All Chapters of Petaka Mendua: Chapter 11 - Chapter 20
110 Chapters
Pendarahan
Petaka MenduaPart11"Bismillah walhamdulillah was sholaatu wassalam'ala Rasulillah," ucap Pak Ustadz."Talak saat hamil itu sah, hanya saja masa iddahnya berakhir saat wanita itu melahirkan."Mas Yusuf terdiam, namun ia menatap nanar kearahku."Bagaimana Nak Yusuf? Apakah itu cukup membantu?" tanya Ustadz."Iya Ustadz, terimakasih!" ucap mas Yusuf. "Makanya Suf, jangan marukloh! Istri cantik model si Karin disia-siakan, heran." Lagi-lagi Bu Daung kembali menyerang mas Yusuf, dengan kata-kata pedasnya."Aaaaa ...." Terdengar suara teriakan dari belakang, Ibu berdiri dari duduknya, dan berlari kecil menuju ke belakang. Aku dan Ummi pun menyusul Ibu."Astaghfirullah," lirih Ummi, melihat Aisya pingsan. Sepertinya ia terpleset, ketika menuju kamar mandi.Ibu memeluk Aisya, sambil terisak. Sedangkan Ummi kembali ke dalam memanggil mas Yusuf. "Ra
Read more
Lamaran
Petaka MenduaPart12Aku beristirahat di kamar, ditemani Ummi, yang memilih untuk menginap di rumah Bapak."Apa ini? Nak." Ummi bertanya, sambil memegang kotak kado, yang diberikan Mas Alif tadi kepadaku."Kado Umm, belum lihat isinya!" sahutku ramah, sambil menyibak seprei, menyiapkan tempat tidur untuk kami beristirahat.Ummi meletakkan kembali, kemudian menyusulku untuk merebahkan diri. Aku sengaja tidak ingin membukanya sekarang, menjaga perasaan Ummi."Karin, kalau kamu menikah lagi, Ummi tetap bisa kan nemuin kamu, dan cucu Ummi nantinya!" kata Ummi, dengan raut wajah sendu.Aku bergelayut manja di lengan Ummi. "Ummi, sampai kapanpun juga, Ummi tetap kesayangan Karin. Ummi bebas mau datang kapanpun, Karin akan selalu menyambut kedatangan Ummi dengan senang hati." "Terimakasih, anakku. Meskipun Yusuf menyakiti hati Karin, Karin tetap membuka hati buat kami, sekali lagi makasih ya, sayang," ucapnya Ummi dengan nada serak."Sudah ih, jangan sedih- sedih begitu! Nanti cucu Ummi ceng
Read more
Sakit
Petaka MenduaPart13"Apa?" sahut kami secara bersamaan."Yusuf serius," kata Mas Yusuf lagi."Kamu gila?" pekik Bu Hanum. "Kamu itu sudah memilih Aisya. Dan kini, kamu berusaha meminta Karin kembali? Apakah kewarasan Nak Yusuf ini sudah hilang." Ibu Hanum berkata dengan sedikit kesal."Demi buah hati kami, Bu!" sahut Mas Yusuf tanpa dosa. "Saya berjanji akan adil dan tetap mencintai mereka dengan adil pula.""Apa maksudnya? Mereka siapa yang Mas maksud?" tanya suara serak dari muara dapur. Kami semua menoleh ke arahnya."Aisya," lirih Mas Yusuf. "Maaf, mas tidak bisa merelakan Karin, menikah dengan lelaki lain dan membuat anakku, harus memanggil lelaki lain itu sebagai Bapaknya kelak.""Ibu ...." Aisya menjerit pelan."Ibu ..., tolong katakan pada kak Karin, jangan kehamilan dijadikan alasan, untuk merebut hati mas Yusuf!" Terdengar suara lirih Aisya kembali. 
