Semua Bab Pembalasan Untuk Pengkhianat: Bab 61 - Bab 70
89 Bab
Datang
"Biarin aja deh Kokom di sini, Leha. Ibu gak mau di pisahkan sama Bapak kamu!" ucap Ibu mengiba.Enggak, kenapa kalian nggak tinggal terpisah dari kami sih, Bu. Ngapain coba Ibu nikah sama dia, kalau nggak mampu nafkahin Ibu." Aku berkata sambil menatap sinis pada Mang Udin yang memasang wajah menantang."Eh Leha, kamu jangan atur-atur orang tua begitu, nggak baik jadi Mantu. Biar bagaimanapun juga, Ibu ini berhak tinggal di mana saja! Jadi anak kok begitu banget," celetuk Ibu yang tidak terima dengan ucapanku."Ya, tapi sadar nggak sih, Ibu itu bawa benalu dalam rumah kami," sahutku dengan kesal."Lihat! Kok mantu kamu nggak punya etika begitu," ujar Mang Udin."Buat apa saya punya etika dengan para benalu. Saya nggak akan terima Kokom di rumah ini, sadar diri dong! Ini rumah tangga, bukan rumah duka. Ini rumah saya, bukan rumah para lansia," cecarku dengan kesal.Meraka semua memandang marah kepadaku. Namun aku teta
Baca selengkapnya
Celaka
Namun, aku tunggui mereka berdua, hingga selesai makan."Leha, Terimakasih, Nak." Mang Udin berucap sambil tersenyum."Selesai makan, mang Udin dan Kokom silahkan tunggu di taman depan saja," ujarku dengan datar."Kok gitu?" tanya Mang Udin, seolah ia keberatan."Cepat saja makannya, saya juga mau istirahat." Aku berucap dingin, tanpa menyahut pertanyaannya. Mang Udin dan Kokom saling pandang, lalu kembali mempercepat makannya.Sedangkan Ibu mertua tidak tahu menahu, bahwa mang Udin dan Kokom ada di dalam rumah. Ibu asik dengan derai tangisnya di dalam kamar.Setelah mengantar mereka kembali ke luar rumah, aku berniat masuk ke kamarku kembali.Baru berbalik badan mau menuju tangga, sudah terdengar tangisan Ibu mertua di ruang keluarga, ia tengah mengadu pada Putri kesayangannya itu.Namun aku acuhkan saja, aku berjalan cepat menaikki anak tangga, namun Ibu Mertua kembali menangis kencang untuk menarik p
Baca selengkapnya
Mslh
"Bu, jika memang Ibu bersalah, mengakulah dan minta maaf kepada Leha dengan tulus." Mas Juna berucap sambil menggendong Baim."Nggak! Orang Ibu gak punya salah, Leha, kamu jangan adu domba Ibu dan anak dong!" bentak Ibu yang masih kekeuh mempertahankan egonya."Baiklah, kita tunggu Polisi saja, biar semua segera terbukti. Aku juga capek kalau harus terus mengalah, rumah tangga terus di recoki keluarga kamu! Mas.""Apa maksud kamu? Siapa yang recoki Keluarga kamu? Hah. Mantu kurang ajar memang, gak ada hormat-hormatnya sama orang tua!" bentak Ibu, ia menatap nyalang kepadaku."Leha, kita bisa bicarakan ini baik-baik, jangan dengan emosi," ucap Mas Juna."Yang emosian itu siapa? Kamu gak lagi hilang akal? Sehingga nggak bisa bedain yang mana yang salah dan emosi.""Juna, kamu tuh laki-laki apa bukan sih? Dari tadi di bentak Leha diam saja, lembek kamu Jun!" ucap Ibu tak kalah galaknya."Bu, Juna nggak bisa ba
Baca selengkapnya
Memaksa
