All Chapters of Kelahiran Kembali: Chapter 81 - Chapter 90
90 Chapters
81 Mencekik
Sebelum Bing bin mendekat, Li xiao lebih dulu maju. “Eits, tenang kau kebagian kok." Mengangkat tangan, ibarat menepuk angin. "Yah, seorang pria kebanggan keluarga Lu, Kakak memang hebat, tapi orang hebat tidak mengaku hebat. Di luar sana, jauh lebih hebat darimu berkeliaran. Jadi, jangan memaksakan diri, bila gagal dalam pencapaian, lihat lah aku. Belum menjadi kultivator tingkatan manapun, so~ mau tanya, gimana rasanya … tiap hari latihan. Heh," senyum miringnya, menggelitik bagi Bing bin. Li xiao terus menyecar, "Belum bisa menambah ranah dan meningkatkan level? Yah, aku tahu kegagalan, tapi aku belum merasakan kegagalan dalam mencapai ranah di suatu level.” Darah Bing bin memuncak, langsung mencekik Li xiao. “Diam, atau kau mati! Beraninya sampah sepertimu mengutukku, apa kau pernah memecahkan ranah atau naik level? Sebelum kau melewati hewan kontrakku. Mendinh kau diam!”Leher tercekat, cengkramannya begitu kuat. Darah merah berkumpul di wajah Li xiao, kini membiru legam. Sepen
Read more
82 Mengawasi Nona Keempat
Tepat saat membuka pintu dapur, mendengar sebuah rencana besar. Di dalam ada Ming yi, menyuruh 3 dayang untuk merampok Li xiao ketika keluar. Ternyata oh ternyata, ketahuan sering keluar masuk lobang anjing. Ming yi tersenyum, rencana siap dilaksanakan. “Ketika sampah itu keluar, beritahu padaku. Tutup lobang anjing, pastikan ayahku ada di rumah. Saat dia kembali, hehe tidak ada jalan di belakang." Menebar senyum. "Dia harus menggunakan jalan utama, saat itu langsung disidak Ayah. Hahaha, keadaan di luar, aku sendiri tangani. Cukup, kalian awasi Nona Keempat, laporkan padaku setiap pergerakannya. Kau, siapa namamu?” Menatap satu dayang kecil baru.“Sa-saya, Guliu.”“Heh, tidak perlu tegang, awasi dia untukku, kalian bedua cepat jaga lobang anjing. Biasanya sampah itu keluar malam. Kalau Ayah tahu, anak gadis keluar malam menyamar sebagai pria. Pergi ke tempat gelap-gelap, hehe. Aku tidak sabar menantikan drama.” Ming yi meremas tangan. "Tadinya aku cuek, tapi kau sendiri melempar b
Read more
83 Kedai Manis Seteguk
Di kedai teh. Semua redup, penerangan setitik lilin yang diperlukan. “Ini kayak film mafia aja, gelap-gelapan,” mendesis. Menunggu barang yang dipesan. Karena di kedai ini, bukan kedai teh biasa. Setiap pelanggan harus memesan teh, sebagai kode. Pas teh dihidangkan, barang siap diperjual belikan. Teh habis, saatnya pembayaran, kedua belah pihak setuju menjual ataupun membeli. “Apa teh ini enak, menurut Tuan?” tanya seorang pria tua, wajahnya sedikit cerdik. Li xiao meneguk, tidak ada rasa istimewa, menatap lawan bicara. Samping cangkir, terdapat ukiran tulisan tangan menggunakan air teh di meja, menuliskan. Mau bayar sekarang? Sontak, Li xiao menyemburkan teh ini. Fhuhu! Puih, ternyata buat nulis bukan minum! 'Sial, kukira teh diminum, ternyata di celup pakai telunjuk, terus nulis di meja. Bangsat!’ menyumpahi dalam hati, sambil mengelap bibir. “Eegh, hem, rasanya enak, saya siap menghabiskan.” Pelayan mengerti, mengedip ke tukang teh belakang. Dia mendekat, membawa kotak hita
