Semua Bab SI CULUN DAN PANGERAN KAMPUS: Bab 51 - Bab 60
95 Bab
Lima puluh satu
"kamu aja yang masuk, biar ibu tunggu di sini" ucap Mira ketika mereka telah tiba di depan kamar Benji.Mira tau, Mentari pasti butuh waktu untuk bicara dengan Benji berdua saja.Mentari mengangguk kan kepalannya. dia menghapus air matanya, lalu menarik napas dalam. Rasanya campur aduk sekarang. Antara senang dan sedih. Senang karena akhirnya dia bisa bertemu lagi dengan Benji. Tapi juga sedih saat tau bagaimana ke adaan Benji sekarang.Mentari membuka pintu secara perlahan.Deg.Jantung Mentari berdetak cepat, kala melihat Benji yang tengah berdiri membelakanginya.Apalagi sekarang Benji menoleh ke arahnya. Mereka sama-sama terpaku di tempat masing-masing.Ingin rasanya Mentari berlari lalu memeluk Benji, dan berkata dia sangat rindu.Mata itu masih sama seperti dulu. Mata yang selalu menatapnya tajam dan mengintimidasi.
Baca selengkapnya
Lima puluh dua
Mentari membuka matanya perlahan, dia menoleh ke kiri kanan."Astaga.." ujarnya, dia sampai ketiduran di kamar Benji semalam.Sangking capeknya bujuk Benji agar mau bicara, akhirnya dia ketiduran di sini.Mentari mengubah posisinya menjadi duduk. Dia mencari keberadaan Benji namun tidak ada."Apa udah keluar.." gumanya.Mentari segera berdiri dan berlari ke kamar mandi untuk mencuci mukanya.Tak lama dia keluar dengan keadaan yang lebih segar. dia pun keluar kamar untuk mencari Benji.Mentari menuruni tangga secara perlahan. Matanya melebar kala melihat kekacauan yang ada di ruang tamu. Semua barang pecah berhamburan di lantai.Dan juga ada papinya Benji di sana yang terlihat sangat emosi. napas pria paruh baya itu naik turun, wajahnya juga memerah menahan amarah.Apa yang terjadi. apa kak Benji ngamuk lagi, batin Mentari.
Baca selengkapnya
Lima puluh tiga
"kita mau kemana kak?" Tanya Mentari saat Benji membawanya pergi."Nanti juga Lo tau" jawab Benji singkat.Mentari menghembus kan napasnya, percuma dia bertanya.Setelah itu terjadi keheningan diantara mereka, Mentari sibuk dengan pikirannya sendiri. Sementara Benji fokus menyetir."Selama gue nggak ada, apa aja yang Lo lakuin?" Tanya Benji memecah keheningan."Kan aku udah cerita semuanya kemarin" ucap Mentari. Apa Benji lupa, padahal kemarin dia sudah cerita panjang lebar.Benji mengangguk kan kepalanya, sebenarnya tanpa Mentari cerita pun dia sudah tau apa saja yang dilakukan Mentari.Karena selama dua tahun ini, sebenarnya Benji menyuruh orang untuk mengawasi Mentari. jadi dia sudah tau apa saja yang Mentari lakukan."Yah... yang gue tau, Lo nangisi gue tiap malam" ucap Benji dengan melirik Mentari, dia tersenyum jahil.
Baca selengkapnya
Lima puluh empat
Mentari memandang keluar jendela, dia masih berada di rumah papinya Benji sekarang. Lebih tepatnya sudah menjadi rumah Benji.Mentari menghembus kan napasnya berat, dia menoleh ke ranjang dimana Benji sedang tidur sekarang.Setelah kejadian tadi Benji langsung mengajaknya ke kamar dan tidur, Mentari bisa melihat kesedihan di mata Benji.Walaupun Benji terlihat jahat mengusir keluarganya tadi. tapi Mentari tau sebenarnya jauh di lubuk hati Benji yang paling dalam, dia juga nggak mau melakukan ini semua.Bagaimanapun Benji sangat menyayangi papinya. "Mikirin apa sih..?" Ucap Benji dengan suara seraknya. Membuyar kan lamunan Mentari.Mentari menggelengkan kepalanya, dari dulu Benji tidak pernah berubah selalu saja datang tiba-tiba. Padahal tadi dia masih melihat Benji tertidur di ranjang.Benji memeluk Mentari dari belakang, menaruh kepalanya di bahu Mentari."Mikirin apa?" Tanyanya lagi."Nggak ada, kakak udah bangun
Baca selengkapnya
Lima puluh lima
Hari yang di tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Benji tersenyum sangat lebar, mungkin ini adalah hari paling bahagia yang pernah dia rasakan selama hidupnya.Hari dimana dia menikah dengan perempuan yang sangat dia cintai. Dia berjanji akan menjadi suami dan ayah yang terbaik untuk keluarganya nanti.Dia tidak akan membiarkan anaknya kekurangan kasih sayang, dia tidak ingin anaknya tumbuh seperti dirinya.Benji melihat foto yang ada di tangannya. Itu foto dia waktu kecil, bersama ibu, oma dan opa nya."Benji akan menikah sebentar lagi, akhirnya Benji menemukan perempuan yang sangat Benji cintai. Dan ternyata perempuan itu anak dari sahabat mama" ujar Benji dengan mengelus foto ibunya."Benji akan punya keluarga sendiri sekarang. Keluarga yang Benji impikan selama ini. Semoga kalian di sana merestui pernikahan ini. Benji sayang kalian.." ucap Benji dengan suara bergetar. Benji mengecup foto itu dengan sayang."Gimana apa kamu sudah siap?" Ta
