All Chapters of Pendekar Lembah Iblis: Chapter 41 - Chapter 50
107 Chapters
Bab 41 Para Pemburu
  Setelah tiga hari mencari jejak Limey dan hasil yang didapat nihil, Sion pun memilih menghentikan pencarian sementara. Untuk melacak jejak Limey, Sion memilih pergi ke desa terdekat. Yang paling utama sekarang adalah mengumpulkan informasi. Dengan menggunakan caping, dan pakaian yang baik, Sion memilih mendatangi sebuah kedai yang ditenggarai merupakan tempat berkumpulnya informasi dari daerah sekitar. Pelayan kedai menyambutnya dengan ramah yang dibuat-buat. Setelah memesan sebuah meja di tempat paling sudut, Sion pun melepaskan caping yang dikenakannya dan memesan makan serta minuman. Hari itu udara teramat panas, kedai hanya diisi beberapa orang. Dengan matanya Sion mengamati sekitar. Dia teringat, dahulu semasa dirinya masih buta, dia tidak mengamati mereka semua dengan matanya, namun dengan indra pendengarannya dan juga indra perasa miliknya. Sion terbiasa membaui para tamu di setiap tempat. Dengan bau saja informasi yang dimilikinya sudah banyak.
Read more
Bab 42 Mengamuk
Sion terkejut ketika mendapati perempuan yang terluka. Segera dia menghentikan gerakannya dan menghampiri gadis tersebut. Sion segera mengenali Delvi sebagai pemburu yang kemarin dilihatnya di kedai. Sang senyo gelap mendekat. Delvi mengerang, itu sudah merupakan pertanda bahwa Delvi masih hidup.**Delvi membuka matanya. Gadis itu berusaha menemukan kesadarannya ditengah rasa sakit yang mulai menggerogoti tulang-tulangnya. Terheran karena menemukan dirinya diselimuti sebuah kain tipis yang lembut dan mencium bau harum di dekatnya. Warna berkilat kilat terhampar di depan matanya. terlihat api unggun di sisinya yang tengah membakar seekor kelinci.Delvi bergerak, tapi tubuhnya terasa nyeri. Ketika dia melihat di beberapa tempat, luka-lukanya sudah terbalut perban. Siapa? Siapa yang menolongnya? Delvi bergerak untuk mencari, tapi dia tidak menemukan seseorang. Tubuhnya terasa ngilu di beberapa tempat, untuk bergerak saja dia harus sangat hati-hati atau akan terasa
Read more
Bab 43 Mencari Jejak Limey
Sion mengatur langkah, “Ada apa ini? Kenapa tiba-tiba kau menyerangku?!” tanya Sion dengan heran. “Jangan pura-pura lupa, senyo gelap. Aku tidak akan pernah melupakan kekalahanku waktu itu!!” seru Amon, “Sambut ini!!” Sion menangkis, Amon bergerak. Kali ini serangan Amon cepat dan tajam. Sion harus mengira-ngira dengan hati-hati, gerakan semakin cepat, Sion terpaksa mengerahkan imdoknya, bergerak cepat. Adu senjata dan udara di sekeliling mereka semakin terasa panas penuh tekanan. Debu bertebaran dan mayat-mayat disekeliling mereka berterbangan menerima hempasan tenaga imdok keduanya. Lalu udara menjadi terasa padat, Sion bergerak cepat menghindar. Bajunya sobek, Amon bergerak juga, dan kali ini perban dilengannya berantakan dan terlepas. Terlihat sebuah lambing seperti bentuk yin dalam lingkaran. Dari ujung matanya Amon melihat kelebat bayangan dan dia merasa jeri sendiri.   Amon menghentikan serangannya dan kemudian memutar tubuhnya, “Lain kali
Read more
Bab 44 Delvi
