All Chapters of Istri Sebatas Status: Chapter 21 - Chapter 30
82 Chapters
21. Gamang di Ujung Lara
“Mana Kyra?” tanya Aksa penuh rasa ingin tahu ketika tak menemukan senyuman ceria gadis cilik itu menyambut kedatangannya. “Dia tidak sakit, kan?” Tidak biasanya bocah berwajah ayu dan bermata bulat itu mengabaikan kepulangannya. Serasa ada sesuatu yang hilang dari diri Aksa. Gadis itu selalu menjadi penghapus lelah setelah seharian penuh berpacu dengan waktu untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah yang dibasuh luruhan peluh. “Enggak kok, Mas. Dia masih tidur.” Ainun menyahuti pertanyaan Aksa dengan senyum terkembang. Aksa membuang pandang pada jam dinding. Lima belas menit lagi tepat pukul enam sore. “Sebaiknya kau bangunkan dia,” saran Aksa. “Tidak baik tidur menjelang magrib.” Aksa melepaskan jaket yang membalut tubuhnya. Gerah sekali. Dia ingin cepat-cepat berlari ke kamar mandi dan berendam diri. Setengah hari menghabiskan waktu bersama Agnes membuat jantungnya berpacu cepat dan suhu tubuhnya memanas. Ainun beranjak ke kamar Kyra. Menjalankan perintah terselubung Aksa tanpa ba
Read more
22. Rindu Tak Bersambut
Waktu terus bergulir seperti sebongkah bola salju meluncur dari ketinggian. Dua hari bagai dua menit. Ainun tegak sambil melenturkan pinggangnya yang terasa pegal. Cukup lama dia membungkuk, mengemasi pakaian mereka ke dalam koper. “Jadi, aku benaran bakal ketemu opa sama oma ya, Ma?” Kyra merangkak naik ke atas kasur dan duduk menjelepok di belakang koper yang belum dipindahkan Ainun. Dia menjulurkan kedua tangan mungilnya, memeluk permukaan koper. Mata bulatnya mengerjap penuh harap. Jujur saja, dia sudah sangat lama memendam renjana untuk bertemu dengan kakek dan neneknya itu. Dia juga ingin merasakan kasih sayang kakek dan nenek seperti teman-temannya, yang biasa bermain bersama kakek dan nenek mereka. Ainun berjongkok. Menyejajarkan ketinggian tubuhnya dengan Kyra. Dielusnya puncak kepala putri kecilnya tersebut. “Iya, Sayang.” “Yeay!” Kyra berseru riang. Wajah cantiknya semakin berbinar cerah. Sinar matanya berpijar terang, mengalahkan indahnya kerlip bintang. Kalbu Ainun
Read more
23. Lidah Ular
“Kukira bangau yang sudah terbang jauh enggak bakal balik lagi ke kubangan.” Seuntai kalimat mencemooh serta seringai mengejek langsung tertangkap oleh telinga dan netra gelap Aksa begitu dia memutar tubuh. Agung, kakak sulungnya, melangkah pongah mendekatinya. “Aku tidak berniat untuk pulang kalau bukan papa sendiri yang minta.” Jawaban bernada santai Aksa sukses menstimulasi munculnya kilat tidak suka dari bola mata kakaknya. “Benarkah? Lima tahun papa tidak pernah peduli padamu, kau pikir aku percaya?” sanggah Agung. “Kau lelah berpetualang di luar sana?” Aksa mengeritkan gigi rapat-rapat. Lima tahun melarikan diri dari keluarga, dia pikir kakak sulungnya itu akan merindukan dirinya. Ternyata dia salah. Agung belum berubah. Lelaki itu masih membencinya, walaupun dia tidak pernah tahu apa penyebab dari percik api kebencian itu. “Hidupku sudah sangat tenang, jauh dari keluarga,” balas Aksa. “Kalaupun sekarang aku kembali, itu semata-mata hanya untuk menghormati papa.” Malas ber
Read more
24. Bak Upik Abu
