All Chapters of The Gray Silhouette of Love: Chapter 41 - Chapter 50
131 Chapters
41. SATU FREKUENSI RASA
 "... Sulit memag, jika kau masih memiliki nafas cinta untuk orang yang melukai hatimu juga ..."  - PANTAI -"Aru.... Kau tahu apa yang paling berat?"AKU MENGANGKAT BAHU. TIDAK TAHU."Saat aku mencintaimu dan kau tak bisa dimiliki"What? Apa Quin baru saja mengungkapkan perasaannya padaku?Aku jadi menatapnya dengan raut paling serius. Apa yang baru saja terjadi? Sulit mencerna dengan benar dengan maksud dan ucapan Quin barusann.Dia membuatku hampir salah paham.Aku tahu dia tidak sedang serius mengatakannya, walau wajahnya terlihat cukup serius dan meyakinkan. Aku hampir terkelabuhi olehnya."Aku tahu kau tidak srius. Jangan bermain dengan kalimat seperti itu untuk mempermainkan perasaan dan fokusku Quin. I kknow you!"Quin tersenyum girang karena aku tidak tertipu dengan kalimatnya. Mungkin dia juga tersenyum untuk mele
Read more
42. HOME SWEET HOME
 "... Namanya mampu mengundang perih datang, menghapus jejak bahagia ..."~ Aru ~ "Aku rapuh, Ru. bisakah kau memelukku?" katanya lirih dengan pandangan melamun.Aku ragu jika itu benar-benar sebuah permintaan dari Quin. Kurasa itu hanya sebuah simbol ungkapan akan perasaan dia yang tengah kacau juga gundah. Jadi aku tidak menanggapinya dengan serius.Kami diam lagi, sampai suara Dila hadir memecah keheningan ini."Kak saatnya pulang" teriaknya dari kejauhan jarak yang memisah kami.Aku memberinya simbul tangan OK. Lantas adikku pergi lagi."Ru, mulailah menghiburku dari sekarang" ujarnya padaku mengganti wajah sedihnya dengan senyum hangat.Alright.Quin kembali tegar kini. "Yahh, you better get ready!" teriakku saat jarak kami terpisah agak jauh.  ...... "Cek-cek sebelah kalian. Ja
Read more
43. RINDU
"...  Untuk pertama kalinya aku mengerti jika wajah rindu bisa memberi siksa ... "~ Ara ~ Hari-hari ini terlewati dengan sangat membosankan, terlebih karena waktu terasa berjalan seperti di punggung kura. Lama sekali dan itu mengesalkan, terlebih saat aku tidak banyak kegiatan belakangan ini. Lembur pun tidak.Pikiranku jadi kembali lagi pada Aru, dan perasaan kesepian ini makin mengikat juga mendekapku terlalu erat. Hingga semua ini membuatku berlari lagi pada kenangan indah yang bisa menghibur perasaan kacau juga sendiriku.Mana bisa aku tahan air mata kesepian ini. Mana bisa aku tahan perasaan rindu ini, walaupun mungkin beberapa hari lalu aku masih mengelak jika ini bukan rindu. Ini hanya perasaan hampa. Hanya perasaan sakit patah hati. Tapi kali ini aku harus mengalah dan jujur pada diriku sendiri. Jika ini adalah rindu yang cukup menyiksa, rindu yang tak bisa ditampakkan dengan benar wujudnya.
Read more
44. MERINDU
 "... Aku tahu rindu bisa menghadirkan nyilu dan siksa, tapi baru tahu jika rindu bisa membuat orang jadi anomali ..."~ Aru ~ Aku terbangun dari tidurku karena mimpi yang cukup menyedihkan. Aku melihat Ara terjatuh dari sepeda dan aku menangis begitu kacaunya karena melihat Ara tidak bergerak lagi.Aku duduk dipinggiran kasur dengan wajah agak pucat tapi perasaan melega, karena semua itu hanyalah mimpi.Semoga dia baik-baik saja. Dia harus baik-baik saja! Apa dia baik-baik saja? Perasaanku jadi kacau lagi hanya dengan menanyakan pada diriku sendiri pertanyaan keraguan semacam itu. Tapi aku segera menepisnya.Dia baik-baik saja. Terakhir kali aku melihatnya, dia masih baik-baik saja. Dia terlihat baik-baik saja tanpa adaku.Menyedihkan. Tapi begitulah adanya.Ara masih bisa tersenyum dan masih juga bisa makan dengan benar. Dia masih bisa hang out dan mengob
Read more
45. PADU RINDU
 "... Putus, tidak membuat keadaan kita lebih baik ..."~ Ara ~ Aku membeku didepan pintu, melihat orang yang kurindukan berdiri tegak didepanku. Bagaimana bisa dia datang diwaktu yang sangat tepat begini? Apa kini aku juga punya pemancar radar seperti milik ...? Jadi dia bisa merasakannya? Atau ini hanya sebuah kebetulan belaka. Padahal aku kira dia masih disana bersama ....Tunggu! Tunggu sebentar. Ini bukan hanya halusinasi atau ilusi dari perasaan rinduku yang terlalu kuat semata, bukan?Nyata atau tidak. Yang jelas semua perasaan berat dan lesu dan sunyi itu lenyap dalam sekejap hanya dengan melihatnya kembali. Aru memang obat mujarab untuk semua gundahku. Ah, ini hari apa? Malam minggu kelabu?! Kenapa imaginasi ini terasa begitu nyata? Karena aku merasa amat kosong, kurasa. Jadi bayangan Aru jadi senyata ini."Hai..."Dia bahkan mengucapkan hai yang ter
