All Chapters of RENATA DAN SAMUDERA BIRU: Chapter 21 - Chapter 30
111 Chapters
21. Pagi Yang Tercemar
Hari masih gelap saat Renata terbangun oleh suara-suara dari kolam renang. Matanya memicing menatap benda kotak di atas nakas, pukul empat.Siapa yang memakai kolam renang sepagi ini?Renata mengerjap, bersila di atas kasur mengumpulkan kesadaran, setelah lengkap beranjak menuju balkon.Udara dingin membuatnya buru-buru memeluk lengan.Di tengah kolam renang tampak Samudera Biru berdiri tegak di atas air. Melakukan beberapa gerakan lembut seperti menari. Perlahan gerakan-gerakan itu semakin bertenaga dan cepat, menimbulkan riak-riak besar di bawahnya.Ia bertelanjang dada, mengekspose tubuh kokoh yang tanpa cela. Celana sutra hitam panjang melekat sempurna di pinggangnya yang ramping.Kulit halusnya tampak berkilau dalam siraman cahaya lampu, sementara rambut legamnya terlontar anggun bersamaan dengan keringat yang meluncur perlahan seperti sungai-sungai pegunungan.Begitu indah, kuat dan seksi.“Glek,” tanpa sadar
Read more
22. Kemustahilan
Rama berjalan terseok menuju ruang kerja. Di belakangnya Renata tertawa dan terus bergerak seperti kutu loncat.Ratansa yang melihat tak bisa menahan tawa sementara Samudera Biru hanya melirik geli.“Hei, aku berhasil,” Renata menepuk meja.“Benarkah?” Samudera Biru menutup buku dan menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi.“Tentu saja, lihat baik-baik.”Renata mulai memamerkan hasil latihannya.Samudera Biru memberi kode pada Ratansa untuk maju.Peri tampan berwajah dingin itu menjura lalu bergerak cepat berusaha menjatuhkan Renata dengan berbagai cara.Wajahnya sedikit memucat ketika semua usahanya gagal total. Beberapa kali ia malah sedikit mengernyit menahan sakit akibat berbenturan dengan tulang kering Renata yang terlihat kecil dan rapuh.Rama menyeringai puas, sedikit merasa lebih baik melihat ekspresi Ratansa.“Bagaimana? Aku hebat kan?” Renata menyombong,
Read more
23. Siluman Seribu Tahun
Renata meraih tisu, mengelap wajah secara sembarang lalu menatap sekitar. Baru menyadari ternyata tak ada orang lain di toilet yang luas itu.Tanpa menunggu lama ia bergegas membuka pintu namun terkunci.“Oh ayolah, jangan sekarang,” gerutunya lalu membuka ponsel, menghubungi Samudera Biru.“Halo, kau di mana? Tolong aku, pintu toilet di sini rusak,” cerocos Renata saat tersambung.“Aku sedang buang air besar.”“Ck, peri juga buang hajat?”“Hei, kau pikir peri tidak punya sistem metabolisme, kau pikir ....”“Ada makhluk dengan energi sangat besar, aku sedikit takut,” potong Renata cepat.“Oh, itu hanya siluman seribu tahun. Tidak apa-apa, hadapi saja, tuttt ... tuttt ... tuttt.”“Dasar peri sialan!” Renata menggeram kesal.Di belakangnya suhu sudah berubah menjadi sangat lembap dan pengap.“Tess ... tess ..
Read more
24. Pedang Giok Perak
Renata mencelat ke arah sebongkah batu besar.Makhluk itu berseru kaget lalu melesat, berusaha menyelamatkan namun gagal karena sesosok bayangan putih keperakan telah lebih dulu menyambar dan membawa menjejak tanah dengan hati-hati.“Kenapa lama sekali?” lirih Renata penuh rasa lega melihat wajah penyelamatnya.“Maaf, tadi sedikit mulas.”Samudera Biru dengan wujud aslinya tersenyum, menyeka darah yang meleleh dari hidung dan mulut Renata. Hatinya berdenyut, merasa bersalah karena sudah berbohong.Yang sebenarnya adalah ia sengaja membiarkan Renata bertarung. Tujuannya apa lagi selain menggembleng kemampuannya. Namun siapa nyana ternyata pertempuran akan menjadi seserius ini.Menilik sifat flamboyan siluman itu Samudera Biru yakin jika dia tak akan pernah bersikap keras pada seorang gadis, tapi ternyata kali ini berbeda, Renata mampu mendesak hingga ke batas toleransinya.Seharusnya Samudera Biru senang rencana
Read more
25. Fly With Fairy
Renata menatap lurus jasad kasarnya yang terbaring tenang di ranjang besar.Sesaat setelah rohnya dibawa paksa, Samudera Biru segera memerintahkan Lucas untuk membawa tubuhnya pulang ke mansion.Perasaan aneh hinggap tanpa diminta berbarengan dengan rasa asing, bingung dan tak percaya. Apakah mereka yang mati merasakan hal seperti ini juga?Renata menggeleng kuat, mengusir pemikiran konyolnya jauh-jauh. Samudera Biru yang melihat tersenyum.“Kelak kau akan terbiasa,” ucapnya lembut.“Terbiasa?”“Ya, kau pemilik jiwa lotus. Rohmu bisa keluar masuk dengan mudah tanpa perlu menguasai ilmu apa pun lagi.”“Begitu ya,” Renata meringis.Samudera Biru mengangguk. “Cepat masuk, rohmu masih belum bisa terlalu lama berada di luar tubuhmu.”“Caranya?” tanya gadis itu bingung.“Tinggal masuk saja.”Samudera mendorong Renata mendekat ke a