Sebulan sudah, aku masih saja berjalan menggunakan kursi roda ini, rasanya sakit tersiksa sekali.Aku meminta Enot membawaku jalan-jalan pagi hari di taman depan rumah, bersama Bayi Baim di gendonganku.Tak lama kemudian, datang sosok Mang Udin, yang tak lain adalah suami Ibu mertua. Melihat ia berjalan membuka pagar saja hatiku sudah berpirasat kurang baik.Ia melihatku yang tengah duduk di taman, lalu tersenyum dengan langkah cepat ia mendatangiku."Hallo menantu!" sapanya dengan tampang tak tahu malu, ia langsung duduk begitu saja di kursi taman, tepat di sampingku."Ada apa kemari?" tanyaku tanpa basa-basi."Anu--- mau minta uang! Ibu kamu sakit," ucapnya sambil cengengesan. Aku mendesah berat, benar saja pikiranku, nggak bakal jauh-jauh dari dugaan. "Uang melulu, gunanya Kamu itu apa? Mang Udin. Ibu itu Istri kamu, harusnya kamu yang nafkahin, bukan saya!" bentakku.Mang Udin nampak ter
Baca selengkapnya
Perusuh
"Bu, dari pada ngomel melulu, mending duduk, lalu makan." Aku berucap dengan datar menatap wajah wanita tua yang begitu angkuh tersebut."Ibu gak mau makan, kecuali Mang Udin datang.""Yasudah, biarkan aja Leha, kamu gak usah urusin Ibu. Mas aja malas sudah!" Aku dan Ibu tercengang mendengar penuturan Suamiku yang nampak begitu acuh."Juna, kamu gak sayang Ibu lagi? Nak.""Justru Juna sayang, makanya Juna gak mau Ibu di peralat oleh Mang Udin, bukannya kedamaian dan kebahagiaan yang Ibu dapat, yang ada malah hancur Keluarga kita gara-gara dia.""Juna, Ibu sayang sama mang Udin! Kamu gak boleh bersikap begitu dengannya, sakit hati Ibu.""Yaudah, kalau memang Ibu sayang! Ibu ikut saja sama Mang Udin, jangan numpang di sini. Juna gak mau Keluarga Juna berantakan, gara-gara suami baru Ibu itu.""Jadi kamu ngusir Ibu Jun?"Mas Juna tak bergeming, ia melanjutkan makannya dengan tenang, aku pun malas me
Baca selengkapnya
Rumah sakit
Dering telepon masuk membuyarkan lamunanku dari Mas Juna dan Ibu yang entah kemana perginya.Kuraih gawai milikku yang berada di atas meja, aku menghela napas perlahan, tertera nama Mas Juna di layar handphone.Aku pun menerima panggilan teleponnya.[Hallo,][Dek, Ibu masuk rumah sakit] ucapnya dengan suara getir.Aku sedikit tersentak mendengar berita dari Mas Juna.[Yang benar Mas? Emang Ibu sakit apa?] tanyaku lagi.[Lemah jantung Dek, darah tinggi juga katanya][Astaghfirullah] ujarku.[Mas nggak bisa ninggalin Ibu di tempat Nora, tadi saja kami kesitu, Nora sudah terang-terangan menolak kehadiran Ibu. Terpaksa, Mas bawa ke rumah lagi, ya Dek.]Aku dilema, mau nggak mau, aku pun menyetujui permintaan Mas Juna, aku juga seoarang Ibu. Aku bahkan tidak tahu perangaiku ketika tua nanti, aku berharap tidak seperti Ibu Mertua. Tapi menolaknya juga tidak mungkin, biar bagaimanapun, dia adalah wa
Baca selengkapnya
Datang
Pov Ibu°'Udin, suamiku tersayang, aku rindu!' batinku bergejolak, menahan rasa rindu yang menggebu-gebu kepada pujaan hati yang kini bersama Istri ondel-ondelnya itu.Aku muak sebenernya kepada wanita itu, meskipun ia lebih muda dariku, tapi aku yakin aku lebih seksi darinya.Ia menjadikan aku pembantu gratisan di rumah kontrakan sempit itu, namun aku tak peduli, demi cintaku pada Udin, aku rela berkorban sebanyak itu.Aku bahkan hampir di penjara gara-gara emosi, untung saja anakku pandai membujuk menantu sialan itu.Namun sayangnya, ia tetap berusaha mengusir diriku yang malang ini dari rumahnya, terutama Udin suamiku, mereka menghina dan mengusir pangeranku itu dengan kasar tanpa belas kasihan.Dadaku sesak, hatiku sakit, melihat kepergian Suamiku tersayang. Namun aku juga tidak berani mengikuti langkahnya, sebab suamiku mengancamku berkali-kali, jika aku tidak bisa tinggal di rumah anakku lagi, maka aku pun tak boleh kem
