All Chapters of Pendekar Lembah Iblis: Chapter 31 - Chapter 40
107 Chapters
Bab 31 Bixi
“Kamu ikut makan juga?” tanya Bixi“Ya. Kenapa?”“Kau punya uang?”“Tentu saja punya.” Jawab Kinan.Bixi tersenyum senang, “Kalau gitu kau traktir aku!” seru Bixi.“Kamu juga punya uang kan?”Bixi cemberut, lalu kemudian mendekatkan tubuhnya ke dekat Kinan,  “Uangku tinggal sedikit, tadi di pasar aku banyak beli mainan…” lalu kemudian dia kembali lagi duduk, nyengir, “Kau kan teman seperjalananku, jadi enggak masalah kan bayarin aku…”“Siapa yang jadi teman seperjalananmu!!”Bixi mengernyitkan keningnya, “Bukannya kamu yang mengikutiku. Kita jadi teman seperjalanan kan?”Kinan diam, merasa kesal sendiri. Benar juga, ngapain juga dia ngikutin laki-laki ini. Kinan segera menepuk dahinya sendiri, setengah menyesali tindakannya. Bixi melambaikan tangannya, meminta seorang pelayan datang.
Read more
Bab 32 Terjebak
Kinan merasa kesal, tapi tidak dapat membantah.Paginya kedua orang itu pergi ke kota. Amon sudah memberitahukan pada Kinan sebelumnya bahwa di kota seorang saudagar yang kaya membutuhkan pelayan untuk mengawal putrinya menuju kota sebelah. Putrinya hendak menemui tunangannya di kota sebelah, tapi karena jalur perjalanan mereka penuh dengan bahaya, saudagar tersebut menyewa orang-orang tangguh untuk menghadapi para perampok dan pengganggu.Amon meminta bayaran di muka. 20 ribu Zeni. Untuk dua orang. Dia dan Kinan. Lalu besoknya Kinan,  Amon dan tiga orang pendekar bayaran lainnya mengawal kereta kuda menuju kota seberang.Kuda mereka menapak perlahan. Amon melemparkan kantong minumnya pada Kinan,  dan Kinan menangkapnya lalu meminumnya, dan ketika rombongan tersebut sampai di kaki bukit, segerombol orang menyergap.Semua orang-orang tersebut mengenakan cadar, ilmu silat mereka tidak sembarang. Itu adalah gerombolan perampok merah. Gerombolan yan
Read more
Bab 33 Perpisahan yang kedua
Amon menyipit, “ternyata, aku tidak sangka, kupikir ini dusun biasa, ternyata sarang perampok!”“Hahahaha! Tentu saja, apa kau pikir tempat terpencil ini sebuah desa seperti surga!!” kepala desa maju, sekarang mereka semua sudah menunjukkan wujud aslinya. Para perampok merah.“Kalian, perampok yang merampok kami beberapa hari yang lalu?!” tanya Amon.“ya…… awalnya kami tidak tertarik mengejar kalian, tapi pedang yang kamu bawa, itu barang langka. Kami menginginkannya!” seru kepala desa.Amon mengeluarkan pedangnya, lalu memutar-mutar, “ambil sendiri kalau berani!!” seru Amon.Lalu beberapa orang meloncat. Terjadi perkelahian. Amon berhasil membunuh beberapa orang, dan sisanya kesulitan melawan Amon. Sang kepala desa memberi isyarat. Satu orang keluar sambil menjinjing Kinan yang terlelap.“berhenti!” sentak kepala desa, sekarang tangannya mencengkram pisau
Read more
Bab 34 Bixi yang Misterius