“Aksa! Dengarkan papa!” Haidar mencekal pergelangan tangan Aksa yang sudah menenteng koper. “Maaf, Pa. Jika kehadiran kami tak diinginkan di sini, lebih baik kami pergi.” “Tidak! Kalian tidak boleh pergi.” Haidar berlari mendatangi Ainun. “Tolong … jangan pergi! Tinggallah di sini sampai acaranya selesai! Ini kesempatan terakhir kami untuk bisa berkumpul bersama. Setelah ini Chana akan ikut suaminya.” Ainun melirik bingung pada Aksa. Jika menuruti rasa sakit hati, ingin rasanya dia hengkang detik itu juga dari rumah besar keluarga Aksa. Akan tetapi, menyaksikan wajah memelas yang dipertontonkan Haidar dengan mata berkaca-kaca, hati Ainun menjadi tidak tega. Haidar terus melayangkan tatapan sendu kepada Ainun. Dia sangat menyadari bahwa satu-satunya orang yang dapat menahan kepergian Aksa hanya wanita kampung itu. Tak peduli seberapa besar rasa tidak sukanya pada sosok Ainun, dia harus menutupi rasa itu dengan tampang mengiba. Semua demi mempertahankan keberadaan Aksa hingga resep
Read more
25. Aroma Pemikat
“Ma, siapa perempuan yang dibawa Aksa?” bisik Marsha di telinga Clarissa. Seperti biasa, ibu mertuanya itu selalu bergelut dengan koleksi tanamannya. Saking konsentrasinya dia bekerja di bagian sudut kiri halaman rumah besar itu, dia tidak menyadari kedatangan Aksa sampai Marsha menghampirinya. Clarissa menghentikan gerakan gunting yang sedang merapikan tanaman bonsai kesayangannya. Dia memutar bola mata sesuai arah pandangan Marsha. Tampak Aksa berjalan santai menaiki teras sambil menenteng sebuah koper kecil. Tangan kirinya melingkar manis pada pinggang seorang wanita. “Entahlah. Mama juga belum pernah melihatnya,” komentar Clarissa. “Anak itu sepertinya semakin liar.” “Benar, Ma,” hasut Marsha. “Wanita itu tidak mungkin sekadar teman. Mesra begitu.” “Ayo cari tahu!” Biasanya keasyikan Clarissa bergelut dengan tanaman tidak akan terusik oleh hal lain. Namun, pemandangan aneh yang baru saja tertangkap oleh indra penglihatannya itu sungguh sangat menggoda untuk ditelusuri kebenar
Read more
26. Jebakan
Suara tepuk tangan bernada sumbang dan secarik senyuman terpaksa menyambut gerak langkah Aksa yang baru menginjak anak tangga terbawah. “Hebat ya … lima tahun tidak pulang, tahu-tahu sudah beristri dua!” Sindiran pedas turut menyapa Aksa. Clarissa bangkit dari sofa dan berjalan menyongsong Aksa. Marsha mengekor dengan pandangan mencemooh. “Aku sedang buru-buru,” sela Aksa, malas meladeni sikap sentimental mamanya. “Baru saja datang sudah mau pergi lagi! Kamu pikir rumah ini hotel?!” “Aku harus menjemput Chana, Ma. Papa yang minta.” Tanpa memedulikan umpatan dan sumpah serapah Clarissa, Aksa tetap mengayun langkah panjang untuk melaksanakan tugas yang dibebankan di pundaknya. “Heran! Apa sih hebatnya dia sampai-sampai dua wanita bodoh mau saja menikah dengannya?!” Marsha mendumel dengan wajah sekusut pakaian belum disetrika. Hatinya benar-benar dongkol. Dia tidak rela ada menantu wanita lainnya yang datang ke rumah besar itu. Kalau sampai di antara mereka ada yang berhasil menga
Read more
27. Seuntai Tanya
“Di mana kakak iparku? Aku ingin berkenalan dengannya.” Chana berjalan setengah berlari memasuki rumah. Sepanjang jalan tadi hasrat hatinya sudah menggebu-gebu, ingin melihat seperti apa rupa wanita yang baru saja dinikahi Aksa. “Chana!” Aksa mencoba menahan keinginan Chana sambil tangannya terus menyeret koper sang adik. “Apa?” Chana berhenti sejenak dan menengok ke belakang. “Kakak tidak ingin aku mengenalnya? Jahat sekali!” Aksa mengulum senyum. Adiknya itu sudah hampir menikah dan tinggal menghitung jam, tetapi tingkahnya masih saja seperti anak kecil. Sedari dulu Chana selalu tertarik untuk mengetahui segala hal tentang dirinya. Mungkin itulah yang menjadi penyebab hubungan mereka bisa sangat dekat. “Kamu baru saja pulang, tapi yang kamu cari malah orang asing,” keluh Clarissa. “Apa kamu sudah melupakan mama?” “Dan juga kakak iparmu?” Marsha ikut menimpali. Chana memutar kepala, berhadapan dengan Clarissa dan Marsha. “Eh, Mama,” tegurnya. Dia menghambur, mendekap sang mama
