39. Penjual Jiwa
Suara peluru mengoyak daging terdengar begitu jelas membuat semua orang terpaku.Sopir taksi berdiri menyeringai sambil memegang pistol. Dengan brutal kembali menembakkan peluru berulang kali.Kejadian itu terlalu cepat hingga Renata yang masih shock tak mampu berpikir kritis.Sesaat lagi timah panas akan kembali menembus tubuh Lintang Timoer tiba-tiba angin dingin menerpa. Seluruh peluru luruh ke tanah sementara sang sopir taksi terjungkal keras, muntah darah kemudian pingsan.Di depan Renata berdiri Ratansa dengan wujud perinya.“Anda tidak apa-apa, Nona?” tanyanya datar.“Aku tidak apa-apa. Dia tertembak, kita harus membawanya ke rumah sakit,” sahut Renata panik karena Lintang Timoer mulai kehilangan kesadaran.“Baik, Nona.” Rei, asisten Lintang Timoer menjawab. Berpikir jika Renata tengah berbicara padanya.Renata hanya mengangguk, tak ingin meluruskan dengan siapa ia bicara. Mereka berge
Read more