All Chapters of HYANG YUDA: Chapter 31 - Chapter 40
75 Chapters
31. DEWA PERANG DAN PEMBERONTAKAN PERTAMA MAJAPAHIT
Belum lama berjalan keluar dari pusat Majapahit, pasukan Majapaht yang dipimpin oleh Mahapatih Nambi, Mahisa Anabrang dan Ken Sora sudah dihadang oleh Pasukan Ranggalawe. Di sekitar Sungai Tambak Beras di kota Jombang, pasukan Majapahit telah dihadang oleh pasukan yang dipimpin oleh Ranggalawe yang merupakan keponakan dari Ken Sora. Perang yang tidak terduga pecah sebelum perkiraan membuat dua pasukan dari dua kubu terpaksa berperang. Suara gemerincing ketika dua pedang saling bertumbukan, suara busur yang melepaskan panahnya dan suara teriakan pasukan yang siap mati untuk kemenangan menghiasi sekitar Sungai Tambak Beras di kota Jombang. Tidak berselang lama. . . darah merah mulai mengalir dari tubuh pasukan yang terluka dan beberapa pasukan jatuh tersungkur berada di ambang kematiannya, Hyang Yuda yang melihat pemandangan ini setelah ratusan dan ribuan kali merasakan sensasi yang berbeda. Selama ini dirinya yang menjabat sebagai Dewa Perang hanya meng
Read more
32. DEWA PERANG MENJADI PENGAWAL PRIBADI MANOHARA
TAHUN 1297 Selama dua tahun kemudian dihabiskan oleh Hyang Yuda untuk bekerja sebagai Bayangkara di Antapura dan sudah tidak terhitung jumlah perang yang diikuti oleh Hyang Yuda dalam rangka memperluas wilayah Majapahit. Dalam dua tahun juga, Hyang Yuda juga jarang pulang ke rumah dan bertemu dengan Gurunya. Sejak insiden pemberontakan Ranggalawe, Gurunya Ken Sora mengurangi jumlah kunjungannya ke Antapura dan lebih banyak menghabiskan waktunya tenggelam dalam pekerjaannya sebagai Rakryan Patih ri Daha(1) di Kediri.  (1)Rakryan Patih ri Daha berarti Patih bawahan di Kadiri dalam kerajaan Majapahit. Kadiri sekarang dikenal dengan Kediri.  Dalam dua tahun juga, Hyang Yuda berhasil mendapat kepercayaan dari Rakryan Tumenggung(2) dan menjadi tangan kanan serta ahli strategi dari Rakryan Tumenggung. Namun setelah keberhasilannya untuk menjadi kepercayaan dari Rakryan Tumenggung, Hya
Read more
33. DEWA PERANG MENJADI PANGLIMA KERAJAAN
TAHUN 1298 Setahun kemudian. . .   “Maharaja. . .”  Pawestri Manohara dengan sengaja meluangkan waktu paginya untuk menemui kakaknya yang menjadi raja pertama Majapahit.  “Adikku tersayang. . .” ucap Maharaja melihat kedatangan adik tersayangnya. “Karena sibuk dengan urusan kerajaan, kakakmu ini tidak memiliki waktu untuk mengunjungimu. . . bisakah kamu memaafkan kakakmu ini?”  Pawestri Manohara tersenyum mendengar ucapan kakaknya itu, “Saya tidak berani, Maharaja. . . Saya juga bersalah karena tidak menyempatkan waktu untuk mengunjungi Maharaja. . .”  “Ada apa kamu datang kemari pagi – pagi sekali, Manohara?” tanya Maharaja.  “Ada yang ingin aku minta dari Maharaja. . .”  Raut wajah Maharaja berubah menjadi sedikit serius meski berusaha tetap tersenyum di depan adik tercintanya. “Bisakah kita berbicara dengan berjalan – jalan di sekitar
Read more
34. DEWA PERANG DIPEREBUTKAN DUA GADIS
Nama Rakryan Tumenggung Sena menggema di seluruh Majapahit terutama di Kota Mojokerto yang merupakan ibu kota kerajaan Majapahit. Bahkan kedatangan pasukan Rakryan Tumenggung Sena mendapat sambutan luar biasa dari rakyat Majapahit. Bak pesta tahunan di Majapahit, iring - iringan pasukan Rakryan Tumenggung Sena yang sejak masuk dari gerbang kota Mojokerto hingga masuk ke Antapura diikuti oleh rakyat yang ingin melihat Rakryan Tumenggung mereka yang masih muda. Beberapa gadis di jalan berteriak memanggil nama Sena dengan harapan Sena akan melihat mereka. Beberapa anak kecil berteriak memanggil Nama Sena berharap dirinya tumbuh dewasa dan bisa menjadi seperti Sena. Dan beberapa orang tua meneriakkan nama Sena untuk memberi pujian kepada Sena.Pemandangan yang menghebohkan di seluruh Majapahit itu tidak luput dari pandangan Dyah Manila adik dari Mahapati yang kebetulan sedang berada di jalanan menuju Antapura ketika pasukan Rakryan Tumenggung tiba di jalanan kota Mojokerto.
