Semua Bab Mengapa Kau Membenciku? : Bab 11 - Bab 20
71 Bab
Part 11 : Penelusuran Altara
                           "Jadi kamu sama sekali tidak pernah mengenal Fadli?" tanya Al keheranan."Jangankan mengenal, bagaimana wajahnya saja aku tidak pernah tau, aku baru tau setelah Fero memberikan sebuah surat kabar kepadaku, dalam surat kabar itu aku baru tau berita meninggalnya Fadli serta gambarnya.""Tapi bagaimana bisa kalung milikmu ada di tempat kejadian?""Kak sarah meminjam kalung itu kepadaku, dia bilang cuma meminjamnya sebentar saja, tapi nyatanya sebulan lebih kalungku baru ketemu, Fero yang memberikannya kepadaku!""Apa kamu tidak pernah cerita ke Fero, kalau sebenarnya kakakmu yang sudah meminjam kalung itu?""Saat Fero marah dan menuduhku bahwa akulah yang menyebabkan kakaknya bunuh diri, aku sudah berusaha menjelaskan yang sebenarnya, tapi dia sedikitpun tidak mau mempercayaiku, tapi aku yakin waktulah yang yang akan menjawab semuanya,
Baca selengkapnya
Part 12 : Kemanakah Sinta?
                                                                                                                Suara hand phone berbunyi nyaring mengalunkan musik alarm sebagai pengingat bahwa hari telah berganti pagi, namun sosok dibalik selimut rupanya enggan untuk membuka mata karena masih terkunci oleh rasa kantuk yang mendera, bunyi alarm masih saja terdengar begitu memekakkan telinga hingga si empunya menekan tombol off kemudian bunyi pun hilang dalam sekejap. Sinar mentari mulai menerangi celah-celah ruangan yang menembuspori-pori tirai jendela. Altara akhirnya bangkit dari tidur lelapnya, ia segera bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sementara itu di ruang makan Fero sedang
Baca selengkapnya
Part 13 : Penculikan Sinta
Sore itu Sinta pergi ke sungai ia begitu merindukan suara gemercik air yang mengalir, segarnya air sungai, serta hembusan angin yang sepoi-sepoi. Beberapa hari ini ia tidak bisa pergi ke tempat favoritnya itu, dikarenakan ia disibukkan dengan aktifitas kuliah yang sangat padat, tanpa sepengetahuan Sinta seseorang telah meneropongnya dari jarak 60 meter, sosok itu telah mengamati aktifitas Sinta selama beberapa hari ini. "Roy… Roy….!"Seorang pemuda tampan, berkulit putih dan berhidung mancung sedang memanggil sang asisten untuk segera datang kepadanya. "Iya Tuan!" jawab sang asisten. "ini kamu lihat, siapa gadis itu? beberapa hari ini aku melihat dia sedang berada di area Fero?" ujar Devano sambil memberikan teropong yang baru saja ia pakai kepada asistennya tersebut. "Oow.. gadis cantik itu Tuan, iya Tuan saya tau siapa dia!" jawab Roy. "Siapa?" "Berdasarkan info dari salah seorang pekerja perkebunan dia adalah istri Fero Ardinata
Baca selengkapnya
Part 14 : Pesta Dansa
Mendengar kabar bahwa dirinya akan diantarkan kembali pulang ke rumah, membuat Sinta mengucap syukur yang tak terhingga. Mereka akan membebaskannya dengan satu syarat, ia harus mau makan nasi kotak yang sudah disiapkan, sebenarnya enggan bagi Sinta untuk makan pemberian mereka, namun karena itu adalah satu-satunya syarat agar ia dibebaskan, maka mau tidak mau Sinta pun memakan nasi kotak tersebut meski hanya beberapa sendok saja. Sedih plus bahagia bahwa ia akan segera bebas dari para penculik, hal yang membuatnya sedih yaitu sebisa mungkin ia akan menjauh dari suami yang teramat sangat membencinya, hatinya begitu sedih bahwasanya Fero tak pernah menganggapnya ada. Hingga tiba jualah para penculik itu menepati janjinya, sesuai dengan instruksi dari tuannya, mereka mengantarkan Sinta sampai beberapa meter dari pintu gerbang rumah, sama seperti tempat dimana mereka beberapa hari yang lalu membiusnya kemudian membawanya pergi. Setelah Sinta turun dari mobil yang mengantarkannya
Baca selengkapnya
Part 15 : Jatuh Ke Dasar Jurang
                                                                                                   Fero menyaksikan dengan jelas sedari Sinta terjerembab dipelukan Devano saat pertukaran pasangan dansa, jauh di lubuk hatinya yang teramat dalam, ia terbakar api cemburu menyaksikan istrinya bersentuhan dengan laki-laki lain, namun ia juga menyadari bahwa ia harus menerima konsekuensinya karena ia memang tidak mengajak istrinya untuk ikut bersamanya menghadiri undangan pesta ini, justru sepupunya lah yang mengajak istrinya itu. Sementara itu dari jarak beberapa meter dengan dirinya, Devano menatap dengan tatapan tajam dan sinis. Maklum saja sedari kecil Fero dan Devano merupakan 2 orang rival yang tidak dapat disatukan dalam berbagai ha
