All Chapters of LOVE BITE : SLEEPING VAMPIRE (INDONESIA): Chapter 21 - Chapter 30
79 Chapters
21. Hanya Berani di Depanmu
"Bagaimana mungkin? Jadi, Demian sebenarnya seorang presiden direktur?? Yang menolongku, yang membawaku kemari, yang menyiapkan makananku?? Pantas saja, dia bisa dengan mudah meninggalkan sejumlah uang saat di pondok. Tapi, jika Demian yang seperti ini saja seorang presiden direktur, lalu bagaimana dengan Athan?? Bukankah dia lebih daripada Demian??" terka Acasha di dalam benak. Alisnya sampai berkerut-kerut dan tanpa sadar menggeleng dengan sendirinya."Acasha, ada apa? Apa terjadi sesuatu?" tanya Demian sudah berdiri di samping Acasha sambil menenteng beberapa dokumen di tangan.Pundak Acasha berkedik. "Ah, maaf. Tidak. Eum, apa yang harus saya kerjakan di sini, Presdir?" tanyanya canggung.Demian tersenyum sambil mendesahkan napas pelan. "Jadi, sekarang Nona kembali berbahasa formal dan memanggilku dengan sebutan 'Presdir'?""Eum, ya. Tentu saja. Kamu, ah, maksudku Presdir—""Sudah, jangan terlalu memaksakan diri. Toh, kita sudah cukup mengenal. Panggil aku seperti
Read more
22. Lakukanlah Sesukamu
Sambutan hangat dilayangkan presiden direktur pada sekretaris pribadi yang baru saja kembali dari orientasi singkatnya."Apakah Lieke menyulitkanmu, Nona?"Acasha menaikkan kedua alis sambil tersenyum. "Tidak, Presdir. Dia sangat membantu.""Lalu, apa yang ada di tanganmu itu?"Acasha tersenyum tipis sebelum membaca catatan memo yang dibawanya."Jadwal pertemuan penting dengan model Zelika dan tim periklanan A2A Advertising setelah makan siang, Presdir."Sebelah alis Demian berkerut sesaat sebelum menghampiri Acasha."Baiklah. Kita makan siang di dekat sini saja. Apa yang ingin Nona makan?""Saya ikut Presdir saja."Tanpa berlama-lama, mereka bergegas meninggalkan ruangan menuju restoran terdekat dan menikmati makan siang dengan tenang. Selain denting piring dan garpu yang sesekali berbenturan, tidak ada obrolan ringan ataupun berat yang terlontar dari bibir presdir tampan dan sekretaris cantik itu. Mereka terlalu larut dalam pikiran masing-masing sampai p
Read more
23. Sangat Tidak Peka
Tok tok tok."Permisi, Presdir. Maaf mengganggu. Bisakah Presdir kembali ke ruangan? Wakil Presdir ingin bertemu dengan Anda sekarang," ucap suara lembut yang sangat dikenal Demian dari balik pintu.Zelika yang sudah siap di atas meja seketika melengkungkan bibir dan membulatkan mata sambil menggenggam erat pergelangan tangan Demian dengan kedua tangannya."Presdir tetap di sini bersamaku, kan?" tanyanya lebih terdengar seperti rayuan manja.Demian melirik pintu yang masih tertutup rapat sebelum mendesahkan napas. "Maafkan aku, Zelika. Aku harus pergi sekarang," ucap Demian melepaskan perlahan kedua tangan sang wanita yang melingkar di pergelangan tangannya."Sebentar saja, Presdir ...." ujar Zelika masih berusaha membujuk dengan tatapan dan suaranya yang memikat."Kita lanjutkan lain waktu. Aku harus pergi sekarang," ucap Demian sembari menyematkan blazer putih di kedua pundak sang wanita muda. "Sampai jumpa, Zelika," lanjutnya sebelum melangkah pergi dari hadapan
Read more
24. Bayang-Bayang Menggoda
