All Chapters of Air mata yang Kutumpahkan: Chapter 21 - Chapter 30
49 Chapters
Chapter 21
"Sebelum draft perjanjian kerjasama ini ditanda tangani dan memiliki kekuatan hukum, silahkan kedua belah pihak membaca dan mempelajarinya terlebih dahulu. Karena setelah penandatanganan, semua poin-poin yang termaktub akan dinyatakan deal, dan tidak bisa dicomplain lagi," Rasya memberikan waktu kepada para clientnya untuk memeriksa poin-poin penting dalam draft, sebelum kerjasama dinyatakan deal. Ia memang selalu bersikap seperti ini. Memberi clientnya waktu untuk memahami sejelas-jelasnya, apa hak dan kewajiban mereka sebelum draft kerjasama ditanda tangani. Ia tidak mau para clientnya merasa seperti membeli kucing dalam karung."Permisi," dari sudut matanya Rasya melihat Panji merogoh sakunya dan buru-buru berjalan ke sudut ruangan. Ia tahu, pasti panggilan itu darurat sekali. Mengingat Panji biasanya tidak akan menjawab panggilan telepon apabila sedang rapat penting."Ya, Bu. Apa? Rara akan
Read more
Chapter 22
Keira sudah tahu bahwa persalinannya ini tidak berjalan dengan mulus. Ia adalah seorang perawat yang setiap hari berkutat dengan ibu-ibu hamil. Ia paham sekali posisinya saat ini. Dokter Sita tadi mengatakan kalau ia menderita atonia uteri. Ia paham, pasti telah terjadi pendarahan karena kontraksinya sangat lamban. Belum lagi cairan ketubannya sudah lebih dulu pecah, dan keadaan bayinya yang makrosomia atau ukurannya terlalu besar dari ukuran berat badan bayi normal lainnya. Lamanya durasi selama proses persalinan juga bisa memacu terjadinya pendarahan. Selain itu ia juga sudah lemas sekali. Tulang-tulangnya seperti dilolosi semua dari tubuhnya. Ia kini menjadi selembek agar-agar. Bahkan untuk mengangkat tangannya saja, ia tidak mampu. Rasa sakit yang dirasakannya sudah tidak terkatakan lagi. Apabila ada yang mengatakan rasa sakit melahirkan itu begitu hebat dan hanya ti
Read more
Chapter 23
Keira tidak henti-hentinya berdoa saat dokter dan perawat mulai bekerja.Tindakan selanjutnya ia seperti sedang bermimpi saja. Keira merasa kalau ia tengah diberi anestesi parsial dan tindakan-tindakan untuk melakukan operasi lainnya. Saat operasi dimulai beberapa waktu kemudian, ia tetap terjaga dan tahu apa yang sedang terjadi. Ia masih bisa merasakan kalau Dokter Sita mulai menarik dan mendorong organ-organ tubuhnya ketika mereka sedang mengoperasinya. Keira dengan sabar terus menunggu suara tangis bayi yang akan dikeluarkan dari tubuhnya. Salah satu rekannya sesama perawat bertanya, apa yang saat ini ia rasakan. Keira pun menjawab bahwa ia sedang merasakan kalau dokter Sita tengah menarik-narik organ tubuhnya. Semua yang ada dalam ruangan tertawa mendengar ucapannya. Para dokter dan perawat yang ada dalam ruangan operasi ini adalah rekan-rekan kerjanya. Sehingga suasa
Read more
Chapter 24