Read more
46. CANGGUNG
 "... Putus tetap saja menyekat perasaan kita tak bisa normal seperti biasanya ..."~ Ara ~ Aku langsung menuju dapur dan membuka lemari paling atas, dimana mie instan biasanya ku simpan. "Spageti, pasta atau mie instan?""Yang paling simpel dan cepat""Indomi? Ramen? Bihun? Laksa?""Indomi dong. Tapi apapun buatanmu pasti ku makan""Bagaimana klo ditambah cabe?""Tetap akan ku makan mie-nya bukan cabenya""Klo aku menyuruhmu makan cabenya juga. Kau tetap akan makan?""Ya, meskipun sedikit. Karena itu permintaan mu""Okay. Kau bisa duduk dan menunggu" Aku menyalakan kompor dan Aru melepas tas slempangnya, menuruti perintah ku. Tapi kemudian aku mengingat sesuatu. Aku memintanya untuk mengambilkan ponselku agar aku bisa memastikan satu hal darinya."Kau bisa mengambilkan ponselku?""Dimana?""Balkoni" 
Read more
47. NASEHAT TUK LOVESICK LOVER
  "... Hati manusia tidak di desain untuk selamanya kuat ..." ~ Aru ~   Aku mencuci mangkok ku saat Ara sedang ke kamar mandi, katanya mau sekalian gosok gigi. Lalu aku membaca pesan balasan dari Zein yang datangnya sangat terlambat.  "Mate, ARE YOU F***KING KIDDING ME?" balasan pertamanya, "Kendalikan dirimu foolish. Kau sudah putus dengannya!" tambanya Zein.   "Don't get mad dude" balasku, "Kau kemana saja tadi? Baru sekarang membalasku. TOO LATE NOW! Aku sudah terlanjur memperbaikinya"   "WTF?" makkinya kesal, "Kau lupa time difference? Ini tengah malam di Sydney"   "Yah, kurasa aku lupa tentang itu. Siapa juga yang tahu klo kau sedang di Sydney? Aku kira kemarin Shanghai bukan Sydney" "Panjang ceritanya. Lagian ini bukan ceritaku, ini tentang ceritamu. Jadi kembali kemas
Read more
48. GOOD TERM
  "... Hubungan ini bukan tentang tanggal ataupun angka, tapi ini tentang rasa ... " ~ Ara ~     Aku menghubungi Aru, segera setelah semua urusan pekerjaan ku ditempat ini selesai. Berharap, semoga aku tidak terlambat menghubunginya atau setidaknya, aku berharap Jika dia belum pergi terlalu jauh dari tempatnya mengajar gitar.  "Haloo. Aru, kau masih di Pungol?" "Yah, baru akan pulang. Kenapa?" "Bisa kita bertemu? Aku ingin mengajak mu untuk makan bersama. Kau punya waktukan?" "Ara aa... aku..." Mendengarnya ragu, aku jadi tahu dia pasti berusaha mencari alasan untuk menolak ajakanku karena isi dalam dompetnya, atau mungkin karena akal sehatnya sudah kembali waras lagi. Jadi dia mulai mengatur jaraknya kembali denganku. Walau bagaimanapun, status putus masih memberikan jarak kuat dalam rasional kami masing-masing agar tidak terlalu dekat. Itu sepe
Read more
49. FIRST EVER
"... Aku tidak bisa mengatasi perasaanku karena itu, terbukalah jalan keluarnya ... "~ Masih Ara ~  Aru tersenyum bahagia.Aku tetap suka semua perbincangan kita di meja makan yang selalu hangat seperti ini.Aku bahkan masih bisa merasakan Aru menatapku dengan mesra. Keceriaannya kembali lagi seperti biasanya.Kurasa kata putus sudah mulai mengabur dan tak menjadi beban lagi bagi kita berdua.Pembicaraan diatara kami mulai hidup lagi hanya karena kami menepis semua jarak dari pahitnya kata putus itu. "Apa menurutmu begitu? Aku menularan pikiran tuaku padamu?" tanyanya dengan dahi berkerut."Tentu tidak bukan?! Pikiran kita hanya berkembang menjadi lebih dewasa. Kita membijak bersama karena banyak peristiwa dalam hidup kita Ara, bukan karena aku menularkan pikiran tuaku padamu ...." sangkalnya."Kita belum setua orang tua kita, Ra!"
Read more
50. GELAS YANG PECAH
 "... Aku hanya bisa menyukainya tanpa bisa memilikinya ... "~ Aru ~ Ara memintaku bertahan sedikit lebih lama disini dan seperti biasa magnetnya tidak bisa semudah itu bisa ku lepas walau semua ikatan cinta diantara kami sudah kami lepas. Aku luluh dan menerima tawarannya untuk bertahan sedikit lebih lama didekatnya."So, kau mau menonton frojen?""Itu lagi?" aku menggeleng. "Lalu apa yang harus kita lakukan?""Entahlah. Aku juga tidak tahu. Mungkin kau bisa membuat sebuah permainan""Kau lebih pintar soal itu Aru. Kau tahu aku tidak suka game. Aku ke kamar dulu untuk ganti baju okay?""Boleh aku ikut?""HECK NAH ARU" pelototkuu tajam."Aku hanya bercanda"Ara tersenyum dan meninggalkanku. Aku berjalan menuju dapur. Membuka kulkas untuk mengambil minum, tapi aku berubah pikiran karena perasaanku masih saja meras
Read more
PREV
1
...
34567
...
14
DMCA.com Protection Status