Semua Bab LOVE BITE : SLEEPING VAMPIRE (INDONESIA): Bab 51 - Bab 60
79 Bab
51. Jadi Gulingku
"Hehehe." Acasha tertawa sambil bertopang dagu, menatap Demian. "La ... gi ...." Suaranya terdengar lirih dan menggoda. Demian menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Sudah. Ayo, kita pulang," ajak Demian seraya menjauhkan gelas dan botol tersebut dari hadapan Acasha. "Eum ... enggak mau ... di sini aja ...." Ujung telunjuk Acasha menekan-nekan lengan Demian. Namun, Demian bersikap sok cuek dan memasang tampang datar. Padahal, di relung hatinya yang terdalam tengah bergejolak hebat dan dengan susah payah batinnya menahan diri untuk tidak terpancing pesona memikat wanita berwajah merah di depannya. Usai membayar dan memberi tip pada bartender, Demian pun memapah Acasha keluar dari sana. Disandarkannya perlahan kepala Acasha di sandaran kursi setelah mendudukkan Acasha yang sudah kehilangan kesadaran itu di kursi penumpang. "Sudah tahu tidak biasa, malah nekat minum. Hah ... sebenarnya, seberat apa beban pikiranmu itu?" gumam Demian sembari mengusap lem
Baca selengkapnya
52. Tidak Ingat Kejadian Semalam
Sudah sekitar tiga puluh menit setelah Acasha terlelap, Demian masih bekerja keras mengalihkan fokusnya dari aroma manis yang berasal dari darah wanita di sampingnya. Namun, dia tidak bisa bertahan lebih lama saat dahaga terus merongrong di kerongkongan, meminta untuk segera dipuaskan. Sambil menahan napas, Demian menggeser tubuh dan melepaskan diri dari pelukan Acasha. Dengan sangat hati-hati, ia meletakkan tumpukan bantal dan selimut sebagai pengganti dirinya. "Maafkan aku, Acasha. Tapi, aku harus pergi," bisik Demian sebelum bergegas meninggalkan kamar. Dengan langkah mengendap-endap, Demian menuju pintu dan membukanya dengan hati-hati. Setelah berhasil melewati dan menutupnya perlahan, ia pun bernapas lega dan menghirup udara bersih sebanyak-banyaknya. "Akhirnya, keluar juga." Mendengar celetukan tiba-tiba, Demian sontak terperanjat dan menoleh. "Tuan Athan?" ucapnya, setelah melihat Athan sudah berdiri di samping pintu kamar tersebut.
Baca selengkapnya
53. Apa Sekarang Giliranku?
Satu detik.Dua detik.Tiga detik.Acasha hanya mendengar sepi. Tidak ada sesuatu yang mengusik bahkan menyentuh kulitnya. Perlahan, Acasha membuka pelupuk."Hah ... syukurlah ...." Acasha menghela napas lega ketika melihat Demian mengenakan sweater abu-abunya. "Kamu tadi kenapa, sih? Pakai acara mepet-mepet segala."Sambil merapikan pakaian yang dikenakannya, Demian berkata, "Mengambil pakaianku."Alis Acasha berkerut. "Memangnya harus dekat-dekat aku begitu? Sampai aku yang mundur-mundur gitu?""Salah sendiri naruh bajuku di situ. Mau tidak mau, aku harus ambil di situ, kan?" balas Demian bersikap sok cuek, padahal jantungnya sudah berdisko sejak tadi. Melihat tampang bingung Acasha, Demian pun menambahkan, "Aku ingatkan sekali lagi. Kamu, Acasha, satu-satunya wanita yang meminta, memaksa, dan melepaskan pakaianku. Mengerti?"Tanpa sanggup berkata-kata, Acasha hanya bisa mematung di tempatnya, menyaksikan Demian beranjak dari sana dan mening
Baca selengkapnya
54. Mengawasi Acasha
"Presdir, kira-kira Tuan Athan mau mengajak saya ke mana, ya?" tanya Acasha saat mereka berada di lift, setelah makan siang."Saya kurang tahu," jawab Demian singkat. Ia melirik pantulan Acasha di lift. Ia melihat Acasha tengah menggigit bibir dengan gelisah. "Tak perlu khawatir, Tuan Athan pasti memperlakukanmu dengan baik. Percayalah," ucap Demian memberikan dukungan."Terima kasih atas dukungannya, Presdir," balas Acasha tersenyum tipis, padahal dalam hati, Acasha sangat tidak yakin untuk bertemu dengan Athan nanti malam. Dan pertama kali dalam hidupnya, dia mengharapkan lembur hingga tengah malam supaya ia bisa membatalkan pertemuan mereka dengan alasan kelelahan. "Pasti dia tidak keberatan, kan? Dia pasti bisa memaklumi," batin Acasha optimis.Namun, harapan tinggallah harapan saat Demian berkata, "Ah, karena Tuan Athan mau bertemu denganmu, nanti kita pulang awal saja. Pekerjaan hari ini juga tidak sebanyak kemarin dan tidak terlalu genting. Bukankah ini ide bag
