All Chapters of SI CULUN DAN PANGERAN KAMPUS: Chapter 41 - Chapter 50
95 Chapters
Empat puluh satu
"beneran bisu baru tau rasa Lo" ucap Benji. Mentari terus mendiaminya sedari tadi.Mentari tak peduli dia terus diam, pura-pura tidak dengar. Dia sedang sibuk mencuci piring sekarang, bekas makan malam tadi.Dan Benji yang terus mengikutinya sedari tadi."MENTARI...." teriak Benji tepat di telinga Mentari.Membuat kuping Mentari mendengung, dia melotot ke arah Benji."Apa sih kak...""Makanya jangan diam aja" ucap Benji."Salah kakak tadi main nyosor aja, udah kayak bebek....""Siapa yang kayak bebek?" Tanya seseorang yang baru masuk ke dalam rumah Mentari.Mentari dan Benji menoleh ke arah orang itu, Lea sudah berdiri di belakang mereka dengan cengengesan."Siapa yang kayak bebek..?" Lea mengulangi pertanyaan nya."Tuh.." Mentari menunjuk Benji yang berada di sebelahnya dengan dagunya.
Read more
Empat puluh dua
Pagi ini, Mentari dan Lea tengah duduk di meja makan, untuk sarapan. Hanya ada mereka berdua karena Benji masih tidur."Aku seneng deh Tar, akhirnya kak Benji bisa punya pasangan. Apalagi orang nya kayak kamu, baik.." ujar Lea dengan mata berbinar.Dia awalnya kaget saat tau Benji mau tunangan, apalagi saat tau kalau calon tunangannya itu Mentari. Sebenarnya waktu kemah dia juga udah curiga kalau ada apa-apa antara Benji dan Mentari.Mentari hanya tersenyum menanggapi ucapan Lea."Kamu yang sabar ya, ngadepin sikap kak Benji.."ucap Lea, dia sangat tau bagaimana sikap Benji, pria itu tidak ada lembut-lembutnya.Mentari mengangguk."Semenjak tunangan dengan dia, aku berusaha menerima semua kekurangan dia. Dia yang gampang marah, emosian, itu juga bagian dari kekurangan dia" Mentari menjeda ucapan nya sebentar. Dia menarik napas dalam."Walau kadang aku ragu, dia beneran
Read more
Empat puluh tiga
"apa yang kamu laku kan pada istri saya hah.." ujar papi Benji marah.Setelah Omanya tidur, Benji dan Mentari langsung turun ke bawah  membiarkan Omanya istirahat.Namun baru saja kakinya menginjak lantai bawah, dia sudah mendengar teriakan papinya.Benji memutar bola matanya malas. Dia mengajak Mentari duduk di salah satu sofa yang ada di ruang keluarga.Tanpa memperdulikan tatapan tajam dari semua orang yang ada di sana. Sementara Mentari sudah menunduk takut, dia merasa sedang di sidang sekarang."Kamu nggak dengar saya.." tanya papi Benji sekali lagi, dengan emosi yang memuncak. Melihat kelakuan kurang ajar Benji."Memang apa yang saya lakukan" ujar Benji terlihat santai, dia melihat ke arah papinya dengan malas."BERANI KAMU MENDORONG ISTRI SAYA, DASAR NGGAK PUNYA SOPAN SANTUN.." teriak papi Benji.Benji tersenyum miring."Dia yang memulai duluan" ujar Benji menunjuk Laras dengan dagunya.Lara
Read more
Empat puluh empat
"laper banget..." Ucap Mentari dengan memegang perutnya.Sekarang sudah jam tiga sore, wajar kalau dia lapar. tadi pagi juga cuman makan roti.Mentari menoleh ke samping, Benji masih tidur dengan pulas.Mentari menimbang untuk keluar kamar atau tidak. Kalau tidak dia bisa mati kelaparan di sini.Tapi dia takut mau keluar untuk ngambil makan."Ah keluar aja lah.." putusnya akhirnya.Mentari turun dari ranjang, lalu berjalan menuju pintu.CeklekMentari membuka pintu, menyembul kan sedikit kepalanya di sana. Dia menoleh ke kiri kanan, untuk memastikan ada orang atau tidak.Udah kayak maling aja, batinya.Dan untung lah sepi. Mentari berjalan keluar.Mentari menuruni tangga dengan hati-hati. Untung dia pernah ke sini dulu, dan dulu dia pernah ke dapur bersama Oma. Jadi nggak perlu nyari-nyari lagi.
