Semua Bab Can I Call You BABY ?: Bab 21 - Bab 30
61 Bab
Kecewanya ibu
Setelah Predi pulang tadinya aku hendak menenangkan ibu terlebih dahulu, meredakan tangisannya serta menceritakan kembali detail ceritanya. Aku tidak tahu bagaimana versi Abay menceritakan masalah ini pada ibu. Setahuku, Abay pasti menceritakan versi dirinya sendiri yaitu mengatakan bahwa dirinya lah yang tersakiti. Abay tidak tahu bagaimana sakitnya hatiku saat ditinggalkan oleh dirinya dan dia lebih memilih pergi bersama Tasya. Jadi pasti dia tidak menceritakan pada ibu bagaimana sakitnya aku. Aku takut ibu marah dan menganggap aku yang egois. Maka dari itu, aku akan berusaha menjelaskan segala perinciannya. Aku tidak tahu ibu akan percaya pada siapa, tapi tidak pernah ada yang salah dengan yang namanya mencoba. "Bu?" Ujarku lirih sambil memegang bahunya."Hmm? Oh, ibu belum shalat. Ibu shalat dulu ya."Baru saja aku duduk didekat ibu, ia sudah beranjak dan masuk kekamar dengan alasan
Baca selengkapnya
Kenangan
"Kenapa Deb?" Aku hampir saja menganggap yang berbicara itu adalah Abay, tapi ternyata itu adalah Predi.Predi masih setia menggantikan profesi Abay yakni mengantar dan menjemputku untuk pergi kesekolah dengan mobilnya dan tanpa dibayar.Sebelumnya aku sudah pernah mengatakan kepadanya bahwa aku tidak mempunyai uang untuk membayarnya dan akan lebih baik kalau aku naik angkot saja. Tapi Predi mengatakan bahwa itu bukanlah masalah dan ia masih tetap ingin dan akan mengantarku kesekolah meski tidak dibayar. Lagipula, kostan Predi tidak terlalu jauh dari rumah ku, jadi sekalian saja. Ditambah lagi karena Predi masih saudaraku. Ah, aku hampir lupa akan satu hal. Aku hampir lupa bahwa Predi adalah saudara sekaligus guruku. Tapi aku malah memperlakukannya seperti teman yang biasa. Harusnya aku lebih sopan dari itu. Tapi Predi sendiri sih yang selalu menolak enggan di perlakukan formal olehku. "Ngakpap
Baca selengkapnya
Kenapa cemburu
Aku tidak sepenuhnya memperhatikan pelajaran yang duberikan oleh bu Nita. Aku malah sibuk melamun, menggambar dan sesekali melihat ke arah Abay. Abay juga tampaknya sama sepertiku. Ia tampak seperti gusar dan gelisah. Matanya juga tidak fokus pada bu Nita. Sesekali tangannya bergerak kesana kemari menuliskan sesuatu. Pasti Abay sama denganku, yakni menggambar. Berbeda dengan Tasya yang dari tadi fokus memperhatikan. Ada yang aneh dari Tasya, senyumnya itu tidak pernah pudar. Aku selalu berpikir, apa ia tidak lelah dan pegal? Kalau aku sudah pasti pegal terus tersenyum seperti itu sepanjang hari. Atau mungkin hal tersebut disebabkan karena wajah Tasya yang memang berseri sehingga membuat dirinya seperti tersenyum?Dua jam sudah berlalu, pelajaran Matematika yang diajarkan oleh bu Nita sudah usai. Ini saatnya kami menyerbu kantin. Sebenarnya, aku tidak terlalu lapar karena tadi aku sarapan banyak masakan ibu. Aku me
Baca selengkapnya
Ina
Aku tidak akan berhasil menyusul Ina jika Ina tidak memghentikan langkahnya sendiri. Jujur,lari Ina sangat kencang. Mungkin karena badannya yang kurus, jadi ia tidak memiliki beban berat saat berlari. Ina berhenti tepat di koridor depan madding. Ia memegangi lututnya karena kelelahan. Nafasnya juga terengah-engah. "Ina." Aku menepuk pundaknya pelan. Tapi Ina tidak terkejut, mungkin ia sudah tahu akan kehadiranku.  Ina beralih menatapku dan aku terkejut melihat mukanya. Ina menangis, matanya bahkan langsung merah, keringat nya sudah bercampur dengan air mata. Saat itu juga, saat aku masih menatapnya, Ina langsung ambruk dipelukanku. Setelah ia memeluk ku, Ina kembali menangis dan lebih parah dari sebelumnya. Aku tidak bertanya apa alasan Ina menangis, aku sudah tahu apa penyebabnya. Apalagi kalau bukan perkataan Abay ta
