All Chapters of Derita Istri Simpanan Pria Angkuh: Chapter 21 - Chapter 30
212 Chapters
21. Positif hamil
Capter 21"Maaf ya, kalau boleh tahu umurnya berapa?" tanya dokter Adly memandang Nadira. Meskipun di kertas yang ada di mejanya sudah ada nama dan umur pasien, dokter itu tetap memberikan pertanyaan kepada pasiennya tersebut."20 tahun dok," jawab Nadira.Dokter Adly diam, ia seakan bingung harus berkata apa."Apa penyakit saya parah dok?" tanya Nadira dengan wajah yang pucat. Nadira merasakan degup jantungnya yang sudah tidak teratur. Tangannya juga sudah terasa sangat dingin."Maafkan saya kalau, Boleh saya tahu apa kamu memiliki seorang pacar?" Tanya Dokter Adly. Ia begitu sangat tidak enak hati menanyakan tentang masalah pribadi pasiennya.Nadira menggelengkan kepalanya. "Saya tidak punya pacar dok," jawabnya."Saya sangat yakin dengan hasil pemeriksaan saya. Hasil pemeriksaan saya mengatakan bahwa kamu positif hamil." Ucap dokter Adly memandang Nadir
Read more
22. Harus kuat
Capter 22 Nadira berbaring di atas kasur. Tubuhnya terasa begitu sangat lemas. Satu hari ini Nadira tidak berselera makan sama sekali, bahkan untuk meneguk air putih saya dirinya tidak mampu. Nadira hanya berbaring dan menagis. Apa yang terjadi dengan dirinya, tidak pernah terpikirkan olehnya. Pemerkosaan yang terjadi hanya 2 kali itu akan menghasilkan janin seperti ini "Bagaimana cara aku memberi tahu ayah dan ibu tentang kehamilan ini. Aku tidak mungkin mengatakan apapun kepada mereka. Saat ini ayah masih dalam pengobatan. Ibu, aku takut, ibu sakit bila mendengar kabar ini. Ibu sudah sangat lelah mengurus ayah. Aku takut ibu akan sakit bila mendengar berita ini. Apa yang harus aku lakukan. Aku tidak sanggup memberi tahu mereka. Apakah aku harus menjalani ini semuanya sendiri." memikirkan ini semua membuat air matanya menetes tanpa henti.  "Mengapa hidup aku harus seperti ini? Apa kesalahan yang aku perbuat, sehingga aku diberikan huku
Read more
23. Tidur didalam kamar mandi
 Nadira hanya diam. Dia duduk sendiri dan melamun. Beban yang dipikulnya sudah sangat berat tapi mengapa dirinya masih diberikan cobaan yang lebih berat lagi. Apa yang harus di lakukannya nanti. Nadira belum bisa membuat planning untuk langkahnya ke depan. "Kamu kenapa?" Tanya  Lala yang memperhatikan Nadira sejak tadi. Nadira tersenyum dan menggeleng kepalanya. "Kenapa kamu kelihatannya diam aja?" Lala bertanya dengan mengerutkan keningnya.  "Iya sudah beberapa hari ini dia aneh. Kerjaan dia tuh melamun aja." Riri yang berdiri di steling kaca ikut menimpali. "Gak ada apa-apa," jawab Nadira.  "Apa sudah ke dokter?" Tanya Lala. "Sudah," jawab Nadira. "Dokter bilang apa?" Cuma masuk angin.  "Syukurlah. Aku sangat mencemaskan kamu. Namun bila kamu sudah ke dokter itu
Read more
24. Rindu
 "Akhirnya bisa rebahan, "Nadira berucap ketika dirinya merebahkan tubuhnya di atas kasurnya. Nadira memijat-mijat pinggang bagian belakangnya. Pinggangnya terasa begitu amat sakit. "Pegelnya," keluh Nadira.  "Capek ya nak temani ibu kerja?" Nadira berucap sambil mengusap perutnya.  "Apa karena kondisi hamil seperti ini sehingga aku merasa tubuhku begitu sangat mudah lelah. Pinggang terasa begitu sangat cepat pegal, apalagi lama duduk lama dan menunduk. Ya ampun ini badan serasa remuk." Nadila mengeluh ketika merasakan tubuhnya yang terasa amat sakit. Nadira tidak berani untuk bercerita kepada siapapun tentang kondisi tubuhnya. Apapun yang terjadi pada dirinya, ia akan merasakannya sendiri.  "Kita gak boleh manja nak, kita harus kuat. Ibu harus kuat kerja, agar dapat duit yang banyak untuk biaya pengobatan kakak." Nadira mengusap air matanya. "Doakan kakak cepat sehat nak.
