All Chapters of Air mata yang Kutumpahkan: Chapter 11 - Chapter 20
49 Chapters
Chapter 11
Keira menyusun barang-barang bawaannya ke dalam lemari. Di dalam travelling bag berukuran sedang itu, ia membawa barang-barang yang dibutuhkan oleh ibunya selama beberapa hari ke depan. Ada beberapa stel pakaian dalam, blus dan celana panjang. Ia juga membawakan handuk kecil, jaket rajut dan juga minyak angin. Barang yang terakhir adalah soulmate ibunya. Ibunya dan minyak angin memang tidak bisa terpisahkan.Ia juga menyusun beberapa makanan yang ia beli di minimarket setempat, di atas meja makan pasien. Ada roti tawar gandum, selai kacang, gula putih dan juga sekotak teh melati. Ia membelinya untuk berjaga-jaga. Siapa tahu ibunya lapar saat tengah malam nanti. Dengan adanya beberapa macam makanan alternatif ini, sedikit banyak bisa mengganjal perut ibunya.Karena diburu waktu, ia sampai melupakan keperluannya sendiri. Sebenarnya ia tadi berniat untuk membawa matras tipis dan sehelai selimut sebagai alas tidurnya. Tetapi
Read more
Chapter 12
Keira memegang cangkir stainlessteelnya dengan hati-hati. Kali ini ia memegangnya dengan tangan kiri karena tangan kanannya diperban. Ia telah mengganti tehnya yang tumpah tadi dengan yang baru. Kini ia telah berada di ambang pintu ruang rawat inap ibunya. Keira memutar handle pintu perlahan. Berusaha untuk tidak mengeluarkan suara. Siapa tahu ibunya sedang tidur. Dan ia tidak mau mengusik tidurnya. Obat yang paling mujarab bagi orang sakit sebenarnya adalah istirahat yang cukup. Baru saja ia menutup pintu, suara ibunya telah menyinggahi pendengarannya."Buat teh saja hampir satu jam? Apa saja yang kamu lakukan di luar sana, Ra?" Keira meringis. Ibunya tidak tidur rupanya."Tadi tehnya tumpah, Bu," ujarnya pelan. "Lihat, ini tangan Keira aja di perban." Keira berusaha menjelaskan duduk persoalannya pada sang ibu. Ia masuk ke dalam kamar dan meletakkan tehnya di atas overbed table. Ia kemudian menuangkan
Read more
Chapter 13
Jika orang-orang selalu mengatakan bahwa hari berlalu begitu cepat, tapi bagi Keira waktu malah terasa seperti jalan di tempat. Saat ini ia sedang mengalami fase mati rasa. Fase di mana ia sudah tidak mampu lagi menangis. Akibat dari hujatan kanan kiri, atas bawah, yang tidak ada habis-habisnya, hatinya kini menjadi alot. Bukan keras, kuat, tegar atau apalah sebutan lainnya. Jika keras, kuat, tegar, pasti suatu saat bisa menjadi lembek, lemah atau putus asa. Tetapi kalau alot? Mau diapakan saja, bentuknya akan kembali seperti semula. Dipukul, ditendang, paling akan membal alias mental. Seperti itulah kondisi hatinya saat ini.Akhir-akhir ini sebutan pelakor begitu melekat pada dirinya. Tidak hanya di dunia nyata. Di dunia maya pun para netizen yang sebagian besar adalah fans-fans Keisha, juga beramai-ramai merudungnya. Hal itu juga berimbas pada pekerjaannya. Terutama dari keluarga pasien. Walaupun mereka tidak berani terang-terangan menghujatnya.