Limey sekarang memandang ke arah Gillian, matanya membulat. Sesaat agak terkejut dengan permintaan Gillian, tapi kemudian dengan caranya sendiri Limey hanya menjawab dengan tersenyum. Salah satu cara menghadapi lelaki dihadapannya adalah “jangan terlalu serius”.Melihat reaksi Limey yang diam membuat Gillian menjadi tidak sabar, pemuda pimpinan perampok itu terlihat gusar, lantas segera mengejar Limey yang kembali meneruskan jalannya.“Aku serius!” ucap Gillian lagi. Lalu, tangannya segera menghentikan Limey yang masih bergerak maju. Tubuh Limey tertahan.“Siapa yang menganggap anda becanda?” Limey balik menjawab.“Kalau begitu mengapa kau tidak menjawab?” Gillian bertanya kembali.Limey hanya mengedikkan bahu. Sulit sekali membaca perasaan gadis ini, pikir Gillian. Disangkanya bahwa gadis ini mau, tapi dia tidak menunjukkan gejala itu, tapi dianggap menolak pun gadis ini tidak mempelihatkan ekpresi m
Read more
Bab 45 Menyamar
“Aku ingat!!” seru Delvi.“Benarkah?”“Iya. Dia bersama kepala perampok tersebut. Berdiri sambil membawa obor. Walau gelap, tapi aku sempat memandangnya, matanya biru kupikir dia bukan manusia tapi siluman hutan….” Kenang Delvi. Dia bisa merasakan sensasi dingin memenuhi tengkuknya ketika melihat gadis itu.Mendengar ucapan Delvi, Sion merasa lega. Itu Limey, pikir Sion. Di dunia ini mungkin hanya gadis itulah satu-satunya yang memiliki warna mata biru. “Itu pasti dia!” seru Sion.“Kau yakin temanmu bukan bagian dari perampok merah?” tanya Delvi heran.“Kenapa temanku harus jadi bagian dari perampok?”“Habis. Kalau penglihatanku tidak salah, orang yang berdiri di dekat gadis mata biru itu berdiri dekat orang yang menyerangku dan Rian. Dia sepertinya salah satu dari mereka.” “Itu pasti Limey. Aku yakin!!” ucap Sion, “Dan d
Read more
Bab 46 Berseteru
“Jadi begini rencananya,” ucap Delvi pada Sion, “Aku akan menyamar menjadi seorang putri kaya, dan kau pelayanku. Tapi karena aku tidak menyukaimu, aku akan melarikan diri—lebih tepatnya dibuat seolah-olah melarikan diri. Aku akan masuk ke dalam hutan. Ketika kau sudah sampai pinggiran hutan, bersembunyilah. Intai aku. Aku rasa saat itu aku pasti akan dicegat para perampok karena penampilanku ini.”“Itu rencana yang sembrono. Bagaimana kalau aku telat mengejarmu?”“Aku akan meninggalkan jejak. Kau lihat ini?” Delvi lalu mengeluarkan sebuah botol dari saku pinggangnya.“Apa itu?”Delvi tersenyum lalu menyerahkannya pada Sion. Pemuda itu menerima dengan heran, lalu kemudian membuka tutup botol tersebut. Dari dalam botol menguar bau menyengat. Sion langsung menutup hidungnya.“Bau Apa ini?!” seru Sion terkejut.“Itu bau khusus yang kupesan. Kau bisa melacaknya d
Read more
Bab 47 Pelarian yang Sempurna
“Perampok licik, kalian sudah mencuri sesuatu yang berharga milikku. Aku kemari hanya untuk mengambilnya kembali!” seru Sion menanggapi ucapan Gillian.“Aku kesini untuk balas dendam kematian temanku!” kali ini Delvi berucap, suaranya berapi-api dan percaya diri. Melihat bagaimana Sion melibas banyak orang hatinya bersorak gembira. kesempatan untuk membasmi para perampok merah terlihat menjanjikan.Mendengar ucapan Sion dan Delvi, Gillian tertawa geli. Baru kali ini dia mendengar ada orang masuk ke dalam sarang perampok guna mengambil barang miliknya. Sehebat apa barang itu sampai pemiliknya berani bertaruh nyawa seperti itu. Atau dihadapannya hanya orang tolol belaka.“Hahahaha, baru kali ini ada yang bernyali hendak mengambil barang yang sudah kurampok. Katakana padaku, barang apa itu sehingga demikian berharga bagimu?” tanya Gillian dengan wajah geli sekaligus gusar.Sion menatapi sekitar, matanya terkunci sebentar p