Read more
28. Tertangkap Basah
Seperti seorang pencuri yang sedang beraksi dan takut membangunkan penghuni rumah yang sedang terlena dibuai mimpi, Ainun memutar gagang pintu dengan sangat perlahan. Dia sengaja tidak menyalakan lampu agar tak ada yang menyadari bahwa dia masih terjaga. Ainun menarik daun pintu dan memosisikan kepalanya untuk dapat mengintip tanpa khawatir ketahuan. 'Astagfirullah!' kaget Ainun, beristigfar dalam hati lantas berbisik, “Itu benar-benar Mas Aksa.” Meski samar karena lampu di sepanjang lorong itu sudah padam, Ainun masih dapat mengenali siluet tubuh Aksa. Lelaki itu berdiri tepat di depan pintu kamar Agnes dengan posisi tangan sudah memegang gagang pintu. Detak jantung Ainun kian bergemuruh. Apa yang dilakukan Aksa di sana? Dia tidak mungkin akan nekat tidur sekamar dengan Agnes, bukan? Beragam tanya berseliweran di kepala Ainun seperti potongan-potongan puzzle rumit. Ainun hanya bisa tergugu ketika Aksa benar-benar menghilang di balik pintu kamar Agnes. Inikah makna dari semua sika
Read more
29. Tepergok
Agnes sedang mengeluarkan sebuah bungkusan dari dalam lemari pakaian ketika dia mendengar suara ketukan pintu. Ditaruhnya bungkusan itu di sudut ranjang saat dia berjalan menuju pintu. Agnes refleks melangkah mundur tatkala mendapati Clarissa berdiri dengan wajah sinis di depan pintu. Tanpa dipersilakan, Clarissa langsung masuk. Bola matanya bergerak liar menyapu seluruh permukaan kasur. “Apa ini?” tanyanya sambil meraih bungkusan yang diletakkan Agnes di atas tempat tidur. “Oh, itu … hadiah kecil untuk Tante,” sahut Agnes. Dia tersenyum canggung. Tidak menyangka kalau ibu mertuanya itu akan mendatangi kamarnya. “Kamu ingin menyogokku?” “Maksud Tante?” “Aku tahu apa hubunganmu dengan Aksa.” “Kalau Tante pikir aku takut kebenaran ini akan terungkap, Tante salah.” Clarissa melengos. Bantahan Agnes menyentil egonya. Dia sudah terlanjur senang karena dia punya senjata untuk menaklukkan Agnes, tetapi dia kecele. Wanita itu punya perisai kepercayaan diri yang cukup kuat untuk menaha
Read more
30. Terseret Arus Kesalahpahaman
Meski resepsi pernikahan Chana hanya mengundang tamu dalam jumlah yang sangat terbatas, mereka bukanlah orang-orang dari masyarakat biasa. Mereka adalah kalangan atas dan kaum sosialita. Tubuh-tubuh berotot dan terawat baik itu dibalut oleh setelan jas dan gaun mewah yang bernilai puluhan atau bahkan ratusan juta. Ainun dengan penampilannya yang sederhana tampak mencolok, seperti seekor domba di tengah kawanan rusa. Ainun memutuskan untuk menyudut agar tidak menjadi pusat perhatian. “Lihat! Katanya perempuan itu masih keponakan Tuan Haidar,” bisik seorang wanita berusia mendekati kepala lima. Tubuhnya yang terbalut gaun berwarna hitam tampak elegan dan lebih muda dari usia sebenarnya. “Kalian percaya?” Tiga orang rekan yang duduk semeja dengannya serentak memusatkan tatapan mereka pada satu titik yang sama. Tampak Agnes duduk anggun seorang diri dalam balutan gaun berwarna lavender. “Kata siapa?” timpal rekannya yang duduk di sebelah kiri. “Aku dengar Nyonya Clarissa menjawab sep
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status