All Chapters of LOVE BITE : SLEEPING VAMPIRE (INDONESIA): Chapter 31 - Chapter 40
79 Chapters
31. Ketakutan Demian
"Apa? Kenapa kulkasnya kosong?" Acasha berpindah membuka setiap bagian kabinet atas. "Dikunci?? Bagaimana aku bisa sarapan jika tidak ada apa pun di sini?"Acasha menggigit bibir dengan gelisah. Ia lantas memindai seluruh area dapur hingga perhatiannya tertuju pada tudung saji berwarna merah di tengah-tengah meja makan. Dengan langkah cepat dan alis berkerut, ia mendekati meja untuk membuka tudung saji tersebut.Benar saja. Setelah tudung saji itu dibuka, dua potong sandwich dan segelas jus apel terhidang di sana. Acasha mendesah pelan sambil menarik sebuah kursi."Bukankah sudah kubilang, aku akan menyiapkan makananku sendiri?" tanyanya pada udara.Mau tak mau, Acasha mulai menggigit sandwich tersebut sambil membayangkan sosok Demian dan Chesy mengenakan apron, menyiapkan sarapan bersama di dapur."Menyebalkan," gerutunya kemudian.***Setibanya di kantor, Acasha langsung disambut Ela, salah seorang sekretaris umum yang tampak sengaja menunggu kedatangan Acasha
Read more
32. Alasan Presdir Berpaling
Ketiga sekretaris itu keluar dari lift."Ada keperluan apa dia datang ke sini?" celetuk Ela memelankan suara."Aku tidak tahu. Apakah dia ada janji dengan Presdir, Nona Acasha?" tanya Lieke setengah berbisik pada rekan di sampingnya."Tidak ada. Presdir hanya memintaku untuk menyelesaikan laporan sampai beliau kembali," jawab Acasha refleks ikut berbisik.Sejak saat itu, suasana berubah canggung. Ketiga wanita tersebut melangkah dengan kaku menuju arah yang sama bersama. Namun, situasi itu tidak berlangsung lama ketika Ela dan Lieke berbelok menuju meja kerja mereka, sedangkan Acasha harus tetap berjalan lurus menuju ruang eksklusif atasannya yang sekaligus ruang kerjanya."Ah, akhirnya ...." celetuk sang model cantik memindahkan tumpuan ketika melihat sosok sang sekretaris pribadi presdir."Maaf, ada yang bisa saya bantu, Nona?" sapa Acasha bersikap sopan."Saya ingin bertemu dengan Presdir. Bisakah Anda membukakan pintu?" pinta sang model tanpa basa basi."
Read more
33. Cepat Kembali
"Kalau kau bukan salah satu aset perusahaan ini, kau pasti sudah mati."Setelah mendengar kalimat tersebut, cengkeraman tak kasat mata itu terlepas. Tanpa menyeka air mata darah di pipi dan sedikit terbatuk, Zelika langsung bersimpuh di hadapan pria tersebut."Maafkan saya, Tuan. Saya sudah melakukan kesalahan. Saya sangat ceroboh. Mohon ampuni saya, Tuan. Mohon ampuni saya," rintih Zelika menyatakan penyesalannya sambil menatap titik-titik merah di lantai yang berasal dari tetesan air mata darahnya."Bukan hanya kesalahan. Ini kesalahan fatal!" berang sang pria masih menatap sinis."Mohon ampun. Saya sudah sangat ceroboh dan melakukan kesalahan fatal. Mohon maafkan saya, Tuan. Saya berjanji tidak akan mengulang kesalahan yang sama. Mohon ampuni saya, Tuanku Athan Agathias," sesal Zelika sang vampir cantik terus memohon pengampunan dan terus menitikkan tangisan berdarah-darah.Ruangan senyap untuk beberapa saat. Athan Agathias, sang pemimpin dan pemilik klan Agathias,
Read more
34. Terekspos