Read more
35. DEWA PERANG MENIKAH DENGAN PAWESTRI MANOHARA
Setelah empat tahun lamanya, perlahan Hyang Yuda mulai melupakan nama Hyang Yuda dan posisinya sebagai Dewa Perang yang Agung dari Amaraloka dan terbiasa menjalani segalanya layaknya sebagai manusia biasa bernama Sena. Dari makan bersama dengan pasukannya, dari menikmati jalan – jalan di pasar dengan dikelilingi oleh orang tua yang berebut menunjukkan putrinya dan menikmati jalannya perang bersama dengan pasukannya. Kebiasaan itu kini sudah menjadi bagian dari hidup Hyang Yuda dengan nama Sena.  Dua hari sebelum hari pernikahannya, Maharaja meminta untuk bertemu dengan Hyang Yuda untuk menemaninya berjalan – jalan di sekitar tembok Antapura hanya untuk menikmati langit malam.  “Apakah kamu merasa gugup, Rakryan Tumenggung Sena?” tanya Maharaja yang berjalan di depan Hyang Yuda. Dengan penuh rasa hormatnya, Hyang Yuda menjawab pertanyaan Maharaja, “Lebih gugup dari pada harus pergi berperang, Maharaja.”  Maharaja menghentikan l
Read more
36. DEWA PERANG MENDENGAR DESAS - DESUS
TAHUN 1300  Setahun kemudian. . . Hyang Yuda yang selama setahun telah tinggal di Antapura bersama dengan Pawestri Manohara pergi mengunjungi rumah lama gurunya yang dulunya ditinggalinya yang berada di luar Antapura. Di depan gerbang rumah miliknya yang sederhana berdiri Rangga, sahabatnya yang telah lima tahun lamanya pergi berkelana ke seluruh daerah kerajaan Majapahit.  “Rangga. . .” sapa Hyang Yuda ketika mengenali wajah sahabatnya yang sudah lama tidak ditemuinya.  “Rakryan Tumenggung Sena. . .” balas Rangga dengan sedikit menundukkan kepalanya memberi hormat kepada Hyang Yuda.  Terkejut melihat sahabatnya memberi hormat padanya, Hyang Yuda segera berlari menghampiri sahabatnya dan berkata, “Jangan begitu Rangga, kita adalah teman. Jangan bersikap terlalu formal dan memanggilku dengan jabatanku. Kamu bisa memanggil namaku seperti yang biasa kamu lakukan, Rangga. . .”  Ran
Read more
37. DEWA PERANG BERTEMU DENGAN MAHAPATI
Setelah selesai berkunjung ke rumah lamanya, Hyang Yuda kembali ke Antapura. Di depan pintu masuk Antapura, Hyang Yuda sudah dicegat oleh pelayan pribadi Maharaja yang membawa pesan dari Maharaja untuk segera menghadapnya. Bersama dengan pelayan Maharaja, Hyang Yuda segera bergegas menuju Aula tempat Maharaja berada. “Rakryan Tumenggung Sena. . . “ sapa Bayangkara Rama yang menjadi pengawal pribadi Maharaja.  “Bayangkara Rama. . . saya mendapat pesan untuk segera menghadap Maharaja,” jelas Hyang Yuda.  “Mohon tunggu sebentar Rakryan Tumenggung Sena, Maharaja sedang kedatangan tamu penting secara tiba – tiba.”  Hyang Yuda menuruti perintah Bayangkara Rama dan berdiri menunggu di depan aula tempat Maharaja berada. Setelah menunggu sekitar satu jam lamanya, Hyang Yuda melihat tamu yang menemui Maharaja keluar dan berpapasan dengannya.  “Siapa itu tadi, Bayangkara Rama?” tanya Hyang Yuda penasaran karena merasa belum perna
Read more
38. DEWA PERANG MENGHADAPI DESAS - DESUS YANG BEREDAR
