Dirga berdiri kaku di tempatnya, napasnya memburu seperti binatang yang terperangkap.Matanya menatap Ravin tanpa berkedip, pupilnya membesar, menahan amarah yang siap meledak kapan saja. Tapi kali ini, amarah itu ia telan. Dalam-dalam.Ia menarik napas panjang, lalu berkata dengan suara yang datar, nyaris kosong. “Silakan,” ucapnya. “Saya dan Nora sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi.”Nada suaranya nyaris tanpa emosi, tapi getarannya jelas. Sebuah kebohongan yang dipaksa keluar demi sesuatu yang lebih besar.Ravin mendengus pelan, senyum bengisnya tumbuh lagi. Ia mencondongkan tubuhnya, mengamati wajah sepupunya seolah menikmati setiap kerutan yang muncul di sana. “Oh ya?” katanya lembut, seperti seekor ular yang menjilat udara. “Kalau begitu, tak akan masalah kalau saya buktikan, kan? Satu panggilan saja…”Ia merogoh saku jasnya, menarik ponsel dengan gerakan santai. “Dan wanita kelas bawah kesayangan Mas itu bisa—”Sebelum kata “mati” keluar dari mulutnya, tangan Dirga sudah mena
Terakhir Diperbarui : 2025-11-04 Baca selengkapnya