Baca selengkapnya
55. Sudah Siap?
Demian mengikuti Acasha dengan menjaga jarak sepanjang sepuluh meter di belakang. Ia berhenti saat melihat Acasha masuk pada bagian peribadatan dan menunggu di luar. Tidak sampai lima belas menit, Acasha sudah keluar dari sana."Sekarang mau ke mana lagi?" gumam Demian lantas mengikuti Acasha tanpa khawatir ketahuan.Demian mengira, Acasha masih akan mampir ke gerai-gerai lain, tapi ternyata Acasha tengah menuju basement, tempat di mana mobil mereka terparkir. Dengan sigap, Demian menempuh jalan lain dan berjalan lebih cepat agar ia bisa tiba lebih awal tanpa didahului Acasha.Klap.Pintu mobil dibuka dengan cepat. "Dia sudah selesai," ucap Demian memberi aba-aba pada Drew.Dengan cekatan, Drew kembali memasang kacamata dan kumis palsunya sebagai bentuk penyamarannya sebagai Pak Sopir.Selang lima menit kemudian, Acasha tiba di mobil. "Lho, kalian sudah di sini rupanya? Kalian tidak menunggu lama, kan?" tanya Acasha melihat Demian dan Pak Sopir tengah b
Baca selengkapnya
56. Kamu Ingat?
Acasha duduk di kursi, memandangi Athan mengambil sebotol minuman berlapis emas dengan desain eksklusif dari display bar."Malam ini, aku akan menjadi bartender man untukmu. Jadi, jangan sungkan lagi padaku," ucap Athan sembari menuangkan minuman ke dalam gelas, lalu memberikannya pada Acasha. "Silakan," ucapnya sangat ramah.Acasha menerima gelas tersebut. "Terima kasih." Minum dengan perlahan."Bagaimana?" tanya Athan terdengar antusias. Lensa ambernya tampak berbinar."Hmm, enak," ucap Acasha, kembali menyesap perlahan."Katakan saja jika mau lagi," ujar Athan seraya menuangkan minuman untuk diri sendiri."Ah, tidak, Tuan. Ini sudah cukup. Sepertinya, saya tidak kuat minum lebih dari segelas," sahut Acasha, teringat kejadian memalukan saat terbangun setelah mabuk. Tanpa sadar, pipinya mulai merona."Oh, jadi malam itu kamu mabuk karena minum lebih dari segelas? Memangnya habis berapa gelas?" balas Athan terdengar semakin akrab.Acasha terse
Baca selengkapnya
57. Dia Masih Ingat
"Sebenarnya, sudah dua kali saya mengalami kejadian ini. Pertama, saat di ruang galeri. Kedua, hari ini, di sini. Awalnya, saya tidak bisa melihat dan mendengar ingatan itu dengan jelas. Semuanya bergerak sangat cepat dan acak. Tapi, hari ini, saya melihat ingatan-ingatan itu lagi," Acasha menjelaskan.Athan mendengarkan dengan serius. Ia bahkan tetap diam saat Acasha memberikan jeda dan menatap matanya dalam-dalam."Saya melihat tiga orang dalam ingatan saya. Ada Tuan dan dua orang lain di sana. Saya tidak terlalu paham dengan wajah mereka, tapi entah mengapa ... saya merasa tidak asing." Acasha menggeleng. "Entahlah. Saya tidak tahu siapa mereka. Tapi, saya juga yakin, saya belum pernah melihat mereka sebelumnya. Tapi, kenapa rasanya tidak asing?" sambungnya dengan alis berkerut."Bagaimana dengan ciri-cirinya? Apa kali ini kamu dengar sesuatu?" Athan merespon dengan menjaga ekspresi."Hmm, saya kurang paham. Saya hanya melihat bayangan mereka saja, tapi sangat