Read more
Ditampar
  Part14Lima belas menit kemudian, Bapak datang, membawaku keluar rumah. Aku masuk angkot bersama Ibu dan Bapak, kami menuju Puskesmas.Jam menunjukkan pukul dua belas siang, anakku lahir.Bayi dengan jenis kelamin perempuan itu lahir  sehat dan cantik.Mas Yusuf ternyata juga datang bersama Ummi, Abah dan tentunya juga ada Aisya.Ia tersenyum sumringah, menyambut bayinya dari tangan Bidan.Dengan khidmat, mas Yusuf mengadzani anak kami. Aisya diam membeku, melihat rona bahagia yang terpancar dari wajah mereka semua. Terutama mas Yusuf, berulang kali ia mencium sayang wajah anaknya.Mereka bergantian menimang anak kami, hanya Aisya yang tidak bereaksi sama sekali, dia diam mematung tanpa suara, mau pun tersenyum."Karin, mas yang kasih nama ya!" pintanya ramah, dengan lengkungan dibibirnya."Silahkan," jawabku tak kalah ramah. Membuat Ibu dan Bapak, serta Ummi dan Abah
Read more
Kecewa
Part15°pov Aisyah°Plakk .... tamparan keras dari tangan Ibu kandungku sendiri, mendarat di pipiku. Ini merupakan tamparan kedua darinya, selama ini ia tidak pernah menyakiti fisikku seperti ini.Aku menatap nanar kearah Ibu, mengapa ia begitu tega menyakitiku, demi membela anak tirinya."Bu, mengapa ibu begitu tega, menamparku, sekeras ini?" tanyaku lirih, sambil mengusap pipiku yang memanas, akibat tamparan keras telapak tangan Ibu."Kamu pantas mendapatkannya! Ibu sangat membenci orang pembual.""Tapi Bu, Aisya capek dengan semua ini, mas Yusuf terus-menerus meminta kak Karin untuk rujuk. Kurang sabar apa Aisya? Apa?" bentakku, seraya terisak-isak.Hati ini teramat sakit, bagaikan terkena pukulan godam, remuk. Ketika melihat suami yang setiap harinya mengucapkan cinta untukku, nyatanya mulai tergoda kembali dengan masa lalunya."Itu resiko kamu! Dulu sudah ibu larang, jangan menikah d
Read more
Mulai menuai
Part16° POV Aisyah°"Rujuk? Mas ...." rasanya sulit kupercaya, mas Yusuf begitu tega berkata seperti ini.Mas Yusuf, ia merespon pertanyaanku dengan sebuah anggukan mantap tanpa berperasaan. Ya Allah, sakit, teramat sakit aku rasakan. Lelaki yang kupikir akan selalu mencintaiku, sehidup sesurga denganku, tidak akan berlaku Setega ini.Nyatanya, ia bahkan tidak sungkan untuk mengungkapkan perasaannya, meski harus menyakiti hatiku.Beginikah perasaan kak Karin saat itu, saat mas Yusuf, dengan lantang mengutarakan perasaannya kepadaku.Ternyata sesakit ini, sehancur inikah rasanya. "Mas, apakah kamu sudah tidak mencintai Aisya lagi?" tanyaku. Setidaknya aku ingin tau, apakah aku masih ada di hatinya.Mas Yusuf memandangku, kemudian ia tersenyum dan meraih tubuhku.Mas Yusuf memelukku. "Mas sayang sama kamu! Hal itu tidak perlu kamu ragukan!" jawa
Read more
Menyerah
Part17°pov Aisyah°"Bu ..., Kenapa sih usil banget sama Aisya," celetukku, sambil menahan debar emosi di dalam dada."Yang usil itu siapa? Hah? Asal saja kalau ngomong!" jawabnya, seraya berlalu. Sedangkan beberapa pasang mata sudah terarah kepada kami. Mas Yusuf melihatku dari kejauhan, namun ia acuh, dan kembali fokus menyantap makanannya."Mas, kumohon jangan seperti ini terus, kembalilah seperti semula. Menjadi laki-laki, yang hanya mencintaiku." Aku berkata dalam hati, sambil menatap nanar punggung mas Yusuf, dari kejauhan.Dulu Bapak dan Ibu, begitu menyayangiku, namun kini, mereka seakan mengacuhkanku. Apalagi Ummi dan Abah, yang memang sedari awal, sudah tidak menyetujui hubungan kami.Aku sedih, setiap kali melihat kak Karin, begitu dicintai mereka. Ummi begitu menyayangi kak Karin, aku ingin di perlakukan semanis itu, tapi Ummi selalu saja judes kepadaku.