Baca selengkapnya
Pusing
Setelah puas menangis, menjambak rambut dan mengeluarkan segala keluh kesahnya kini akhirnya Ina tidur terlelap di kamarku.Aku tidak ikut tertidur dan lebih memilih meninggalkannya. Ina pasti lelah, jadi aku biarkan saja dia sendiri dan berharap semoga ia mendapatkan ketenangan. Hari sudah mulai sore dan ibu sebentar lagi akan pulang. Sekolah ku juga pasti sudah bubar. Setelah ini aku pasti akan mendapat kabar buruk yaitu dicap kabur dari sekolah.Tapi itu bukan apa-apa. Ada yang lebih buruk, yaitu pandangan dan perlakuan anak-anak pada Ina. Aku juga takut mereka menjadi jauh dari Ina atau bahkan memperlakukan Ina dengan buruk dan memusuhi Ina. Bagaimana caranya menghadapi mereka? Bagaimana rasanya dijauhi oleh banyak orang karena sebuah kesalahan masa lalu yang tidak pernah kita inginkan untuk terjadi? Pasti sakit sekali. Aku memutuskan untuk duduk dikursi kayu diluar dan menunggu kedatangan ibu. Se
Baca selengkapnya
Tidak punya malu ya?
Sore telah berlalu dan malam telah tiba. Menanti untuk dinikmati sampai matahari esok pagi menjelang datang.Predi sudah pergi tadi sore setelah menjelaskan berbagai hal dan menyeruput habis teh manis yang kusuguhkan.Ina juga sudah bangun dari tidurnya dan bahkan kini ia sudah mandi dan sudah kembali segar. Ina memang anak yang kuat dan tegar bahkan mungkin lebih tegar dariku.Kata Ina, kehidupanlah yang membuatnya menjadi setegar itu.Jika tidak tegar, maka penderitaan dan kesedihan akan menguasainya sehingga membuatnya kesusahan untuk merasakan arti kebahagiaan.Ina juga berkata bahwa ia harus menjadi berani agar tidak ada yang memperlemahnya, yang membullynya maksudnya.Memang benar, untuk mendapatkan kebahagiaan, kita harus melupakan kesedihan.Bagi Ina, kehidupan hanyalah hari ini dan nanti. Tidak ada masa lalu. Sayangnya, Abay sudah berhasil membawa masa lalu Ina ke masa kininya dan membuat Ina kembali mengenang masa-masa sedih
Baca selengkapnya
Lelahnya ibu
Setelah kejadian semalam, aku semakin benci dan bahkan jijik kepada Abay. Menurutku, hal tersebut adalah hal paling memalukan yang pernah terjadi antara aku dan Abay.Selain tidak punya malu, Abay juga sepertinya tidak merasa bersalah sama sekali. Abay tahu bahwa Ina ada disini,dirumahku, tapi ia tidak bergegas pergi, padahal Ina jelas-jelas tidak menginginkan kehadiran Abay, buktinya ia langsung masuk kamar dan tidak keluar-keluar lagi sampai Abay pergi. Aku tidak habis pikir apa yang Abay pikirkan dan apa yang akan ia lakukan malam tadi. Yang jelas, aku tidak menyukainya. Begitupun juga ibu. Setelah sesaat Abay pergi, ibu makan dengan muka yang sedikit murung. Bahkan sesekali beliau menarik nafas berat.  Sepertinya organ-organ tubuh Abay sudah rusak saat ia mengenal dan bertemu Tasya lalu menjauh dariku. Hatinya menjadi hitam, urat malu nya sudah putus, dan tubuhnya sudah seperti robot yang bisa digunakan o
Baca selengkapnya
Siapa Tasya?