kembali pada perjalanan Kinan bersama seorang pemuda bernama Bixi. ditengah kerusuhan di kedai makan, dimana para pendekar menyerangnya. Bixi dengan sigap mengapai Kinan. menangkap pingggan gadis itu, melingkarkannya dan mengepit tubuh gadis itu dalam dekapannya sebelum melompat menerobos atap kedai yang terbuat dari rumbia.Para pendekar putih yang sudah mengepung mereka langsung mengejar keluar kedai. pintu dihantam oleh pedang mereka hingga terburai hancur. setelah berasil berada diluar, para pendekar melompat dengan ilmu meringankan tubuh mereka dan naik ke atap. Bixi yang melihat dirinya dikepung dari segala penjuru malah seolah senang, lalu dengan lagak pamer pamuda misterius itu segera melompat lebih tinggi dari para pengejar dan berlari. melihat Bixi berlari, pendekar pendekar putih tersebut segera mengejar. salah satunya berteriak memberi aba-aba."Kejar orang sesat itu!!!" teriak salah satunya yang diikuti dengan gerakan cepat mengejar Bixi.Tapi usaha
Read more
Bab 35 "DIA"
Kinan keluar dari pintu, melihat Bixi yang berdiri menyenderkan tubuh di sisi daun pintu. Segera gadis itu mengambilkan tudung dan menutupkan tubuh Bixi dengannya.“Kau ini lucu, tadi kau suruh aku menyamar, sekarang kau yang terlihat mencolok. Kau tahu kita sedang dikejar oleh para pendekar aliran putih itu bukan?” omel Kinan.“AKu tidak tahu.” Ucap Bixi yang membiarkan Kinan memakaikan jubah dan penutup kepala sehingga tubuhnya terlihat sedikit samar dan tidak mencolok.sekarang Kinan menatap lelaki dihadapannya itu, kedua bola manik mata mereka bertemu. ada kejujuran di dalam mata Bixi yang membuat Kinan heran."Aku tidak suka becanda. kita baru saja lolos dari para pengejar karena kau membuat masalah dengan mereka. sekarang lagi-lagi kau berpura-pura tidak ingat." gerutu KInan."Kenapa aku harus begitu. kenapa aku harus pura-pura tidak ingat?" Bixi memandang kinan dengan mata super serius.“Aku tidak habis p
Read more
Bab 36 Dua Jiwa
“Salam—tidak disangka aku bertemu dengan salah satu dewa perguruan langit.” Ucap sesepuh Cie dengan hormat. lelaki tua itu menggerakkan satu tangannya ke depan, dengan sisi tangan lainnya berhimpitan.“Siapa kamu?!” tanya Bixi kesal, tangannya masih terasa kebas. di gerak-gerakkan tangannya untuk menghilangkan mati rasa ditangannya.“Perkenalkan, namaku Cie Ki Han. Ketua perguruan matahari. Anda telah melukai murid-muridku dan bahkan membunuh mereka!” Kinan mendelik, aha—sekarang Kinan ingat. Sulaman yang dipakai Carik dan para penyerangnya di hutan. Itu adalah sulaman matahari. Mereka berasal dari perguruan matahari. Satu dari delapan perguruan putih di Ranah Sembilan.“Mereka yang cari perkara duluan!” ucap Bixi, merasa tidak suka dengan kehadiran sesepuh Cie.“Seandainya mereka salah, bukan berarti anda bisa membunuh mereka!” ucap sesepuh Cie. sepertinya lelaki yang te
Read more
Bab 37 Perampok Merah
Kinan terbangun, ingatan itu muncul begitu saja dalam mimpi. Hari-hari di mana ketika dia dan Limey sibuk berdiskusi tentang bermacam hal. Tubuh Kinan berkeringat. Kinan menghapus leleran keringat tersebut, mendesah…sudah hampir satu tahun waktu berlalu sejak dia berpisah dengan Limey. Dan sudah hampir 4 bulan dia berpisah dari Amon. Di manakah gerangan dua orang yang dirindukannya tersebut. Kinan meringis dan rasanya jadi ingin menangis.“Mey…di mana sih kamu?” gumamnya. Kinan merasa dadanya terasa perih. Kinan merasa kini dia benar-benar sendirian. Tanpa Limey, tanpa Amon. Kinan merasa di dunia itu, dia benar-benar sendirian.Mendadak pintu kamar penginapannya di gedor dari luar. Kinan segera bangkit dan membuka pintu, dia melihat Bixi berdiri di depa kamarnya, tangannya disodorkan. Kinan teringat sesuatu, dan segera masuk ke dalam, mengambil boneka dan memberikannya pada Bixi, Bixi tersenyum, lalu memeluk bonekanya.“Kakak baik