Read more
Empat puluh lima
"beneran Mil, aku harus pakek ini?" tanya Mentari sekali lagi."Iya Lo harus pakek baju itu, kita kan lagi di pantai wajar aja kalau pakek bikini.." ucap Mila mantap.Sekarang mereka sedang liburan di pantai, bersama Benji dan juga Dito pacar Mila.Oma Benji sudah sembuh beberapa hari lalu. Membuat Mentari bernapas lega, begitu pun Benji.Setelah Oma Benji sembuh mereka memutus kan untuk liburan, untuk menghilang kan penat."Akhirnya, Lo mau juga di ajak liburan ke pantai" ujar Mila senang, dengan merangkul bahu Mentari.Karena semenjak putus dari Romi dulu, Mentari nggak pernah mau di ajak ke pantai.Sementara Mentari masih sibuk memperbaiki baju nya, yang sangat terbuka menurutnya.Walaupun bukan bikini yang seksi banget, yang cuma pakai bra dan celana dalam. Tapi tetap saja ini sangat terbuka menurut Mentari.Celana sup
Read more
Empat puluh enam
Mentari menggenggam tangan Benji dengan erat. Sedari tadi pria itu hanya diam dengan tatapan kosong.Mentari tau pasti Benji sangat terpukul. Dia saja sudah menangis dari tadi, air matanya tidak berhenti keluar.Mobil yang mereka tumpangi pun, berhenti di pekarangan rumah.Sudah banyak mobil, dan juga karangan bunga yang berjejer di sana.Benji dan Mentari segera turun dari mobil. Mentari semakin mengeratkan genggaman tangan mereka, ketika merasa tangan dan tubuh Benji bergetar.Namun Benji sama sekali tidak menangis. Jujur untuk melangkah saja Benji merasa tidak sanggup, seluruh tubuhnya terasa lemas.Dengan perlahan mereka masuk ke dalam rumah. Semua orang menatap ke arah mereka sekarang.Namun tatapan Benji hanya fokus ke satu titik. Tubuh Omanya yang sudah terbujur kaku, dengan kain yang menutupi seluruh tubuhnya.Air mata Mentari suda
Read more
Empat puluh tujuh
Mentari sedang berada di kampus, walau matanya fokus ke depan memperhatikan dosen. Tapi pikirannya terus melayang memikirkan Benji.Sudah seminggu berlalu, semenjak kepergian Oma Benji. Dan Benji masih tak ada perubahan, dia terus melamun dan bicara seperlunya saja. Bahkan Benji tidak pergi ke kampus, bekerja pun tidak.Membuat Mentari khawatir, Mentari tau kalau Benji pasti sangat terpukul. Makanya setiap kali dia keluar meninggalkan Benji sendirian di apartemen, dia selalu merasa cemas dan ingin cepat pulang.Tak terasa kelas pertamanya pun selesai."Tinggal satu kelas lagi.." ujar Mentari.Setelah itu dia bisa langsung pulang menemani Benji.Mata Mentari tak sengaja melihat ke arah Danu, yang duduk tak jauh darinya.Sudah lama sekali mereka tidak bicara lagi, batin Mentari.Mentari berdiri dari duduk nya, dia berjalan menghampiri Danu.
Read more
Empat puluh delapan
"tumben?" ucap Danu heran, saat berpapasan dengan Mentari.Pasalnya gadis itu sangat berbeda hari ini. biasanya Mentari akan menyapa nya saat mereka bertemu, walaupun dia tidak pernah menanggapinya.Tapi hari ini jangan kan menyapa menoleh saja tidak. Dan yang bikin Danu tambah heran adalah, penampilan gadis itu. Mentari tidak memakai kaca mata, rambutnya juga di ikat asal-asalan. Biasanya kan dia mengepang rambutnya.Danu berjalan mengikuti Mentari, mengurungkan niat nya untuk pergi ke kantin.Danu mengikuti Mentari sampai ke kelas. Semua orang di dalam kelas juga melihat Mentari dengan heran. Tapi tidak ada yang berani berkomentar.Semenjak mereka tau kalau Mentari tunangan Benji, tidak ada lagi yang berani mengganggu Mentari.Mentari tidak memperdulikan tatapan heran dari teman-temanya, dia duduk di kursinya, lalu menelungkup kan wajahnya di atas meja.Setelah dua hari tidak masuk kuliah, akhirnya hari ini Mentari memutus kan untuk
Read more
Empat puluh sembilan
Dua tahun kemudian."selamat ya Tar..." Ujar Mila dengan memeluk Mentari."Makasih ya...." Jawab Mentari."Akhirnya aku lulus juga..." Ujar Mentari lega.Ya, akhirnya Mentari bisa lulus kuliah, dan menjadi sarjana ekonomi sekarang. Setelah ini dia bisa langsung bekerja untuk membantu ibunya.Bahkan dia sudah di terima bekerja di salah satu perusahaan. dia akan mulai bekerja Minggu depan, Sebagai divisi keuangan."Hei cupu..." Ujar Danu heboh dengan berlari ke arah Mentari.Danu langsung merangkul bahu Mentari."Akhirnya kita lulus juga...." Ucapnya dengan tersenyum senang.Mentari mengangguk kan kepala nya. Dia juga senang, hubungan dia dan Danu sudah membaik sekarang. Semenjak dua tahun yang lalu, tepatnya setelah kepergian Benji, Danu lah yang selalu ada dan menemaninya.Mentari menggeleng kan kepal
Read more
Lima puluh
"rumah siapa ini?" Ujar Mentari, kala melihat ibunya berhenti di depan sebuah rumah.Seperti rencananya tadi malam, pagi ini Mentari mengikuti kemana ibunya pergi. Tadi ibunya bilang dia mau berangkat ke kantor.Tapi yang Mentari lihat sekarang, ibunya malah pergi ke sebuah rumah. Entah rumah siapa.Mentari terus memperhatikan ibunya. Dia sengaja tidak turun dari mobil, agar tidak ketahuan."Apa rumah teman ibu.." tebak Mentari. Mungkin aja ini rumah teman ibunya.Ada sebuah mobil lagi yang datang memasuki halaman rumah itu. Mentari melebarkan matanya saat melihat siapa yang turun dari mobil itu.Bahkan dia Sampai memajukan tubuhnya, untuk memastikan kalau dia tidak salah lihat."Om Bram.." ujar Mentari tak percaya , kala melihat papinya Benji yang keluar dari mobil itu.Ngapain ibunya dan papinya Benji datang ke rumah ini, batin Mentari.
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status