Read more
Bab 48 Menuju Ranah Sembilan
Sion memacu kudanya cepat-cepat, dan Limey mencengkram surai kuda dengan kuat. Kuda bergerak seperti kesetanan. Rambut Limey berkibar, terasa menusuk pipi Sion yang berada di belakangnya. Namun perasaan Sion membuncah. Melihat Limey kembali menjadi satu kebahagiaan baginya. Sudah sepuluh hari lebih dia luar biasa uring-uringan karena kehilangan Limey, dan kini gadis yang mengungkungi hari-harinya sudah berada di sampingnya, duduk di depannya sambil berupaya bertahan duduk dikuda tanpa pelana.“Kau menjemputku!!” ucap Limey di tengah kuda yang terengah karena berlari.“Ya!!” seru Sion. “Aku pasti akan datang mencarimu!”“Terimakasih!!” ucap Limey dengan kesungguhan hati.“Terimakasih juga…” seru Sion“Untuk apa?” Limey heran.“Karena tetap bertahan hidup!!”Limey menunduk, matanya kali ini berkaca-kaca. Limey telah memiliki seorang teman baik dan
Read more
Bab 49 Platonik
“Kenapa?” tanya Sion heran.“Yah…..aku penasaran saja. Kukira senyo gelap itu berhati dingin—karena dia pembunuh berdarah dingin, tapi ternyata…..” Delvi tersenyum, lalu kemudian menunjukkan jempolnya ke belakang, memberi isyarat pada Limey yang sedang tertidur di belakang, “Kau mencintainya ya?”Sion merasa wajahnya memerah, dia tidak mengerti mengapa dia bereaksi seperti itu. Seumur hidupnya belum pernah ada yang menanyakan hal tersebut padanya. Sion jadi salah tingkah.“Ya?” tanya Delvi lagi, sekarang dia memandangi wajah Sion. Gadis itu mencoba mencari jawaban dengan reaksi lelaki dihadapannya. Dan sebenarnya bukan hal sulit membaca perasaan pemuda mantan pembunuh itu.“Aku tidak paham kau ngomong apa!?” ucap Sion berusaha menghindar, tangannya kini sibuk melemparkan ranting. wajahnya pun sengaja dialihkan agar Delvi tidak bisa melihat ke dalam mata Sion.“Kau
Read more
Bab 50 Pertemuan Besar Delapan Perguruan
Kehebohan di pusat Ranah Sembilan sudah di mulai. Dari delapan penjuru bergerombol orang datang dengan membawa beragam panji yang mereka tegakkan di sepanjang perjalanan. Perguruan Matahari membawa panji berwarna kuning dengan lambing matahari besar. Panji berkibar memberi kesan kuat dan perkasa. Di satu sisi lain, muncul rombongan perguruan yang menggunakan baju seragam berwarna biru. Mereka membawa panji bergambar bulan dengan warna bendera biru  yang berkibar-kibar. Seolah kedua perguruan tersebut saling mengintimidasi dengan kekuatan mereka.Pada sisi penjuru lain, sekelompok orang dengan baju dan jubah berwarna biru gelap datang. Tidak banyak, hanya sejumlah dua belas orang saja. Salah seorang membawa panji dengan lambang bintang ditengah panji itu. Perguruan Bintang memang terkenal tidak terlalu suka keramaian dan memberi kesan intimidasi. Mereka hanya menugaskan segelintir anggota, namun ketua perguruan mereka ikut hadir di dalam rombongan tersebut.macan p
Read more
PREV
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status