Read more
26. Wanita Yang Terikat Dengan Laut
‘Sejauh apa kita pergi, tanah, air dan udara di mana kita lahir selalu punya cara untuk memanggil pulang’Pulau kecil itu sangat indah dan bertabur cahaya matahari tenggelam. Karang dengan ceruk-ceruk dalam dan tumbuhan khas pantai terpahat anggun di sekitarnya.“Apa ini raja ampat?” tanya Renata sambil melepas helm. Pasir putih menyapa kaki kecilnya saat turun dari punggung Samudera Biru.“Pulau ini tak bernama, tak ada dalam peta dan tak bisa dilihat oleh manusia biasa.”“Maksudmu pulau gaib?”“Bukan, hanya pulau bertuah,” jawab Samudera Biru sambil meniup helm, menyingkirkan benda bulat itu entah ke mana. “Sagara, kau tahu dengan baik pulau apa ini bukan?”Hyang Sagara mengangguk membuat Samudera Biru tersenyum sinis.“Dan kau percaya wanita itu tak memiliki kekuatan apa-apa? Ck, sepertinya cinta membuatmu tumpul.”Hyang Sagara meringis pasra
Read more
27. Tenung
“Trakk!!”Tusuk rambut terlepas dari genggaman, patah terhantam gelas perak aromaterapi.Cyrila menoleh, menatap nyalang Samudera Biru dan Hyang Sagara yang sudah berdiri di sudut kamar. Ia menggeram, kembali menyerang Renata dengan tusuk rambut lain namun gagal karena Hyang Sagara sudah lebih dulu berkelebat, memukul lengan dan dadanya hingga terhuyung.“Sadarlah!” teriak lelaki itu sambil  menotok beberapa bagian tubuh Cyrila hingga tak leluasa bergerak.Samudera Biru biru melangkah tenang menuju tepi ranjang, mengeluarkan botol kristal kecil lalu menyentuhkan dua jari ke kening Renata. Asap sangat tipis mengepul dari hidung gadis itu, masuk ke dalam botol secara perlahan.Setelah menutup botol Samudera Biru menatap lembut Renata yang mulai terjaga.“A ... apa yang terjadi? Dia kenapa?” tanyanya bingung saat melihat Cyrila yang melotot dengan pupil seputih kertas.“Terkena tenung dan me
Read more
28. Melepas Kutukan
Aroma masakan menyebar ke penjuru rumah. Renata dan Cyrila tampak sibuk membuat sarapan. Tak ada kecanggungan di antara mereka seolah malam tadi tak pernah terjadi apa-apa.“Dapurmu sangat lengkap,” puji Renata melihat peralatan masak dan stok bahan makanan yang tersedia di sana.“Sebulan sekali aku keluar untuk berbelanja,” jelas Cyrila menjawab nada heran yang terselip dalam kalimat Renata.“Kau benar-benar berbelanja sendiri?”“Hanya mataku yang buta, keterampilanku yang lain masih bagus.”Renata mengangguk-angguk. Benar, bagaimanapun Cyrila bukan wanita biasa.“Nona Renata, maaf untuk kejadian semalam.”“Tidak, seharusnya aku yang meminta maaf karena sudah menyeretmu ke dalam bahaya.”“Bisa melakukan sesuatu untukmu dan Tuan Singgih adalah sebuah kehormatan. Hanya saja ternyata aku tidak cukup kuat, aku sangat menyesal.”“Sudahl
Read more
29. Pertukaran
“Aku belum mau mati!!”Renata berteriak panik saat mereka terlempar keluar dari sampan yang menukik ke tengah pusaran.“Tidak akan! Kau dilarang mati sebelum menikahiku!”Samudera Biru membalas. Ia menyambar tubuh Renata yang tampak kesulitan menahan gravitasi.“Yaa!! Aku juga tidak mau mati dalam keadaan jomblo!!”Renata membelit Samudera Biru, melingkarkan sebelah lengan di lehernya dengan mata terpejam, menahan ngeri melihat inti pusaran yang seperti tak memiliki dasar.“Aku akan menagih ucapanmu!”Samudera Biru tertawa, memeluk pinggang gadis itu erat.“Kalian sungguh tidak tahu situasi!” rutuk Hyang Sagara sambil menatap Cyrila yang berada jauh di depannya.Beberapa menit kemudian, saat sensasi berdebar jantungnya menghilang, saat wajahnya tak lagi merasakan terpaan angin Renata membuka mata.Ia terlongong.Mereka kini berdiri di tepi pantai b
Read more
30. Gerbang Lotus Utara
Samudera Biru menatap Renata yang termangu.Sejak meninggalkan istana duyung, gadis itu belum bersuara sama sekali. Bahkan, saat mereka melewati pintu keluar berupa dinding air setinggi puluhan meter, ia tetap diam. Padahal biasanya selalu antusias jika menemukan hal di luar nalarnya.“Aku tak menyangka Ratu Elaine meminta ekstrasi darah ibumu,” ucap Hyang Sagara mencairkan sepi.Samudera Biru hanya menyeringai.“Padahal dia sudah sangat cantik, awet muda dan berumur panjang. Apa itu masih kurang?”“Dia ingin abadi,” jawab Cyrila sembari tersenyum.“Ck, apa bagusnya hidup abadi? Melihat dunia terus berubah, ditinggalkan orang terdekat satu per satu. Bagiku itu sebuah siksaan.”“Tidak semua memiliki pemikiran yang sama dengan Anda, Pangeran,” balas Cyrila tenang tapi cukup menohok, membuat Hyang Sagara terdiam.Renata yang mendengar hanya menarik napas. Ternyata beberap
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status