Dengan sigap, Demian menangkap tubuh Acasha yang terhuyung ke belakang. Mereka terpaku dan saling memandang hingga beberapa saat. Sampai terdengar suara gemuruh di dada, Acasha pun tersadar dan seketika menundukkan wajah."Kau tidak apa-apa, Nona?" tanya Demian masih melingkarkan lengan di pinggang sang sekretaris."Maaf, saya tidak sengaja," ucap Acasha. Kedua tangannya terkepal di depan, menjaga jarak dari dada bidang sang presiden direktur."Tidak. Saya yang seharusnya meminta maaf. Saya sudah membuat Nona terkejut sampai hampir jatuh," balas Demian masih mengamati paras cantik yang menyembunyikan pesonanya. Tanpa sadar, ia tersenyum melihat semburat merah muda menghiasi kedua pipi sang sekretaris."Saya baik-baik saja, Presdir. Eum, bisakah Presdir melepaskan saya?"Mendengar ucapan Acasha, Demian seketika melepaskan pegangan tanpa peringatan. Akibatnya, Acasha nyaris terhuyung untuk yang kedua kali. Beruntung dia meraih tepian meja di sampingnya. Ia pun menelan s
Read more
25. Kau Sudah Mengabaikanku
Demian mengedarkan pandangan ke segala penjuru. Namun, tidak ada tanda-tanda bahaya yang mengancam ditemukan di kamar mereka."Tidak ada apa-apa, Acasha. Apa yang sebenarnya mengusikmu?" Demian menoleh pada gadis yang kini tampak memelototi punggungnya. "Acasha?"Pelupuk sang gadis berkedip cepat sebelum berpaling. "Bisakah kau kenakan pakaianmu? Apa kau tidak merasa dingin?" gumam Acasha lebih mirip komat-kamit."Apa?" Demian justru menaikkan alis, tidak memahami ucapan Acasha."Sampai kapan kamu akan berdiri seperti ini di depanku?? Kamu sengaja pamer, ha? Ah, terserahlah! Aku tidak peduli. Aku mau mandi!" seru Acasha kemudian mengambil langkah cepat, lalu membanting pintu kamar mandi dengan keras.Demian yang masih belum menyadari letak kesalahannya, malah memiringkan kepala dengan gurat kebingungan."Memangnya apa salahku? Dia yang berteriak histeris seperti kaget melihat sesuatu yang menakutkan, makanya aku di sini melindungi dia. Kenapa dia malah marah-marah
Read more
26. Salah Mengira
"Acasha, it's okay. Kamu tidak perlu sungkan. Kami sudah biasa berbagi pekerjaan, termasuk membereskan meja makan. Jadi, sekarang pergilah bersama Demian. Oke?" bujuk Chesy membantu menenangkan sang gadis keras kepala."Chesy ...." gumam Acasha malah memasang wajah cemberut. "Sebenarnya, bukan itu maksudku. Aku hanya ingin menghindari Demian. Kenapa kamu malah semangat mendukungnya seperti ini? Apa yang harus aku lakukan?" lanjut Acasha dalam benak."Sebagai gantinya, kalian bisa mengajakku makan bersama. Entah itu sarapan, makan siang, makan malam, atau apa pun itu. Bebas. Bagaimana, Acasha?" imbuh Chesy berusaha meluluhkan hati Acasha dengan tatapan manik cokelat yang berbinar.Acasha memejamkan pelupuk sesaat sambil menghela napas panjang. Ia pun menatap Chesy, lalu mengangguk pasrah. "Baiklah, aku menyerah," ungkap sang gadis disambut senyuman lebar pria bermanik biru.Akhirnya, mereka berdua meninggalkan Chesy seorang diri di dapur. Chesy terus memperhatikan kedua p
Read more
27. Mencari Selimut
Tidak mendengar sahutan, Acasha kembali berucap, "Apa ada seseorang di sana?" Namun, selang beberapa saat menunggu, Acasha tak kunjung mendapatkan jawaban."Hmm. Apa aku salah lihat, ya?" gumam Acasha, menajamkan penglihatan. Ia pun melangkah pelan mendekati pintu kamar yang sempat dilewati sekelebatan hitam.Kurang beberapa langkah saat Acasha hampir sampai di depan pintu, tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya dari belakang. Sontak Acasha terkesiap. Ia berbalik sekaligus melompat dan menjaga jarak sebagai sikap perlindungan diri."Pfft. Hahaha. Maaf, sudah membuatmu terkejut!""Ahh ... Ternyata kau, Chesy," lega Acasha melihat wajah wanita cantik yang dikenalnya seraya mengelus dada."Apa yang kamu lakukan malam-malam di sini? Kenapa jalan mengendap-endap begitu?" tanya Chesy, berhasil memergoki seekor kucing pemberani tengah gagal mengintai mangsa dalam kegelapan."Aku melihat bayangan hitam di sini. Kupikir itu seseorang, jadi aku mencoba mendekatinya. Tapi, kau
