All Chapters of Destiny About Me: Chapter 51 - Chapter 60
127 Chapters
Bab 51.
Dafa sudah tidak bisa lagi, menolak permintaan Aya untuk pulang ke Indonesia, setelah menghabiskan waktu selama seminggu. Ayana sudah merengek meminta segera pulang, wanita itu sudah tidak betah dan juga sudah sangat rindu negaranya sendiri. Hidup di negara orang, sungguh menyiksa dirinya. Dan saat ini keduanya baru mendarat di bandara internasional Soekarno-Hatta. Jantung Dafa berdetak cukup kencang ketika mereka menuju pulang ke apartemen miliknya, rencana untuk pindah rumah usai pulang dari Inggris, batal. Lantaran pembangunannya belum selesai. Di kerena kan kendala, dari pihak properti. Dafa hanya khawatir, ketika sampai di apartemen, ternyata ada Rama yang sedang berada di sana, Dafa menarik napas berpikir sejenak, seharusnya dia tak boleh tkut dan khawatir, ia tak boleh menjadi pria lemah dan pengecutyang tak bisa melindungi istrinya. Dafa harus bisa menjaga Aya apapun yang terjadi nanti. Ternyata bukan hanya Dafa yang berdebar hatinya, Aya pun tak kalah tegang. Dia belu
Read more
Bab 52.
Hari ini, Dafa sengaja membawa Aya ke tempat restorannya, pukul setengah tujuh ia sudah keluar dari apartemen. Mencegah Aya bertemu dengan Rama, tiba di restoran Dafa menggandeng istrinya ke arah dapur. "Selamat pagi_" sapa Dafa sedikit berteriak. Semua karyawan tersebut menoleh, seketika berdiri tegak memberi hormat pada atasannya. "Selamat Pagi. Pak Dafa," kompak mereka menjawab. "Selamat ya Pak, bisa mendapatkan penghargaan, Pak Dafa memang chef terbaik." ucap Yeni salah satu karyawannya. "Terima kasih, ini juga berkat doa dan dukungan dari kalian,""Baiklah, untuk merayakannya. Saya berniat untuk membuka restoran hari ini, setengah hari saja. setelah itu, kalian boleh pulang. Karena besok saya ingin mengajak kalian liburan ke pulau seribu, satu hari full di sana." "Jadi pagi ini, kalian harus semangat bekerja hingga siang nanti, Oke. SEMANGAT!!" Dafa sedikit berteriak sambil bertepuk tangan, memberi semangat pada seluruh karyawannya. Tentu mereka senang, mereka bergegas me
Read more
Bab 53.
Memastikan Rama sudah pergi, Dafa mendorong pelan tubuhnya, sedikit menunduk memastikan kondisi sang istri. "Dia sudah pergi, sayang. Kamu nggak apa-apa kan?" Masih sedikit bergetar, Aya menganggukkan kepalanya. "Mau masuk sekarang, atau nanti." tanya Dafa lagi. Ayana melihat kondisi luar yang sudah sepi. "Kemana perginya dia Mas?" tanya balik Aya. "Nggak tau, tapi dia pergi naik mobilnya.""Kalau gitu, kita masuk aja." putus Aya yang mengajak Dafa masuk ke apartemen. Dafa menurut, ia turun lebih dulu dari mobilnya lalu mengintari mobil tersebut untuk membukakan pintu Aya. Sepanjang perjalanan naik ke lantai atas, Aya tak melepaskan diri dari pelukan Dafa, perempuan itu terus menempel. Ia takut tiba tiba muncul Rama di depannya. Barulah, saat sudah masuk kedalam apartemen, Aya bisa bernapas lega. Dafa mengambilkan air mineral untuk Aya. "Di minum, biar tenang." Aya tak membantah perintah Dafa. Ia segera meneguk air mineralnya hingga sisa setengah. "Maaf Mas," ucap Aya dengan
Read more
Bab 54.