Baca selengkapnya
58. Jangan Bunuh Aku!
Beberapa hari kemudian, di bar pribadi.Athan tengah memutar gelasnya perlahan sambil menatap keluar jendela."Ah, kau sudah datang, Gelsi?" celetuk Athan ketika seorang pria berambut cokelat terang baru saja masuk ke dalam ruangan. "Bagaimana situasi saat ini?" tanyanya seraya berbalik."Ya, Tuan. Saya mendapat informasi adanya laporan kasus orang hilang dalam beberapa hari terakhir. Kebanyakan dari mereka menghilang ketika malam hari dan diduga saat sedang sendirian," jelas Gelsi memberikan laporan."Berapa orang yang hilang?" tanya Athan dengan tatapan serius, alisnya sedikit berkerut di ujung."Sampai saat ini ada sepuluh orang. Jumlah laporan kehilangan setiap harinya juga terus meningkat," terang Gelsi tak kalah serius.Athan mengeratkan rahang. "Kita harus terus waspada. Perketat keamanan di setiap titik kota dan habisi para penyelundup itu! Jangan sampai mereka menyentuh tempat ini!" titah Athan penuh kegeraman."Baik, Tuan," sahut Gelsi de
Baca selengkapnya
59. Forbidden Blood
Sedetik sebelum vampir mengerikan itu menggapai pundak Acasha, tiba-tiba saja, seorang pria bermantel hitam sudah berdiri di depan Acasha. Tanpa sempat memperlampat kecepatan dan menghentikan larinya, Acasha seketika menabrak pria itu dengan keras.Brukk!Dengan sigap, pria itu menangkap tubuh ramping Acasha dan mendekapnya dengan erat. Acasha diam tak berkutik. Ia terus memejamkan pelupuk dan merapatkan wajahnya hingga mampu mencium aroma mawar yang sangat kuat dari pemilik tubuh itu."Acasha, kamu baik-baik saja? Adakah yang terluka?" tanya sang pria terdengar khawatir.Mendengar suara yang dikenalnya itu, Acasha mengangkat dagunya perlahan dan menatap pria yang mengkhawatirkan dirinya."Athan?" batin Acasha terkejut. Tanpa sadar, air matanya mengalir.Lalu, ia memberanikan diri untuk menoleh ke belakang setelah tak mendengar suara menakutkan yang membuat bulu kuduk merinding. Namun, Acasha tidak lagi menemukan sosok vampir mengerikan yang sempat meng
Baca selengkapnya
60. Di Ruang Pertemuan
Di malam itu juga, Athan mengumpulkan orang-orang kepercayaannya di ruang pertemuan. Empat dari lima orang sudah berdiri di posisinya masing-masing saat Athan tiba di sana."Di mana Demian?" tanya pria berambut cokelat gelap yang tak lain adalah Drew. Ia datang tanpa kumis palsunya malam ini."Dia menemani Acasha di kamar. Mungkin, dia akan menyusul nanti," sahut Chesy, menaikkan sebelah alis.Drew manggut-manggut. "Hmm, oke."Athan berdiri di antara mereka dan mengamati satu per satu wajah yang telah hadir di sana."Satu Forbidden Blood hampir menyerang Acasha malam ini. Aku heran, bagaimana bisa dia lolos dan menyelinap masuk ke taman belakangku? Adakah dari kalian yang bisa menjelaskan situasi ini?" tanya Athan dengan suara mengintimidasi.Gelsi menoleh dan memberikan salam penghormatan pada Athan. "Maaf, Tuanku. Izinkan saya menjelaskan terlebih dahulu."Athan melipat tangan di depan dada. "Katakan.""Malam ini, kami menemukan sepuluh Forb
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status