Baca selengkapnya
Part 16 : Di Rumah Devano
                                                                                 "Gimana Dok, apa ada yang serius?" tanya Devano pada Dokter pribadinya. "Tidak ada yang serius Pak, anda tenang saja! ini sudah saya tuliskan resep, jangan lupa untuk sementara luka yang di dahi jangan terkena air dulu sebelum benar-benar kering dan sembuh!" jawab Dokter Boby. "Syukurlah kalau begitu Dok, karena dia jatuh ke dasar jurang yang sangat curam, jadi saya khawatir sekali!" ungkap Devano cemas. "Saya yakin dia adalah gadis yang sangat kuat dan syukurlah Allah masih melindungi dia!" Dokter Boby memberikan semangat agar Devano tetap tenang. "Iya Dok!" "Baiklah kalau begitu saya permisi dulu, kalau ada apa-apa Pak Devano silahkan hubungi saya!" pam
Baca selengkapnya
Part 17 : Perhatian Devano
                                                  "Ini semua gara-gara kamu Fero, kamu yang menyarankan agar kuda berwarna coklat terang itu ditunggangi oleh Sinta, dia jatuh ke dalam jurang jadinya, kamu bilang kuda itu jinak dan sudah terlatih tapi nyatanya apa? jangan-jangan kamu memang sengaja melakukannya kan? agar sesuatu terjadi pada Sinta sehingga kamu bisa meresmikan hubunganmu dengan Nindy ke jenjang yang lebih serius, iyakan Fero?!" Al mencoba mengintrogasi Fero "Aku bilang juga apa, jangan kebanyakan lihat sinetron biar kamu itu gak berhalusinasi, kalau aku sudah tidak ingin mempertahankan pernikahanku dengan dia, ngapain harus ribet-ribet seperti yang kamu pikirkan itu, aku tinggal hubungi pengacaraku lalu aku perintahkan dia untuk mengurus perceraian kami, gitu aja sudah beres, ngapain harus bikin drama yang seperti kamu pikirkan
Baca selengkapnya
Part 18 : Hari Terakhir Di Rumah Devano
                                                                                                                   Entah ini mimpi atau nyata, Sinta merasa ada seseorang di sampingnya saat ini, ia pun perlahan membuka mata, ternyata bukanlah mitos bahwa di dekatnya saat ini benar-benar ada sosok yang ia kenal sedang berusaha untuk membuatnya bangun dari mimpi indah. "Dev… !" ucapnya lirih sambil memercingkan mata. "Hemm…. sang putri tidur akhirnya bangun juga!" sahut Devano sambil tersenyum. "Apa kamu tadi bangunin aku?" "Yup betul sekali, begitu dibangunin bukannya membuka mata, malah main peluk-peluk aja!" "Apa peluk? maksudnya tadi aku peluk ka
Baca selengkapnya
Part 19 : Persaingan Di Antara 2 Rival
  Dengan muka tanpa Ekspresi Fero sembari membalikkan badannya, "Aku ke sini untuk menjemput Sinta?" sahut Fero "Oh ya?! sejak kapan kamu peduli dengan istrimu?" tanya Devano sinis. "Itu bukan urusanmu!" jawab Fero serius "Siapa bilang itu bukan urusanku?! aku yang menyelamatkan nyawanya ketika dia butuh pertolongan, sedang kau yang suaminya sama sekali tidak bisa diandalkan, ingat baik-baik saat aku sudah menyelamatkan seseorang! maka kedepannya aku akan berusaha melindunginya apapun itu keadaannya, dan aku tidak peduli lagi dengan statusnya!" "Wow…! kenapa kau bisa sangat percaya diri sekali, kau itu bukan siapa-siapanya, baik di mata hukum ataupun di hatinya, sekali lagi kau bukan siapa-siapa baginya!" "Bukankah sudah aku bilang aku tidak peduli sekalipun secara hukum kau adalah suaminya, aku tau semuanya bahwa kau menikahinya hanya karena kau ingin menyakitinya kan? kau menikahinya hanya karena dendam bodoh mu itu!"
Baca selengkapnya
Part 20 : Cemburu
Tanpa jenuh dipandangi wajah suaminya itu, tak terasa jarum jam dinding terus berputar. Hingga akhirnya Sinta pun tertidur di samping wajah Fero, kejadian ini merupakan kejadian yang langka selama mereka menikah, bagaimana tidak ?! setelah mereka sah menjadi suami istri belum pernah sekalipun tidur dalam satu ranjang, apa lagi saat ini Sinta dan Fero sedang tertidur dengan wajah yang saling berdekatan satu sama lain, meskipun posisi kepala Sinta saja yang berada persis di samping suaminya itu, namun tubuh dan kakinya dengan posisi duduk di lantai yang dingin, Sinta sama sekali tak mempermasalahkan karena mendampingi suami yang sedang demam itu jauh lebih penting dari apapun. Hingga pagi menyingsing dan bunyi Alarm dari HP yang berasal dari kamarnya terdengar jelas hingga membuatnya terbangun dari tidur, Sinta memegang dahi suaminya untuk memastikan apakah demamnya sudah turun? dan puji syukur Alhamdulillah ternyata suhu panas tubuh Fero sudah kembali normal, terselip perasaan lega d
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
8
DMCA.com Protection Status