"Bisa Ayah berbicara sebentar dengan kamu, Pandu?" Pandu yang sedang sibuk membalas email relasi-relasinya di ruang kerja, tertegun sejenak. Ayahnya berdiri di ambang pintu ruang kerjanya.  Jarang-jarang ayahnya mengganggunya di saat ia tengah sibuk bekerja. Nada suara ayahnya yang serius, membuat Pandu menganggukkan kepala seketika. Ayahnya melebarkan daun pintu menghampiri meja kerjanya."Ayah mau berbicara soal apa?" Pandu menutup laptop dan mempersilahkan ayahnya duduk. Ayahnya meghempaskan pinggul dan duduk tepat di hadapannya. Tetapi ayahnya diam saja. Ayahnya seperti sedang menimbang-nimbang pertanyaan yang akan diajukan padanya. Itu adalah ciri khas ayahnya setiap ia mengatakan ingin berbicara dengan anak-anaknya."Ayah ingin berbicara soal Keira dan Indhira. Cucu ayah, keponakan kamu," ayahnya kini menatapnya dalam-dalam. Ada permohonan yang tidak ia ucapkan di sana.Oh jadi keponakannya bernama
Read more
Chapter 25
Keira berkali-kali membuka mulutnya, namun berkali-kali juga ia mengatupkannya kembali. Urung mengutarakan maksud hati pada ibunya sendiri. Hari ini ia sudah diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Ia sangat gembira sekaligus juga bingung. Ia gembira karena akan segera menjalani hari-harinya sebagai seorang ibu seutuhnya. Setidaknya selama tiga bulan ke depan. Bingungnya, ia sangat tidak ingin balik lagi ke kediaman keluarga Wicaksana. Ia ingin menjaga jarak dengan Panji. Tapi masalahnya ia belum menemukan kontrakan yang cocok sebagai tempat tinggal barunya bersama dengan putrinya.Ia dan Panji akan segera bercerai. Proses di pengadilan juga terus berjalan. Menurut Ethan, bulan depan mereka sudah akan mulai menjalani persidangan. Mereka hanya tinggal menunggu pemanggilan oleh juru sita kepada pihak penggugat atau pemohon. Biasanya surat panggilan itu akan dilayangkan sekurang-kurangnya tiga hari sebelum persidangan. Jadi ia merasa tidak ada perlunya lagi ka
Read more
Chapter 26
Kehadiran Indhira di tengah-tengah keluarga menghadirkan suasana baru yang menyenangkan. Setelah sekian lama rumah masa kecilnya itu dingin dan sepi, kini sudah kembali semarak oleh suara tangisan bayi. Jejak kehadiran Indhira terlihat di mana-mana. Di mulai dari suara tangisnya yang melengking. Harumnya aroma bedak bayi dan minyak kayu putih, sampai dengan jemuran popok yang melambai-lambai di samping rumah. Ya, ia memang memutuskan untuk menggunakan popok kain saja apabila anaknya berada di dalam rumah. Makanya popoknya berjibun dikarenakan bayinya sering buang air kecil.Ibunya memang sempat heran karena ia masih menggunakan popok kain ala orang-orang jaman dahulu dibandingkan dengan menggunakan popok praktis siap pakai. Sebagai seorang yang bekerja di bidang medis, Keira menjelaskan bahwa sesungguhnya popok kain itu lebih aman untuk kulit bayi karena bebas dari bahan kimia. Sedang popok praktis sekali pakai itu mengandung polypropylen
Read more
Chapter 27
Hari terus berganti. Karena kesibukan mengurus malaikat mungilnya, Keira sampai melupakan waktu. Dua bulan telah berlalu. Padahal rasanya ia baru saja melahirkan Dhira dua hari yang lalu. Selama dua bulan itu, Panji dan kedua mertuanya kerap menyambangi kediaman orang tuanya. Begitu juga dengan ayah Raga. Mereka beralasan ingin menengok cucu. Mengenai kunjungan kedua mertuanya, sebenarnya Keira sama sekali tidak keberatan. Karena bagaimana pun Dhira memang cucu mereka. Apalagi Dhira merupakan cucu pertama. Sudah pasti kedua mertuanya menjadikan putrinya segala-galanya. Maklum saja, kakek dan nenek baru.Yang ia tidak suka adalah jika Panji ikut datang bersama mereka. Akhir-akhir ini sikap Panji sedikit aneh. Panji dulu pernah benci sekali padanya karena dipaksa menikah. Kemudian sikapnya berubah menjadi sangat perhatian padanya saat Dhira baru saja lahir. Dan kini sikapnya berubah lagi. Ia tidak menunjukkan sikap terlalu perhatian dan memaksa lagi. Ia lebi