Sontak Ela terkesiap dan menoleh ke belakang, kedua netranya membelalak lebar melihat wajah cemas pria di hadapannya. "Presdir?? Presdir sudah kembali??"Tanpa menjawab pertanyaan sang sekretaris umum, Demian menatap sensor yang langsung mendeteksi retina matanya dan pintu pun terbuka. Seketika ia berlari ke dalam ruangan dan melihat tubuh Acasha meringkuk di lantai, di ujung sofa.Demian merengkuh tubuh lemah tersebut dalam dekapannya. "Nona ...."Wajah sang gadis terlihat sangat pucat, kulitnya terasa dingin seolah-olah membeku, dan ranumnya tak lagi merah. Keceriaan dari sorot matanya hilang bersamaan dengan sebaris senyuman hambar. Bibirnya sedikit terbuka, tapi tak ada satu kata pun terlontar dari sana."Permisi, Presdir," ucap Lieke sang sekretaris umum sudah berdiri di belakang Demian. Desah napas cepat tertahan di kerongkongan ketika melihat situasi di hadapannya."No—na A—ca ...." susul Ela, mewakili isi hati Lieke. Lagi-lagi kedua netra Ela bergetar dan mele
Read more
35. Konsekuensi
"Bagaimana, Demian? Apakah ada bekas gigitan serangga di sana?" celetuk Acasha sontak membuyarkan konsentrasi Demian."Tidak ada. Sebaiknya, kau makan. Kau harus mengisi kembali tenagamu yang payah itu," ucap Demian seketika berbalik dan mengambil baki yang ia letakkan di atas nakas."Apa kau tahu yang sebenarnya terjadi padaku?" tanya Acasha menghentikan pergerakan Demian.Demian mengeratkan rahang dan menarik napas cepat sebelum kembali ke sisi Acasha. "Maafkan aku. Aku sudah memberimu terlalu banyak tekanan dan laporan yang tidak masuk akal jumlahnya," ucapnya sembari meletakkan baki di atas meja.Kening Acasha berkerut. "Maksudnya?"Demian menarik bangku kecil untuk duduk di samping Acasha. "Kamu kelelahan. Itu salahku," dusta Demian."Apa? Itu tidak mungkin. Aku tidak selemah itu," bantah Acasha. Tentu saja ia lebih tahu kondisi tubuhnya dibandingkan siapa pun karena Acasha sangat yakin bahwa selama ini dirinya dalam kondisi sehat dan sangat jarang merasakan s
Read more
36. Menghibur Tuan
"Setelah seratus tusukan, kau boleh berhenti. Pulihkan tubuhmu sebelum kembali ke atas," perintah Athan, kemudian beranjak dari sana.Tidak seperti saat kedatangannya menuju ruang bawah tanah—dengan ritme langkah yang teratur karena berusaha menjaga emosinya agar tidak meluap sebelum waktunya—Athan meninggalkan tempat tersebut dengan sangat tergesa sambil memegangi lehernya yang terus meneguk saliva. Debaran jantungnya semakin cepat berkat hasrat yang semakin kuat dan tergiur akan aroma manis darah yang terus menggoda indra penciumannya.Klap.Pintu masuk menuju ruang bawah tanah sudah ditutup rapat setelah ia berhasil meninggalkan ruangan penuh aroma manis darah itu. Athan berdiri tegap dengan pandangan lurus ke depan. Dia diam sejenak, menghirup sebanyak-banyaknya udara yang lebih bersih guna menjernihkan akal sehatnya yang sempat menggila akibat darah Demian yang begitu menggiurkan.Saat fokusnya pulih dan warna merah darah di matanya kembali menjadi amber, Athan meny
Read more
37. Kunjungan Pria Luar Biasa
Athan bangkit dari duduknya dan bertatap mata dengan Chesy. "Kemarikan," ucapnya singkat, jelas, dan padat.Maksud hati tak ingin merepotkan tuannya, serta merta Chesy menyerahkan baki yang dibawanya kepada Athan begitu saja. Mulus, tanpa ada penahanan.Athan mengulum senyum. "Terima kasih, Chesy. Sekarang kamu bisa sarapan dengan nyaman." Athan pun meninggalkan Chesy yang masih terpaku menatap bayangan yang telah hilang dari balik dinding."Hah ... memang, ya, aura Pure Blood itu beda banget. Sekali ngomong, beuh ... udah enggak bisa diganggu gugat. Lemah aku tuh, lemah ...." decak Chesy menepuk-nepuk dada. Hati dan pikirannya tak sanggup melawan karisma luar biasa yang terpancar dari Tuan Athan, sang vampir rupawan.Aura sangat kuat yang hanya dimiliki oleh keturunan vampir Pure Blood saja memang tidak ada tandingan. Dengan keistimewaannya itu, vampir Pure Blood akan dengan mudah memerintah kaumnya sesuka hati, sesuai keinginan, terutama untuk vampir yang diciptakan ha