Pas sekali. Setelah kami selesai menyantap sarapan, terdengar suara deru mobil Predi.Alih-alih menyalakan klakson, Predi justru turun dari mobil dan menjemputku dengan masuk kedalam rumah.Tapi aku tahu bahwa ia memang sengaja turun karena ingin bersalaman dengan ibu terlebih dahulu. Tidak sopan menurutnya kalau main pergi begitu saja sekalipun aku, anaknya yang dibawa."Kalau ibu tidak mau bekerja. Mendingan ibu tidak usah bekerja, biar aku yang menelefon tante Juwita dan bilang kalau ibu sedang tidak enak badan." Ujarku. Aku masih mempertahankan pendapatku agar ibu tidak bekerja dulu di rumah Abay. Meski tadi ibu sudah mengatakan bahwa dirinya sanggup dan kuat. Ibu masih terlihat kebingungan memilih diantara harus bekerja ke rumah Abay atau sebaiknya dirumah saja setelah aku kembali memaksanya. Seperti yang aku perkirakan sebelumnya, ibu memang pastinya sakit hati kalau mengetahui kelakuan Abay yang seperti ini, Abay
Baca selengkapnya
Ina pembunuh
Kami berhenti disekolah dengan memasang muka yang kebingungan seperti orang yang salah jalan.Ina, ia tampak geram sesekali tersenyum sendiri seolah memiliki sebuah rencana yang enggan diberitahukan kepada kami. Maksudku aku dan Predi.Predi, Predi terlihat tidak fokus menyetir. Ia seperti memikirkan sesuatu untuk membantuku membongkar identitas Tasya yang tidak jelas itu.Dan aku sendiri, alih-alih memikirkan soal Tasya. Aku malah memikirkan soal Predi, Ina dan juga Abay.Dalam hidupku, aku tidak pernah berpikir akan memiliki sahabat seperti mereka berdua yakni Predi dan Ina. Apalagi Ina, dia padahal masih memiliki masalah sendiri. Tapi dengan begitu antusias ia ingin membantuku menyelesaikan masalahku dan dengan suka rela ingin membuat Abay kembali menjadi milikku. Maksudku kembali menjadi temanku. Predi, padahal kami sudah lama tidak bertemu. Sekalipun kami berdua adalah saudara tak dekat, tapi hubungan kekeluargaan kami tida
Baca selengkapnya
Ina penguasa
 Aku lalu bertanya kepada Ina bagaimana dirinya bisa melakukan hal tersebut. Maksudku, bagaimana bisa terpikirkan olehnya untuk menakut-nakuti Krystal dan mengatakan bahwa dirinya bisa menjadi pembunuh. Dan bagaimana Ina tahu bahwa cara tersebut ternyata berhasil dan membuat Krystal serta yang lainnya ketakutan lalu berlari menjauh. "Itu mudah. Jangan terlalu berlarut dalam kesedihan dan jangan biarkan kesedihan menguasai akal sehat kita. Enjoy lah, keep calm. Jika kita relax, otak juga mudah merefleks. Gue sendiri gak tau pasti dari mana ide itu berasal. Yang jelas, gue kepikiran menjadi pembunuh pada saat anak-anak menatap gue dan mengatakan bahwa ayah gue pembunuh. Saat itu, gue ingin membunuh anak-anak yang menatap gue dengan keji, tapi gue tau gue gak mungkin ngalakuin itu. Gue inget saat ayah ditakuti orang-orang karena dia pembunuh, maka dari itu gue berpikir aka berpura-pura menjadi pembunuh agar anak-anak takut. Entahlah, tapi yang jelas ke
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status