"Saya dan seluruh teman-teman, mau ngucapin terima kasih, Pak. karena Bapak mau mengajak kami liburan bersama," ujar salah satu karyawan Dafa. Mereka sudah selesai menghabiskan waktu di pantai, dan saatnya kembali, kerumah. "Sama-sama, Maaf. Saya ngajak liburannya masih di kota Jakarta aja, tapi kalau kalian kerjanya lebih semangat lagi, dan restoran ataupun cafe kita semakin maju.""InshaAllah, kita akan liburan ke luar kota, bagaimana? setuju?" semua karyawan saling bisik dengan wajah berbinar. "Tentu Pak, kita akan jauh lebih semangat,""Tapi, Pak Maaf. Kalau boleh bertanya? apakah liburan kali ini, gaji kita di potong?" interupsi salah satu dari mereka. "Soalnya, tanggungan kita masih banyak Pak. Hehe_" cengir karyawan yang bernama Bagus. Dafa mengulum senyum, begitu pun Aya di sampingnya, wanita itu ikut tersenyum geli. "Kalian nggak usah khawatir, ini semua saya yang nanggung. Gaji kalian utuh tanpa di potong.""Alhamdulillah_" ucap syukur beberapa karyawan Dafa sambil meng
Read more
Bab 55.
Bugh!Suara pukulan yang di berikan Rama kepada anak buahnya, begitu keras terdengar, sampai sudut bibir orang itu mengeluarkan cairan berwarna merah, orang itu meringis mengusap lukanya. "Kalian memang nggak guna!!" bentak Rama pada anak buahnya. "Maaf Bos, saya sudah berusaha. Tapi belum juga mengetahui keberadaan wanita itu." ucap anak buahnya, menunduk takut. "Banyak alasan! kalian memang bodoh! nggak pernah bisa di andalkan!" sentak Rama. "Mulai hari ini, kalian gue pecat!" tentu orang itu, tidak terima, dan berusaha membujuk. "Jangan bos, beri kita kesempatan lagi. Kita janji akan berusaha, tolong kali ini percaya pada kami." Rama menatap nyalang ke anak buahnya. "Lo pikir gue bego. Lo mau bohongin gue kan?""Nggak bos! saya janji. Besok atau besok lusa saya pasti bisa menemukan wanita itu!" janjinya menundukkan kepala berharap di beri satu kesempatan. Pria bertubuh kekar dan besar itu, sedang membutuhkan uang. uang yang Rama janjikan, membuatnya tergiur.Dia akan terus b
Read more
Bab 56.
"Assalamu'alaikum," salam Dafa, ketika mereka sampai di rumah Tito. "Wa'alaikumsalam," jawab Tito meskipun pria itu belum membukakan pintunya. "Kirain nggak jadi datang," Dafa hanya memberi senyum. Menggandeng tangan Aya, memasuki rumah Tito yang tidak terlalu besar. "Maaf tapi ya, berantakan. Maklum tinggal sendiri,""Gue yang harusnya minta maaf, ganggu lo malam-malam." ujar Dafa tidak enak pada sahabatnya"santai, bro. lagian gue yang minta lo sama Aya di sini dulu untuk sementara,""Aya, lo di sini santai. soalnya nggak ada orang di sini, gue tinggal sendiri. anggap rumah sendiri,""Kalau gitu gue lama-lama di sini nggak masalah dong, atau kalau perlu nyewa deh.""Sembarangan! lo pikir rumah gue kontrakan." sungut Tito kesal. Dafa terbahak kencang, ia hanya berniat mengerjai sahabatnya itu, lagi pula. Ia tidak enak jika bukan karena Rama. Mana mungkin dia menginap di rumah sahabatnya itu, Dafa memutari matanya melihat keadaan rumah Tito, bangunan bercat putih bercampur biru
Read more
Bab 57.
"Baru pulang?" Tito terlonjak kaget, pria itu baru saja masuk kedalam rumah lalu mengunci pintu, namun tiba tiba ada suara di belakangnya. "Bikin kaget aja lo Daf!" sentaknya jengkel sambil mengusap usap dadanya. Dafa mengabaikan Tito, pria itu baru saja dari dapur, membuat secangkir kopi, malam ini ia tidak bisa tidur. "Sampai kapan, lo kayak gini To." ujar Dafa prihatin pada sahabatnya yang tak mau berubah. "Sampai gue bisa, dapetin cewek yang benar benar gue cinta, sama kayak lo yang cinta mati ke Aya!" Dafa menghela napas lelah. Ia menaruh cangkir kopinya di atas meja, memperhatikan Tito yang sudah berbaring di sofa. "Biasanya nggak sampai jam segini?" tanya Dafa, mengalihkan pembicaraan. Dia tau, Tito kurang suka jika membahas masalah tentang perempuan. "Nah itu dia masalahnya," jawab Tito bersemangat, seperti Tito yang sebelumnya. "Kenapa?""Tadi gue ngirimin lo foto mantan suami, bini lo kan?""Ssst!!" Dafa mendelik menaruh telunjuknya di bibir sambil melihat kearah pint
Read more
Bab 58.