Read more
Bab 38 Perampok Merah (2)
“Ada apa?!”“Markas kita di ujung lembah sunyi di serang! Kepala desa, Don Rabut tewas, dan beberapa terluka!”Gillian kaget, “Siapa yang menyerang!?”“Pendekar yang memakai pedang buntung!”“Brengsek!!” Gillian mengepalkan tinjunya di udara dengan amarah.pedang buntung! Deg, jantung Limey seperti mau copot. Pikirannya sesaat berkelebat pada Amon. Itu senjata yang tidak biasa, dan tidak sembarangan orang bisa memiliki pedang seperti itu.“Kerahkan orang-orang kita, cari cecunguk berengsek itu. Dia sudah berani mengobrak-abrik sarang macan!” perintah Gilian dengan aroma wajah penuh kemurkaan.sesaat Gillian lupa tentang para wanita yang hendak dijualnya. Dia segera memerintahkan seseorang untuk membawa jubahnya. Mendadak seseorang masuk, memapah seorang laki-laki yang hampir pingsan dan kepayahan. Gillian kaget, karena orang tersebut dikenalnya.“Adik
Read more
Bab 39 Ketua Perguruan Teratai Merah
Esoknya permintaan Limey yang pertama dipenuhi. Seluruh perempuan di hari itu yang ditangkap Gillian dibebaskan. Lalu, sebagaimana persyaratan Limey selanjutnya, Gillian mengumumkan pada seluruh anggotanya untuk menghentikan menculik para gadis dan focus pada usaha mereka untuk mengumpulkan pundi harta dengan cara mencegat para ekspedisi pengantaran.Setelah memberi maklumat perintah pelarangan penculikan,  Gillian kemudian mengumumkan bahwa mulai hari itu Limey menjadi bagian dari perampok merah. Pemberitahuan tersebut cukup menghebohkan. Pasalnya, Gilian terkenal tidak tertarik menarik anggota perempuan ke dalam kelompok mereka, dan tiba-tiba sang pemimpin membuat sebuah pengumuman yang berbeda dari sikapnya dahulu. **Sion mendesah, dia sudah mencari jejak Limey selama tiga hari ini, namun jejak wanita teman seperjalanannya itu seolah seperti tenggelam oleh kegelapan. Untuk saat ini dia menghentikan pencarian karena malam sudah mulai pekat.
Read more
Bab 40 Dewa Racun
Setelah itu Limey pergi ke belakang untuk mengambil minuman, saat itu Tabib Gila berkata pada Sion. “Sion…”“Ya tetua.”“Mulai saat ini, sampai nanti akan sangat berat untukmu. Kau tahu, Limey tidak tertarik untuk belajar Imdok. Bisa dibilang, dia memiliki bakat lain selain Imdok. Memang hal itu sangat fatal untuknya, namun dia adalah tabib jenius yang muncul setiap seratus tahun sekali. Aku memohon padamu Nak, tolong jaga Limey.”“Tentu saja tetua. Tanpa tuan minta, aku akan menjaga Limey, saya berhutang mata padanya.” Ucap Sion.“Jangan pernah kamu tinggalkan dia, jangan lepaskan pengawasanmu. Limey itu memang cerdas, tapi dia tetap anak perempuan.”Sion mengangguk. Walau Tabib Gila tidak mengatakan itu, dia tetap akan menjaga Limey. Dia telah berhutang pada Limey. Lebih daripada itu, Sion sudah menaruh hati pada gadis bermata biru itu, namun Sion sendiri memutuskan untuk memendam
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status