Baca selengkapnya
Lima puluh enam
Mentari bangun lebih dulu, sementara Benji masih tidur dengan pulas.Dia bangun kesiangan hari ini, sudah jam sembilan ternyata. Mungkin akibat kelelahan kemarin.Mentari segera mandi dan turun ke bawah."Ibu..." Panggilnya, saat melihat ibunya ada di meja makan."Sudah bangun kamu, sini sarapan sama ibu. Ibu juga kesiangan hari ini.." ajak Mira.Semua orang di rumah ini kelelahan karena acara kemarin, makanya semuanya bangun kesiangan.Mentari ikut duduk di meja makan, dia mengambil nasi goreng lalu memakan nya."Kenapa sih buk?" Tanya Mentari, saat ibunya terus memperhatikan nya dari tadi."Nggak papa, mana Benji.?" Ujar Mira balik bertanya."Masih tidur..." Jawab Mentari.Mira mengangguk kan kepalanya."Nanti ibu mau ke rumah teman ibu" kata Mira, dia merasa bosan di rumah terus.S
Baca selengkapnya
Lima puluh tujuh
"masih sakit?" Tanya Benji."Ih kak, jangan tanya gitu terus nanti ibu denger" ujar Mentari malu."Ibu juga pasti udah tau kali, ngeliat cara jalan Lo aja kayak gitu.." ujar Benji.Lagian kenapa juga harus malu, itu kan hal wajar yang harusnya suami istri lakukan."Emang keliatan banget?" Tanya Mentari.Benji mengangguk kan kepalanya sebagai jawaban.Mentari menghembus kan napasnya."Pertama emang sakit, nanti lama-lama juga enggak. Makanya kita harus sering-sering..""Sttttt.." Mentari menutup mulut Benji dengan tangan nya."Udah deh kak, jangan bahas itu lagi.." ujarnya malu.Apalagi mereka sekarang berada di dapur, nanti kalau ada yang denger kan malu.Benji melepas kan tangan Mentari dari mulutnya."Kenapa sih, lagian orang juga udah tau kok. Kita kan nggak keluar kama
Baca selengkapnya
Lima puluh delapan
Mentari tersenyum senang, akhirnya dia bisa melihat bunga sakura secara langsung."Senyum terus, entar kering gigi Lo.." ujar Benji.Mentari melirik Benji dengan sinis, Benji selalu saja merusak suasana."Kak ayo kita foto lagi..." Ajak Mentari dengan menarik tangan Benji.Benji menghembus kan napasnya lelah, Mentari sudah berfoto puluhan kali masih saja kurang."Untung cinta.." batin Benji.Kalau tidak, dia tidak akan mau melakukan nya."Besok-besok kita bawa fotografer aja lah.." ujar Benji, dia capek kalau terus di suruh memoto Mentari begini.Apalagi Benji di suruh ngulang foto terus. Mentari selalu saja protes, yang katanya foto nya jelek lah, gendut lah."Ide bagus, soalnya kakak motonya jelek-jelek.." ucap Mentari menyindir.Benji melotot kan matanya kesal, dia sudah capek dari tadi mengiku
Baca selengkapnya
Lima puluh sembilan
Mentari dan Benji berjalan menyusuri Takeshita street (Takeshita dori). Jalanan ini sangat terkenal di Jepang.Dan tempat ini juga sangat ramai, banyak makanan dan juga sovenir yang di jual di sini.Benji merasa risih sebenarnya berada di tengah keramaian begini, tapi dia sudah terlanjur berjanji untuk membawa Mentari ke sini.Mentari juga tidak suka ramai sebenarnya, tapi dia sangat ingin kesini.Benji berkali-kali menghembuskan napas nya. Sepertinya mereka salah memilih tempat bulan madu.Lebih baik memilih tempat yang sepi sunyi, jadi dia bisa berduaan terus dengan Mentari."Ayo kita pulang aja.." ajak Benji entah sudah ke berapa kalinya.Mentari menekuk bibirnya kesal. Benji terus saja mengajaknya pulang."Kakak, ikhlas nggak sih ngajak aku kesini.." ujar Mentari."Enggak, kan Lo yang maksa" jawab Benji.
Baca selengkapnya
Enam puluh
Mentari dan Benji sudah pulang ke Indonesia.Dan sekarang Mentari sudah siap dengan baju setelan kantornya. Celana panjang berwarna navy, dalaman berwarna putih serta blazer berwarna navy juga.Walupun Mentari belum tau posisinya sebagai apa di sana. Dia berharap semoga posisinya sesuai dengan keahliannya. Yaitu di divisi keuangan."Pasangin dasi gue.." pinta Benji memberikan dasi di tangannya ke Mentari.Mentari menatap dasi di tangannya dengan bingung."Pasangin.." pinta Benji sekali lagi, saat melihat Mentari hanya diam saja."Aku nggak bisa.." ujar Mentari. Dia tidak pernah memasang dasi sebelumnya.Waktu sekolah dulu ibunya yang memasang kan dasinya.Benji hanya diam dan terus menatap ke arah Mentari.Mentari yang melihat itu, langsung tersenyum lebar."Maaf ya kak, nanti aku bakal belajar." Ujarnya.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status