Read more
Diculik
Part18^pov Karin^Flashback sedikit. Aisyah kita ganti AisyaSepulang Aisya dan Mas Yusuf dari rumah Bapak, Ibu mendekat ke arahku, ia duduk disampingku sambil tersenyum memandangi wajah mungil Emilia."Nak, apakah kamu benci dengan Aisya?" tanya Ibu.Aku menggeleng. "Biar bagaimanapun, Aisya anak Ibu, yang berarti, adik Karin. Mana mungkin Karin bisa membenci saudara sendiri.""Kalaupun kamu membencinya, Ibu bisa memaklumi, dia adalah petaka dalam rumah tangga kalian," ungkap Ibu, dengan mata mulai berkaca.Aku tersenyum. "Perpisahan kami itu garis takdir, Bu. Aisya hanyalah korban cinta buta mas Yusuf, dia lah orang yang paling bersalah dalam hal ini," jawabku pelan."Tetap saja, Aisya juga berperan dalam hal ini.""Iya, biarkan semesta yang menghukum mereka. Karin selalu berdoa, semoga adik Karin itu bahagia. Dan kembali menjadi wani
Read more
SAH
Part19"Mas ..., aku mohon sadarlah, kamu sudah keterlaluan!" lirihku.Ya Allah, bagaimana jika anakku kehausan, sedangkan selama ini ia selalu aku berikan asi eksklusif."Mas, kasihan Emel, kalau dia haus bagaimana?" pekikku. "Diam ..., buat apa kamu sok-sokan peduli dengan Emelia, nyatanya kamu tetap memilih memberikan keluarga broken home untuknya.""Mas, ini pilihan kamu saat itu, kamu yang terang-terangan menceraikanku! Untuk apalagi kita kembali bersama? Jika nyatanya aku sudah tidak punya rasa.""Rasa itu bisa tumbuh seiring waktu!" jawabnya dingin. "Mas, kumohon pulangkan aku," lirihku."Aku tidak akan rela, kamu menikah dengan si Alif.""Mas, aku juga berhak bahagia, sadarlah! Yang kamu lakukan ini salah.""Aku tidak bisa, tidak akan pernah bisa, melihat kamu menjadi milik lelaki lain.""Egois, kamu jahat, mas." Mas Yusuf tida
Read more
Pengorbanan
Part20Usai makan siang, aku dan mas Alif bersantai-santai di depan etalase toko yang terisi smartphone, dengan harga yang bervariasi, milik mas Alif."Dek, tuh Aisya ...." Mas Alif sambil menunjuk dengan bibirnya, ke arah Aisya yang terlihat berlari kecil dengan mengenakan gamis berwarna maroon serta kerudung warna senada. Ia terlihat begitu panik menuju ke arah toko kami."Kak, Ummi masuk rumah sakit," katanya dengan wajah panik."Seriusan? Kapan Aish?" tanyaku, yang juga mendadak panik."Tadi pagi, Aish tau dari Bu Romlah, ketemu di tukang sayur tadi. Ummi katanya di bawa ke rumah sakit, di kota.""Mas ...." Aku menatap sesaat wajah mas Alif. Mas Alif pun paham dengan pandanganku. "Mas yang akan antar kalian, nanti mas akan minta Danang yang jaga toko. Kamu siap-siap dulu!" ucapnya dengan ramah.Aku mengangguk cepat. "Aish, Kakak siap-siap dulu, kamu tunggu disini? Atau
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status