Read more
84 Apel Hitam
Selang dua kunyahan, Li xio merasa ada yang mengikuti, selepas dari Kedai Manis Seteguk. Fokus di makanan dulu, nanti siap bertarung. Menebak, palingan dia datang menghajar dirinya. Maka mengisi perut prioritas utama. "Hehe, sekaligus aku mengasah kemampuanku sampai mana. Kakak Ketiga, terima kasih, akhirnya uangmu tidak sia-sia dikeluarkan. Tentu aku memanfaatkan kesempatan ini.”Pede pada kemampuan yang telah berlatih. Bila kepepet, pasti ada ribuan cara digunakan. Bukan Li xiao namanya, kalau tidak menyiapkan cadangan rencana di cadangan rencana.Selesai makan, pergi pulang. Di pintu keluar, terhenti ketika melihat kereta super mewah. “What! Apa dia mas berjalan?” meninjau seorang wanita turun. Menggunakan aksesoris sangat-sangat banyak. Seorang wanita turun dari kereta, dua dayang menemani kiri-kanan. “Nona, kita harus pulang setelah kunjungan. Di sini, tidak baik, eee … bukan hal bagus seorang wanita masuk ke tempat begini.” “Diam, aku mau lihat-lihat, kau pergi saja, aku bisa
Read more
85 Permata Biru
Lantas mengeluarkan barang dari balik baju. “Nona, ini yang harus Nona cantik miliki. Untung ada saya, kalau tidak.” Menggeleng, seolah merasa sedih. Mengeluarkan satu manik permata berwarna biru muda.Ruying maju, meraih. Li xiao mundur mengucapkan. “Maaf, barang ini tinggal satu, ada yang mau beli. Saya menjualnya 20 tael emas.” ‘What?!’ Xia yu tidak tinggal diam, mencakar di otak Li xiao. Mereka bertiga berkomunikasi.‘Diam! Aku mau jualan, cepat yakinkan dia mau beli batu murahan atau mahal ini. Aku gak tau juga, kucuri dari Nian!’ Adiknya. ‘Gila kau, menjual barang begitu mahal, mana pula barang curian!’ Xia yu habis pikir, akan tuannya.Jiu feng memang harus mempelajari terus menerus kepribadian tuannya. Agar tidak terkejut lagi dan lagi. ‘Master, aku kira mau menolong, eh ternyata mau menodong.’‘Sust, diam kalian, uang ada— kalian juga suka! Siapa yang bayar makanan kalian?’ Mereka diam, kembali normal.“Baik, akan kubayar— berapapun aku mau, apa tidak tambah lagi?” Ruying
Read more
86 Tertangkap
Ada sekelompok orang, mengelilingi gerbong kereta. Dua dayang, sigap mendekati Ruying. "Nona, cepat masuk, di sini bahaya." Lebih ke memaksa masuk. Ini adalah pertunjukan bagus. Melirik ke belakang sekilas. "Kalian pulanglah, biar aku yang urus." Melambaikan tangan.Dua dayang tersenyum lega, akhirnya ada yang menolong dari sekelompok berbaju hitam. "Ayo, kita pergi biarkan Tuan Lio menangani ini.” Ruying enggan meninggalkan. "Tunggu, dia … dia, sendirian apa bisa melawan mereka sem–" Bugh! Pukulan mendarat di pundak Ruying, dayang sebelah kanan memberi hormat sebelum pergi. "Terima kasih Tuan, saya mengingat jasa Tuan. Ketika hamba kembali, akan membawakan hadiah untuk Tuan dan membicarakan pertolongan Tuan." Bangun dari bungkukan, melompat ke dalam kereta.Sekelompok pria berbaju hitam tidak mengejar, mereka bukan targetnya. Pria paling tinggi maju tiga langkah, auranya cukup mencengkam. "Hahah, tiba ajalmu Nona!" Mengangkat tangan kanan, sedetik dikepalkan. Memberi isyarat maj