Read more
28. Perubahan Sikap Demian
Acasha menggeliat di atas ranjang, merenggangkan setiap sendi tubuhnya yang terasa kaku setelah berpetualang di alam mimpi. Ia menoleh ke samping, menatap sofa yang sudah kosong bersama bantal dan lipatan selimut tertata rapi."Dia sudah pergi?" batin Acasha, melirik jam dinding masih menunjuk pukul tujuh. "Tapi, ini masih terlalu pagi. Ah, mungkin dia sedang sarapan. Lebih baik aku segera menyusulnya," lanjutnya kemudian bergegas menuju ruang makan.Benar saja. Setibanya di ruang makan, Acasha melihat Demian dan Chesy tengah sibuk membereskan piring dan gelas kotor dari meja makan."Ah, sepertinya aku terlambat," gumam Acasha seketika menarik perhatian Chesy."Oh, Acasha! Sepertinya tidurmu sangat nyenyak," celetuk Chesy sebelum beranjak menuju wastafel."Sepertinya begitu," sahut Acasha melirik pria yang sedang mengelap meja."Pagi, Acasha! Duduklah!" sapa sang pria tampan yang merasa diperhatikan. Ia menarik satu kursi dan mempersilakan Acasha."Eum, aku mau
Read more
29. Sikap Aneh Demian
Namun, harapan Acasha tidak berjalan sesuai keinginan. Ketika di kamar, Demian tidak banyak bicara, menatap saja pun tidak. Ketika di mobil, Demian duduk sangat tenang di samping sopir. Hanya Chesy saja yang sesekali berbincang dengan Acasha. Lalu ketika di kantor, Demian yang lebih senang memberikan instruksi langsung pada Acasha justru mengirim surel mengenai pekerjaan dengan kalimat sangat singkat, jelas, dan padat. Ia juga hanya berkomunikasi langsung dengan sekretaris umum beserta staf lainnya."Ughh ... sabar, Acasha. Sabar .... Orang sabar disayang Tuhan," gumam Acasha ketika menyiapkan setumpuk laporan yang diminta Presdir tampan yang sedang dalam mode dingin itu."Dia memang sengaja membuatku bekerja tanpa henti rupanya," batinnya sambil terus sibuk di depan layar komputer.Tanpa sadar, manik violet Acasha melirik jam di ujung layar. "Ah, sebentar lagi jam makan siang. Aku akan menanyakan tempat di mana dia ingin makan," batinnya lagi.Acasha pun bangkit dari du
Read more
30. Teganya Anda
Sebuah kotak makan berukuran besar, sebotol air mineral, dan segelas cappucino panas. Oh, terselip secarik kertas di sana. Acasha mengambil dan membuka kertas tersebut."Selamat lembur dan menikmati makan malam Anda. Catatan : harus dihabiskan," gumam Acasha membaca tulisan tangan dalam kertas tersebut. Sontak Acasha meluncurkan tatapan tajam pada Demian sambil meremas kertas dalam genggaman hingga lumat membentuk gumpalan kecil."Setelah pergi seharian, dia kembali dengan memberiku makan malam untuk lembur? Sangat perhatian," batin Acasha, melemparkan gumpalan kertas yang sangat kecil tepat ke tempat sampah.Kekesalan memenuhi ruang hati sang sekretaris sampai ingin memberondong Demian dengan berbagai pertanyaan dalam benak. Namun, keinginan Acasha terpaksa harus ditunda saat ia merasakan lambung kosongnya yang mulai meronta."Hah ... baiklah. Daripada merasa kesal, bukankah lebih baik bila aku berterima kasih dan memakannya?" batin Acasha setelah mengurungkan niat buru
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status