Baca selengkapnya
Para benalu
Hari ini Ibu sudah kembali pulang lagi ke rumah kami, meski berat hati, tapi aku tidak mungkin mengusirnya.Semoga saja, kali ini Ibu bisa bersikap lebih baik lagi, dan Mang Udin juga tidak lagi menjadi benalu tambahan di keluarga kami."Leha, Ibu mau ayam bakar!" rengeknya."Baiklah, nanti Bibi yang buatin, Ibu istirahat dulu," ujarku."Mau-nya kamu yang bikinkan, masakan kamu enak-enak biasanya, jangan nyuruh orang lain dong! Leha," ujarnya dengan mimik wajah datar. "Bu, Leha ini nggak bisa jalan masih, masa Ibu suruh-suruh?" jawabku setengah kesal, baru pulang sudah mulai buat perkara."Iya, Bu. Itukan semua gara-gara Ibu juga, bikin Leha seperti itu." Mas Juna menimpali ocehan kami. Ibu hanya mendengus kesal, mas Juna pun berlalu membawa Ibunya masuk ke dalam kamar tamu, kamar yang memang biasa Ibu tempati."Bi, buatkan ayam bakar madu," titahku pada Bibi yang tengah asik memotong-motong beberapa sayura
Baca selengkapnya
Rebutan
"Sekalian saja kamu minta suapin, biar tangan kamu itu makin tidak berguna!" sahut Mas Juna dengan kesal.Nora pun diam, ia lalu menyendok nasi dengan mimik wajah cemberut."Juna, jangan begitu sama Adek kamu, Nak." Ibu berucap dengan lemah lembut, ah entahlah.Mas Juna kembali menyuapkan nasi ke dalam mulutnya, tanpa menyahut sedikitpun. Sedangkan Nora kembali makan dengan lahap, begitupun kedua bocah malang itu.Selesai makan, Mas Juna menggendongku menuju ruang keluarga. Di ruang keluarga masih ada Enot yang menggendong bayiku sambil mengajaknya ngobrol."Not, kamu makan dulu, sinikan Baimnya!" ujarku sambil mengulurkan kedua tanganku ke arah Enot."Baik, Bu!" sahutnya sambil memberikan Baim ke gendonganku.Ia pun berlalu masuk ke dapur.Terdengar suara Nora memberi perintah kepada Enot."Eh, Babysiter, mandiin anakku nanti," ujarnya.Aku yang mendengar titah dari Nora hanya
Baca selengkapnya
Stroke
"Asal kalian tahu saja, selama ini aku tidak pernah keluar kota! Setahun belakangan ini aku memantau semua kelakuan Nora secara diam-diam." "Tidak usah berbelit-belit, Jo. Langsung saja pada intinya!" bentak Mas Juna yang mulai tersulut emosi."Adik kamu itu, selama setahun ini bermain gila dengan Om-Om. Ia bahkan ketangkap basah di hotel bersama seorang laki-laki parubaya yang tak lain adalah tetangga di samping rumah. Aku malu, aku kehilangan muka asal kalian tahu. Selama ini aku bersabar demi anak-anakku.Aku bahkan membiarkan Nora menitipkan mereka ke penitipan anak, setia Nora menitipkan mereka, aku selalu membawa mereka berdua jalan-jalan.Aku sudah pernah mencoba menyadarkan Nora, namun Nora selalu menghinaku miskin dan acuh dengan semua nasehatku.Wajar jika sekarang aku berniat menceraikannya dan menikahi perempuan lain."Paijo menjelaskan semuanya dengan panjang lebar. Mas Juna menatap geram pada Nora, namun Nora menepi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status