Read more
Chapter 14
Panji ternyata benar-benar membawa Keira ke kantor polisi. Tetapi seperti yang Keira katakan tadi, ia tidak sedikitpun gentar. Karena ia toh memang tidak bersalah. Lagi pula ia yakin, para penegak hukum di negeri ini bukanlah orang dungu. Mana mungkin mereka langsung menelan bulat-bulat pengaduan Panji, tanpa melakukan penyelidikan terlebih dahulu."Ayo kita turun, Mas. Kita langsung ke bagian SPKT saja. Di sana Mas bisa segera melakukan pengaduan." Keisha bersiap-siap turun dari mobil. Sementara Panji malah meragu. Terlebih lagi saat ia melihat Keira mengernyitkan kening, sambil mengelus-elus perut buncitnya. Sepertinya Keira sedang kesakitan. Ada getaran halus yang merambati hatinya, saat melihat Keira mengelus-elus perutnya seperti itu. Rasanya seperti terharu."Cepetan Mas, panas banget di sini!" Mendengar teguran Keisha, Panji buru-buru turun. Di saat yang bersamaan, ia melihat Keira agak kesusahan turun dari mobil. Panji segera memut
Read more
Chapter 15
"Hallo, Keshia. Apa kabar? Ini gue, abangnya Irma alias Puput. Lo masih berhubungan baik sama adek gue kan? Hehehe."Keisha menjauhkan ponsel dari telingnya. Wajahnya memucat. Ternyata para pemeras dalam hidupnya terus saja bermunculan. Tidakk adik, tidak abang, sama saja brengseknya."Hallo? Lo jangan diem-diem bae ah. Gue tau kalo lo ada kerjasama yang baik dengan adek gue. Benerkan tebakan gue?"Keshia menarik napas panjang beberapa kali. Berusaha untuk menenangkan debaran jantungnya sendiri. Ia tidak boleh bertindak gegabah. Ia harus berpura-pura tidak tahu apa-apa, agar orang ini berhenti mengganggunya."Lo siapa? Gue nggak kenal sama lo. Gue juga nggak kenal dengan orang yang lo sebut-sebut sebagai Irma atau Puput itu. Lo salah orang barangkali!" Keshia terus merasa sport jantung selama berbicara dengan orang yang mengak
Read more
Chapter 16
"Mas Pandu pernah nggak, sekali saja, memikirkan nasib saya ke depannya. Pernah nggak, Mas? Coba Mas, sekaliii... aja, Mas memposisikan saya sebagai adik kandung, Mas. Bukan adik ipar. Bagaimana, Mas?" Kata-kata Keira membuat air muka Pandu berubah-ubah. Sebentar termangu, sebentar malu dan sebentar berpikir keras. Kedua alis Pandu menyatu saat ia mengernyitkan kening. Pandu diam seribu bahasa. Setelah beberapa menit hening, Pandu bersuara."Saya memang egois, Ra. Saya minta maaf.""Mas, coba Mas bayangkan. Apa kata orang kalau setelah saya bercerai dengan Mas Panji, saya malah menikah dengan Mas Pandu? Mereka pasti mengira bahwa saya selingkuh dengan Mas Pandu, makanya Mas Panji menceraikan saya. Itu anggapan mereka yang pertama," Keira menatap Panji lurus-lurus. Ia juga merubah posisi duduknya. Ia ingin menatap Pandu secara langsung saat mengemukakan argumennya."Kemudian setelah menikah dengan Mas Pandu, saya kembali be
Read more
Chapter 17
"Pantas saja kamu tidak mau saya temani. Ternyata kamu mau menemui laki-laki lain. Firasat saya memang tidak pernah salah!" Suara hardikan Panji membuat Keira kaget. Terlebih lagi saat melihat bayangan Panji muncul dari pintu depan mini market. Merah padamnya wajah Panji dan nada suaranya yang naik beberapa oktaf, membuat Keira siaga. Kalau Panji tidak segera keluar dari mini market ini, bisa kacau balaulah keadaan di sini. Ia sangat mengenal karakter Panji. Panji ini sifatnya seperti anak kecil. Apabila ia tidak senang akan sesuatu, ia pasti akan mengamuk tidak terkendali tanpa mempedulikan situasi dan kondisi."Hanya saja saya tidak menduga kalau laki-laki yang akan kamu temui adalah pengacara saya," decih Panji gera. Pandangan Panji kini terarah pada Rasya. "Gue sama sekali nggak mengira, kalo selain sebagai pengacara, lo ternyata punya bakat sebagai tukang tikung juga," sembur Panji geram. Keira menunggu ledakan amarah Rasya. Ia tahu harga diri laki-la