Read more
Chapter 28
Dulu Keira acap kali mendengar ungkapan yang mengatakan, Tuhan tidak akan menguji hambanya di luar batas kemampuan mereka. Dan ia amat sangat meyakini kata-kata itu. Bukan hanya sekedar meyakini, ia dulu juga kerap kali menggunakan kalimat yang sama untuk menguatkan rekan-rekan kerjanya di saat mereka galau. Tetapi saat ia sendiri yang tertimpa musibah, mempraktekkannya ternyata tidak semudah kata-katanya. Keira merasa kali ini Tuhan memberinya cobaan di luar batas kemampuannya. Dan ia takut kalau ia tidak akan lulus dalam menghadapi ujianNya kali ini.Saat ini cobaan berat sedang melanda keluarganya. Ayah Restu ditahan di kepolisian atas dugaan korupsi dan gratifikasi. Beberapa perusahaan yang tersandung masalah hukum, ramai-ramai menuding ayah Restu sebagai pihak yang menerima upeti dari perusahaan mereka. Mereka menyebutnya sebagai kompensasi tutup mulut. Berita mengejutkan lainnya adalah, para petinggi partai yang sebagian besar pejabat, kompak menumba
Read more
Chapter 29
"Sudah puas belum menangisnya?" Keira yang masih merasa sedih, tidak bisa menjawab pertanyaan Rasya. Ia hanya berusaha menghentikan tangisnya. Tetapi menghentikan tangis saat sedang sedih-sedihnya seperti ini memang tidak mudah. Napasnya sampai tersengal-sengal karena berusaha menahan isakan yang masih saja ingin keluar. Setelah menarik napas panjang beberapa kali, ia berhasil sedikit lebih tenang. Walaupun isakannya sesekali masih lolos juga."Saya sedih sekali, Pak. Mengapa masalah seperti tidak ada habisnya menimpa keluarga saya? Saya rasa-rasanya sampai ingin protes kepada Allah. Mengapa hanya saya saja yang dicobaiNya? Apa tidak ada orang lain lagi yang ingin Ia beri cobaan?" Tanpa sadar Keira menjeritkan kekesalannya. Setelah sekian lama menyimpan beban sendirian, akhirnya ia meluapkan juga semua perasaannya. Ia ingin membuang sebagian bebannya. Ia capek terus memikulnya sendirian."Kadang saya iri melihat teman-teman saya.
Read more
Chapter 30
Ini adalah kali pertama Keira menjenguk Keisha setelah adik kembarnya itu dipindahkan ke Rumah Tahanan. Saat ia menjenguk adik kembarnya pertama kali dahulu, posisi Keisha masih sebagai tahanan titipan. Karena pada waktu itu Keisha belum menjalani persidangan. Setelah berkali-kali sidang dan vonis akhirnya dijatuhkan, Keisha kini telah dipindahkan ke Rutan. Dan ini adalah kali pertamanya menjenguk Keisha di Rutan.  Hari ini Keira menggantikan ibunya membesuk Keisha, karena ibunya sedang sakit. Setelah gigih berjuang siang malam mencari rumah kontrakan dan bolak balik ke rumah sakit, ibunya tumbang juga. Makanya sekarang gantian. Kini dia lah yang mengurus semuanya. Termasuk tugas untuk menjenguk Keisha di setiap hari Selasa. Tangannya penuh dengan makanan kesukaan Keisha hasil masakan ibunya sendiri. Ibunya kasihan melihat Keisha yang makin hari semakin kurus saja di sana katanya. Inilah
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status