Read more
38. Lukisan Sepasang Kekasih
"Uhuk uhuk uhuk ...." Acasha tersedak mendengar ucapan Athan.Sontak Athan menyodorkan segelas air mineral padanya. "Pelan-pelan saja."Gluk gluk gluk.Acasha meneguk minuman dengan cepat."Lebih baik?" tanya Athan dengan alis berkerut khawatir.Acasha mengelap bulir air di sudut bibir. "Iya. Terima kasih," sahutnya lantas bergegas menyuapkan beberapa sendok terakhir ke dalam mulut.Merasa bersalah dengan ajakannya yang mendadak hingga menyebabkan Acasha terkejut, Athan beranjak dari duduknya."Tak perlu terburu-buru. Santai saja. Kalau sudah siap, temui aku di aula depan," ucapnya sebelum berlalu meninggalkan Acasha yang terus menatap punggung lebar sang pria tanpa berkedip."Bukankah hari ini waktu untukku beristirahat? Kenapa dia malah mengajakku jalan-jalan? Memangnya, mau jalan-jalan ke mana di cuaca sedingin ini?" gerutu Acasha berpaling menatap jendela yang terkunci rapat. Salju masih turun meski tidak lebat, namun hawa dinginnya sudah terasa hingga uj
Read more
39. Fenomena Ganjil
Dengan cekatan, Athan menangkap tubuh Acasha dan melihat raut keterkejutan di paras cantik sang wanita. Pupil matanya bergetar dan melebar sempurna. Gurat wajahnya tampak tegang, menyiratkan ketidakpercayaan dan ketakutan di saat yang sama."T-Tuan, apa Anda melihatnya?" cetus Acasha tergagap. Pandangannya lurus menatap lukisan sepasang kekasih di hadapannya."Melihat apa?" balas Athan datar. Jarak yang cukup dekat membuat Athan menghidu aroma tubuh Acasha yang memikat."Itu ... matanya ...." Acasha masih menatap lukisan itu dengan wajah tercengang."Bukankah sangat indah?" sahut Athan semakin memangkas jarak. Harum khas tubuh seorang manusia yang diselubungi aroma parfum bunga Gardenia di hadapannya begitu menggoda dan membangkitkan gairah.Kening Acasha berkerut dan mendadak berpaling pada Athan. "Apa Tuan sungguh melihatnya?"Namun, respon yang diperlihatkan Athan justru tidak sesuai dengan harapan Acasha. Bukannya memasang ekspresi terkejut seperti
Read more
40. Memastikan Sendiri
Jemarinya mengetuk-ketuk kaki sambil terus berpikir. "Tapi, apa, ya? Kalau memang rahasia, seharusnya dia tidak sengaja memancingku untuk mencari tahu. Kalau seperti ini 'kan aku jadi pusing," keluhnya disusul desahan napas panjang."Tapi, yang lebih aneh lagi, kenapa tadi aku pingsan? Mana kepala sakit banget kayak mau pecah." Acasha mendadak terdiam saat berusaha mengingat dan melihat pecahan ingatan abstrak melesat begitu saja di pikirannya. "Ugh ... apaan, sih? Bikin pusing saja," cetusnya menggelengkan kepala dengan cepat.Ia pun kembali termangu sampai tiba-tiba terdengar suara bergemuruh dari dalam perutnya. Acasha mendesah pelan, lalu memegangi perutnya yang mulai merasa lapar. Ia lantas melihat ke arah jam dinding. Waktu sudah menunjuk pukul satu siang."Haruskah aku ke dapur sekarang? Hah ... tapi aku malas," ujarnya merasa enggan untuk beranjak dari posisi nyamannya itu. Tetapi, lagi-lagi cacing di perutnya menyuarakan protes lebih lantang. "Huft .... Oke,
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status