Read more
25. Menerima takdir
 "Nadira, Apa kamu mau ikut ke rumah aku?" tanya Lala. Nadira tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Aku mau pulang ke rumah soalnya tadi cuci baju." Nadira tersenyum memandang Lala. "Ya udah kalau gitu, tapi nanti kalau mau ke tempat kerja telepon aja aku biar aku jemput." Lala menawarkan temannya tersebut. Lala begitu sangat kasihan melihat Nadira. Temannya itu tidak pernah mengeluh kepadanya walaupun kondisinya sangat susah.  "Enggak usah La, rumah kita beda arah.  Kasihan di kamu kalau jemput aku," tolak Nadira. Lala begitu sangat baik kepadanya sehingga Nadira merasa tidak enak hati bila selalu merepotkan temannya itu. "Oh iya aku lupa, kita baru aja gajian.  Kamu pasti punya uang untuk ongkos ojek," Lala tersenyum memandang Nadira.  Nadira menganggukkan kepalanya "Iya Lala sayang,  kita baru aja terima gaji, jadi aku punya uang untuk o
Read more
26. Nama suami
 Nadira berjalan kaki menuju ke rumah bidan yang tidak terlalu jauh dari rumah kontrakannya. Sore ini Nadira sangat cantik dengan memakai dress panjang selutut, yang memiliki karet di bawah dadanya. Dress ini merupakan baju andalan yang di milikinya. Dress berwarna biru pekat  ini masih terasa nyaman di tubuhnya.Langkah kakinya berhenti di depan rumah bidan. Cukup lama Nadira berdiri di teras depan rumah bidan tersebut sampai pada akhirnya memutuskan untuk masuk. "Ayo nak kita masuk," Nadira berucap dengan mengusap perutnya. Nadira merasa senang saat melihat kondisi di dalam yang tidak ada pasien ."Mbak, saya mau periksa, apa ibu bidannya ada?" Nadira berucap ketika dirinya mendaratkan tubuhnya di kursi yang ada di depan meja pendaftaran."Ada mbak, apa boleh tau keluhannya?" Tanya wanita muda yang memakai seragam berwarna putih."Saya ingin memeriksa kondisi kandungan saya."
Read more
27. Mata-mata
 Arga duduk di kursi kerjanya sampai saat ini pria itu masih belum puas dengan apa yang telah dilakukannya terhadapnya Tio. "Aku tidak pernah pernah mempercayai dia. Sejak awal dia datang bekerja dengan ku, aku sudah dapat mengetahui bahwa dia bukanlah orang yang setia. Namun aku tetap memberikan kesempatan untuknya. Tapi yang namanya penghianat tetaplah penghianat. "Arga mengepalkan tangannya ketika mengingat bahwa Tio telah berkhianat kepadanya. Arga begitu sangat membenci orang yang telah mengkhianati dirinya. "Aku sudah menghabisinya Namun bukan berarti orang yang ada di belakangnya bisa lepas begitu saja." Arga berucap dengan sangat marah. Pria itu tidak akan pernah diam sebelum menemukan siapa dalang dari ini semua.Arga memandang ponselnya yang berdering, panggilan masuk dari orang kepercayaannya yang bertanggung jawab terhadap pabrik senjata api miliknya. "Halo," ucap Arga."Halo tuan," ucap pria itu sedikit
Read more
28. Berhenti bekerja
Capter 28Sepulang dari bekerja Nadira merebahkan tubuhnya di atas kasur. Matanya begitu sangat mengantuk dengan tubuh yang terasa amat lelah. "Akhirnya kita istirahat nak, anak ibu pasti sangat capek ya. Semalaman temani ibu bekerja," Nadira berkata dengan memijat-mijat belakang punggungnya.  Nadira memejamkan matanya yang sudah sangat sulit terbuka. Saat ini ia sangat membutuhkan waktu untuk istirahat agar memiliki tenaga untuk  melanjutkan bekerja di toko pakaian.Nadira terbangun dari tidurnya ketika mendengar suara berdering ponselnya. Nadira melihat ibunya yang menghubunginya. "Ya ampun ternyata sudah jam 7." Nadira berkata ketika melihat layar di ponselnya. Dengan sangat cepat Nadira mengangkat sambungan telepon tersebut.  "Halo Bu."  Nadira menyapa ibunya yang berada di seberang sana."Halo nak, lagi apa?Apa sudah siap-siap mau pergi ke toko?" tanya Erna ketika mendengar putrinya mengangka
Read more
29. Penuh kenangan
 Malam ini udara terasa terasa amat sejuk. Duduk di tempat terbuka seperti ini membuat tubuhnya terasa begitu sangat kedinginan. Bila sudah dingin seperti ini tidur merupakan hal yang paling menyenangkan yang begitu sangat ingin dilakukan oleh Nadira. "Andai saja petugas pembersih toilet itu ada dua orang, pasti enak ada teman ngobrol. Ini duduk sendiri tidak punya teman ngobrol jadinya ngantuk lagi." Nadira berkata ketika matanya terasa sangat ngantuk. "Ya ampun ngantuk sekali." Nadira berusaha untuk membuka matanya. Nadira mengambil botol minuman yang ada di dalam tasnya dan meneguk air tersebut. "Biasanya kalau ngantuk seperti ini dibawa ngemil pasti ngantuknya hilang," Nadira berkata ketika dirinya mengambil 1 keping biskuit yang berbentuk bulat dengan rasa kelapa dari dalam tasnya. Dimasukkannya biskuit itu satu-persatu kedalam mulutnya. Hingga biskuit yang ada di dalam tasnya hanya tersisa setengah bungkus.  Nadira me
Read more
30. Ruang rahasia.
 Bobby berlari membukakan pintu mobil milik Arga. "Tuan," ucap Bobby yang menundukkan kepalanya.Arga keluar dari dalam mobil. Pria itu memasukkan senjata api ke dalam sarangnya yang ada di pinggangnya."Apa orang itu tidak mau berbicara sampai sekarang?" Tanya Arga yang memandang Bobby."Iya tuan," jawab Bobby."Aku akan membuat orang itu memilih salah satu." Arga mengeratkan giginya. Ia berjalan menuju rumah yang memiliki design minimalis. Pria itu berjalan dengan di ikuti Bobby serta 2 orang kepercayaan Arga.Dengan sangat cepat Dion yang berjalan di samping Bobby membukakan pintu rumah yang dalam keadaan tertutup, ketika bos besar mereka sudah mendekati pintu rumah berwarna putih tersebut.Arga masuk ke dalam rumah dan berjalan menuju kamar tidur yang ada di bagian belakang. Kamar yang memiliki tempat tidur untuk 1 orang, lemari pakaian berukuran kecil dan l
Read more
PREV
123456
...
22
DMCA.com Protection Status