanasan.Apa dia ingin aku jadi pacar yang uwu apa gimana?Tunggu, kok aku jadi panikan gini ya... Apa kubalas aja?"I ya... Sa sayang." Aku grogi.Dia malah terkekeh singkat. "Heh.""Sayang kalau kau ngak makan bakso pake saus dan ke
Read more
Chapter 18
Aku melihat ke arah jam dinding di depan kelasku, 5 menit lagi pulang. Ck, lama banget sih, udah muak nih.Aku tak menghiraukan guru yang mengajar di depan kelas, aku udah sangat bosan. Rasanya gila sih aku masih ngak fokus belajar, padahal minggu depan aku ujian.Untuk menghilangkan rasa jenuhku aku menyoret-nyoret buku sele-seleku.KringggBel pulang pun berbunyi. Aku pun langsung membereskan buku pelajaranku dan kembali duduk dengan rapi."Berdiri!" Kata Jhon ketua kelas kami.Serentak kami berdiri."Beri salam.""Selamat siang pak." Ucap kami serentak."Ya." Pak Sudarmi pun pergi meninggalkan kelas.Murid-murid kelas juga beranjak dari kelas setelah pak Sudarmi pergi. Begitu pun aku.Tessa lagi ada keperluan dengan guru jadi aku hari ini pulang sendiri.DrettPonselku bergetar, kulihat nama setan di layar ponselku. Aku pun mengangkat panggilannya."Ha.""Jumpai aku di parkira
Read more
Chapter 19
Aku sedikit kesal lihatnya, tapi karena aku sudah terbiasa dengan perilakunya yang seperti rambu lalu lintas yang cepat berubah-ubah jadinya aku tak terlalu marah.Aku melihatnya memakan mie buatanku. Cara makannya sangat estetis sekali, mungkin karna faktor wajah juga sangat mendukung. Jadi muncul di benakku suatu pertanyaan. "Jes." Panggilku.Jessen menggerakkan bola matanya ke arahku."Kau pernah pacaran ngak sebelumnya?" Pertanyaan yang tiba-tiba, tapi aku cukup penasaran dengannya."Kenapa?"Aku melipat kedua tanganku di atas meja makan. "Ngak apa... Cuma kepo aja."Jessen berhenti melihatku dan kembali menyantap mienya.Aku melentikkan jariku, menyadarkannya bahwa jawabannya masih gantung, walaupun aku tau lentikkan jariku tak berbunyi. "Jawab dong."Dia kembali mengarahkan bola matanya ke arahku. "Kalau ngak penting ngak usah di tanya.""Ck, penting tau." Aku mengerucutkan bibir kesal."Kau yang pertama." S
Read more
Chapter 20
"Aaaaa..." Jeritku shock melihat apa yang telah di lakukan Jessen. "Gilaa..." Tambahku dengan suara yang lebih kencang.Badanku seperti di goyang-goyangkan, semakin lama semakin kuat. "Non... Non bangun... Non!" Aku membuka mataku, bernafas terengah-engah."Non ngak apa?!" Raut wajah bibi tampak panik.Aku masih coba menyadarkan diriku. Melihat keadaan di mana aku sekarang. Tunggu, aku di kamar?. "Bi, aku. kok. di. kamar?" Aku masih mencoba memahami keadaan ini."Tadi kau tertidur di lantai waktu kau berjalan ke kamarmu setelah kita belajar tadi." Ujar Jessen yang dari tadi berdiri bersender di kusen pintu kamarku.Aku menggelengkan kepala menyadarkan diri.Astaga... Kok bisa aku bermimpi mesum dengan si Jessen sih!Valen, kau, harus, cuci otak!Aku memukul pelan kepalaku. "Astaga."Bibi masih memperhatikanku kuatir. "Gimana perasaan non sekarang? Non sepertinya sangat kelelahan."Aku menggelengkan kepala. "Ngak a
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status