Read more
Chapter 18
"Kamu bertengkar dengan Panji, Sya?" Mendengar pertanyaan papanya, Rasya menyilangkan sendok dan garpunya. Menandakan kalau ia telah selesai makan. Saat ini keluarganya sedang makan malam. Dan sudah menjadi kebiasaan, papanya selalu membahas sesuatu pada anak-anaknya di meja makan. Karena pada saat itulah, biasanya anggota keluarga mereka berkumpul secara lengkap. Sesaat sebelum atau sesudah makan malam, mereka sekeluarga biasanya berbincang-bincang ringan. Entah itu mengenai kegiatan masing-masing, atau pun membahas masalah bisnis keluarga."Kenapa Papa bertanya seperti itu? Panji mengadu pada Papa ya?" Rasya merasa agak tidak nyaman saat ditodong tiba-tiba oleh papanya seperti ini. Bukan apa-apa. Ia takut memberikan jawaban yang salah pada papanya. Karena ia tidak tahu sampai sejauh mana Panji mengadukan tentang perselisihan mereka."Tidak. Hanya saja Papa heran. Kemarin Papa ketemu dengan Ethan di restaurant Nikmat Rasa. Ethan cerita, k
Read more
Chapter 19
Keira berusaha mempercepat langkahnya. Kabar tentang ibunya yang berada di ruang IGD, membuatnya tidak sabar untuk bisa secepatnya melihat keadaan ibunya. Minggu-minggu terakhir ini memang gerakannya sudah semakin lamban. Gerak tubuhnya yang dulu begitu lincah dan gesit, kini hanya tinggal kenangan. Masih mending jika hanya gerakan tubuhnya saja yang terbatas. Sudah seminggu ini pinggang dan punggungnya malah sering terasa sakit. Ginekolognya mengatakan bahwa sakit pinggang saat hamil tua adalah hal yang lazim. Keadaan seperti itu biasanya terjadi dikarenakan perubahan pusat gravitasi tubuh. Bobot tubuh yang bertambah menjadikan tubuhnya harus menyesuaikan gerakan apabila sedang beraktifitas. Selain itu, memang terjadi perubahan hormon dan peregangan ligamen sebagai proses alami tubuh dalam mempersiapkan persalinan.Keira melihat ayahnya duduk di ruang tunggu IGD dengan gelisah. Keira seolah-olah mengalami dejavu. Rasanya baru kemarin saja ia meng
Read more
Chapter 20
"Bu, Keisha mohon keluarkan Keisha dari tempat ini. Keisha nggak kuat di sini terus. Kata Ibu, semuanya akan baik-baik saja. Tapi ini sudah seminggu dan Keisha masih belum bisa keluar-keluar juga. Tolong Keisha, Bu! Tolong!" Keshia menghambur ke dalam pelukan ibunya, begitu petugas penjara mempertemukannya dengan mereka semua. Saat ini mereka berada di ruangan khusus tahanan kepolisian. Keisha saat ini masih berstatus sebagai tersangka. Ia belum disidang karena para penyidik masih mengumpulkan bukti-bukti hingga berkas dinyatakan lengkap atau P21."Sabar ya, Nak? Ethan sedang berjuang untuk mengeluarkan kamu. Ethan sedang mengumpulkan bukti-bukti. Kamu sabar dulu, ya Nak? Sebentar lagi kamu pasti keluar. Sebentar lagi ya, sayang?" Keira melihat ibunya terus saja berupaya membujuk Keisha. Adik kembarnya itu langsung histeris begitu melihat kedatangannya bersama dengan ayah dan ibunya.Hari ini ia memang sengaja menjenguk Keisha bersama deng
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status