"Taruh di sini Pak, yang itu sebelah sini." sepulang dari membeli furnitur, Dafa tampak sibuk. Pria itu membantu Aya memberitahu letak barang yang dia inginkan. "Hush! capek juga ya," ujar Dafa pada dirinya sendiri. Sebuah usapan di belakangnya, membuat pria itu tekejut lalu membalikkan badan, ternyata dia adalah Aya yang menyodorkan air mineral. "Maaf ya, Mas. Aku buat capek," sesal Aya, menatap bersalah pada suaminya. Dafa mengulas senyum, membingkai wajah cantik istrinya. "Kenapa mesti minta maaf, sih! aku nggak apa-apa, namanya juga orang pindahan, pasti ngerasain capek. tapi seru,""Oh iya, aku punya kejutan buat, kamu. Tapi tunggu ya?""Kejutan apa Mas?""Kalau aku kasih tau, bukan kejutan dong sayangku_" greget Dafa, begitu gemas pada Aya. Aya tersenyum malu, memainkan kancing kemeja yang Dafa kenakan. "Jangan di sini Ah, malu di lihat orang." bisik pria itu. Aya mengerutkan keningnya beberapa saat, ketika sudah paham, wanita itu mendelik memukul dada Dafa. "Mas Dafa, Mes
Read more
Bab 59.
"Assalamu'alaikum, " salam Tito saat pria itu masuk kedalam rumah baru Dafa. "Wa'alaikumsalam, " jawab Dafa. "Yah_ kalian udah makan?""Kenapa? lo bawa makanan?"Tito mengangkat kresek hitam di tangan kanannya. "Terus siapa dong yang makanan gue?" ujarnya sedikit kecewa. "Lo sih, nggak ngomong kalau mau bawain makanan, tau gitu kan. Gue nggak order makanan!" kata Dafa yang malah menyalahkan sahabatnya itu. "Mana gue tau kalau lo order," jawab Tito tak mau kalah. Aya melambaikan tangannya memberi kode untuk melerai keduanya. "Udah, Mas. Jangan beratem, makanannya bisa di simpan dikulkas, atau buat mereka yang kerja nyusun di atas. Mereka kan belum makan," usul Aya. "Lo rela nggak? kalau makanannya buat mereka?" sungut Dafa pada Tito. "Relalah, dari pada mubazir,""Kalau gitu sini, biar aku siapin buat mereka," kata Aya menggunakan bahasa isyarat. "Hah?" beo Tito bingung. Dafa terkekeh geli. "Kasih bungkusan itu ke Aya," titah Dafa sambil menunjuk kresek ke arah istrinya. "Oal
Read more
Bab 60.
"Mas, kita nggak kerumah kita lagi? " tanya Aya, yang melihat Dafa masih santai rebahan di sofa. Padahal jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang. "Aku masih capek sayang, tunggu ya." Aya menghela napas. Mendekati suaminya, sepertinya Dafa kurang sehat, melihat raut wajah pria itu. Dafa tersentak, ketika merasakan usapan lembut di keningnya. "Mas sakit?" tanya Aya khawatir. Dafa mengulum senyum, meraih tangan wanitanya, memiringkan tubuhnya agar Aya bisa duduk. "Kepala aku sedikit pusing, aku tidur bentar ya, setelah itu kita kesananya," kata Dafa tak membuka matanya, pria itu justru melingkarkan tangannya di perut Aya, tidak memperbolehkan istrinya pergi. Sedangkan Aya mengusap kepala Dafa lembut, membiarkan prianya tertidur dengan memeluk perutnya, ia memperhatikan pun memang Dafa terlihat pucat, ia menarik napas panjang. Pasti suaminya kelelahan, sepulang dari luar negeri Dafa belum sepenuhnya istirahat. Berhubung sofa di rumah Tito berukuran besar, Aya perlahan menggeser
Read more
PREV
1
...
45678
...
13
DMCA.com Protection Status