Setelah selesai memberi salam dan menyapa Mahapati, Hyang Yuda berpamitan kepada Maharaja dan Mahapati untuk meninggalkan Aula tempat Maharaja berada dan kembali bertugas. Hyang Yuda berbalik dan melangkah pergi untuk keluar dari Aula, namun langkahnya terhenti ketika tanpa disengaja telinganya mendengar suara Mahapati yang berbicara kepada Maharaja.  “Mohon maafkan kelancangan saya, Maharaja. Sepertinya saya tadi melihat Mahisa Taruna datang kemari, Maharaja. . .”  Hyang Yuda mendengar Mahapati menyebut nama Mahisa Taruna. Untuk sesaat. . . Hyang Yuda menghentikan langkahnya, namun dengan segera Hyang Yuda melanjutkan lagi langkahnya hingga keluar dari Aula tempat Maharaja berada.  “Bayangkara Rama. . .” sapa Hyang Yuda.  “Ya. . . Rakryan Tumenggung. Apakah sudah selesai menemui Maharaja?” tanya Bayangkara Rama yang menjaga pintu aula tempat Maharaja berada.  “Ya. . . bisakah aku menanyakan sesuatu padamu, Bayangkara
Read more
39. DEWA PERANG DATANG KE KADIRI
Setelah mendengar berita yang dibawa oleh Anggara, Hyang Yuda benar – benar tidak bisa tertidur hingga fajar akhirnya tiba. Begitu pagi tiba, Hyang Yuda segera berpesan kepada Biyada yang menjaga Pawestri Manohara karena tidak ingin membangunkan istrinya yang kelelahan karena pesta kecil yang dibuat Maharaja untuknya kemarin. Setelah meninggalkan pesan untuk istrinya, Hyang Yuda kemudian pergi menemui Anggara lagi di tempat pelatihan pasukan miliknya.  “Anggara. . .” panggil Hyang Yuda ketika tiba di tempat pelatihan pasukan miliknya.  “Ya, Rakryan Tumenggung. . . ada yang bisa saya lakukan untuk Rakryan Tumenggung?” tanya Anggara.  “Setelah ini. . . aku akan pergi mengunjungi Guruku. Perasaanku tidak enak sejak semalam dan aku benar – benar tidak bisa tertidur. Jadi kuputuskan hari ini aku akan mengunjungi Guruku. Untuk itu. . . aku butuh bantuanmu.”  “Apa yang perlu saya lakukan, Rakryan Tumenggung?” tanya Anggara. “
Read more
40. DEWA PERANG DAN KONSPIRASI DI KERAJAAN MAJAPAHIT 1
“Keputusan belum keluar, Guru. Kemarin Maharaja membuat pesta untuk Pawestri Manohara. . . dan proses pengadilan mungkin akan segera dilakukan tidak lama lagi,” jelas Hyang Yuda. “Untuk berjaga – jaga. . . aku akan mengirimkan berita kepada Guru kelak jika sesuatu yang buruk terjadi.”  “Tidak perlu, Sena. Jangan lakukan hal itu.”  Ken Sora dengan cepat menolak bantuan yang akan diberikan oleh Hyang Yuda sebagai muridnya.  “Kenapa, Guru?”  Hyang Yuda bertanya dengan wajah heran.  “Aku sudah bersiap menerima kematianku sejak lima tahun yang lalu, Sena. Cepat atau lambat, aku pasti akan menerima hukumanku karena secara sadar aku telah membunuh Mahisa Anabrang dengan tanganku. Secara sadar pula, aku telah melanggar hukum di Majapahit. Jika kali ini Maharaja tidak segera memberikan hukuman padaku, maka kelak Maharaja akan mengalami kesulitan dan akan membuat Maharaja kehilangan kepercayaan dari pejabat – pejabatnya.”&n
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status