Read more
87 Pria Cacat, Mau Ikut Campur?
Meremas dada.“Aghh! Berhenti sialan!” teriakan membana.Tidak mau selesai, malah tersenyum lebih genit. Tubuh Li xiao menggigil, mulut merapat, memberi tatapan menajam ke pria berkulit gandum.Ingin memotong tangan kotornya. ‘Sial, tunggu aku lepas. Kuputuskan tangan menjijikanmu!’ kutukan hatinya. Namun apa daya, keluar dari jaring tidak bisa, hingga telapak tangan menghitam gosong. Keringat dingin, mulai menitik ke dahi. Kumis palsunya, terlepas ulah keringat ketakutan, siap mendatangkan masalah besar. Pria gandum, semakin tertawa dan mengulangi lagi. Malahan, menjulurkan kedua tangan berbelulang melepas baju Li xiao. “Haha, kita lihat apa yang ada di sini.” Puih! Meludahi, mata melotot tajam. “Cuih! Kuperingatkan, jangan lakukan hal diluar kemampuanmu!”Menghindar, pria ini semakin marah, meluapkan tamparan sekali.Plak!“Sampah ini, rupanya tidak mau di lembutin? Heh! Lebih suka di kasarin? Baiklah!” Mengusapi air liur di pipi kiri. Memaju, auranya lebih mengintimidasi, dua t
Read more
88 Salah Mencari Mangsa
“Awas!” Maju, menghadang. Yushen membalikan kursi— cukup satu untasan tangan, dua pria terjatuh. Li xiao terkesima, entah seberapa kuat pria ini?Terpaku dengan kekuatannya, tapi kekesalan dan kejijikan di hati jauh-jauh-jauhhh lebih besar. Mengenali pria berkulit gandum, hampir … hampir melihat aset paling berharga.“Dasar pria lumpuh! Mau ikut campur saja!” Meremehkan, sesaat bangkit, siap menyerang.Swesssh! Selendang mengelebat cepat.“Akhh!”Sebelum tegap berdiri, teman sampingnya kembali terjatuh. Memegangi leher, menguraikan darah segar. Dua tangan bergetar, tidak mungkin. Rupanya salah mencari mangsa. “Si-si-siapa kamu?” suara terbata-bata. Mundur dua langkah, pupil bergetar ketakutan. Aura Yushen semakin pekat, mengambil pedang di bawah. Tanpa omong, membunuh pria tadi, dia selanjutnya. Memegang pedang, memandang ke depan. Mengingat, begitu jijik! Ingin mencabik-cabik sebelum dibunuh. “Terlalu baik, mengirimmu dengan satu tebasan.” Menyeringai, ain mengutuk, pedang terang
Read more
89 Kereta Pangeran Kesembilan
Seluruh keluarga Lu, siap mengadili kesalahan Li xiao. Meng yi paling antusias, sekaligus kesal mengapa masih selamat? “Kakek, lihat dia,” menunjuk. “Kenapa bisa pulang malam?”Lu San Tu memandang penuh, mencoba memberinya pembelaan. Sebelum bisa, dipotong Lu Nian. “Sudah jelas, melakukan perbuatan ‘tak senonoh!”Sang ibu segera meralat tuduhan, “Tunggu, tanyakan lebih dulu. Xiao er, sini.” Penuh lembut memapah masuk.Semakin Li xiao diam, mereka lebih penasaran. “Lihat, aku diantar siapa?”Bing bin mencemooh, “Kereta? Memang, siapa yang mau menampung wanita sepertimu?” Menggeleng, diikuti senyum meremehkan.Kereta belum menghilang sepenuhnya. “Itu saja tidak tahu, apa harus memberimu mata lagi? Atau, menghilangkan mata itu?” Mendengar ucapannya, serasa umpatan. Menambah kekesalan. “Heh! Palingan, pria hidung belang yang menod—agh!”Plak!Tamparan sopan, “Tutup mulutmu! Lihat baik-baik. Siapa yang punya tandu bersimbol singa emas?” Lu san tu, menekankan lambang kereta. Meskipun jarang
Read more
90 Membeli Artefak
Menarik sekuat tenaga!Menghindar ke kiri, mengangkat tangan, jijik disentuh. “Bedebah, hari ini biar aku yang menghukummu!” Sring!Dua jarum emas turun di ujung kanan jemari mungilnya, memutar sekali lempar!Jarum melesat maju, kecepatannya tidak bisa diimbangi mata si gendut. Menancap dua betisnya. “Aghh!”Merunduk, dua tangan menumpu tubuh, kalau tidak— sudah berguling di tanah. Si hitam mendekat. “Kamu kenapa? Cepat bangun!”“Kakiku, sakit! Gak bisa gerak!” Mengusapi dua kaki di balik hanfu coklat. Temannya mengikuti rabaan tangan gemuk. Mencoba mencari akar permasalahan di kaki.Merasakan ada yang ganjal, “Agh!” Tidak bisa dicabut, terlalu sakit. Jarum emas tertancap sepertiga, panjangnya setelunjuk. “Wanita gila, kau tidak tahu siapa ayahnya?” Tidak peduli! Jangankan ayah si pria gendut seorang wakil biro jasa hukum tingkat 3. Bahkan, anak kaisar pun tidak melepaskan begitu mudah.Menyilangkan tangan, bibir kiri meninggi dengan sedikit senyum. “Owh! Kata terakhirmu?” Li xiao
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status