All Chapters of Destiny About Me: Chapter 41 - Chapter 50
127 Chapters
Bab 41.
Sudah hampir dua minggu mereka tinggal di kota Inggris, dan dua minggu pula Aya selalu sendiri di apartemen, kadang ia berpikir. Jika tau dirinya sendiri di sini, lebih baik dia tetap tunggal di Jakartalelahnya, mengurus cafe atau restoran. Sungguh ia merasa kesepian dan bosan, Dafa selalu pulang larut malam, tidak sempat mengobrol ataupun membahas pekerjaan, ingin bertanya di pagi harinya. Aya tidak tega, sepertinya memang suaminya itu sedang sibuk. Terlihat dari raut wajah lelahnya. Tapi sampai kapan akan seperti ini, jika terus terusan seperti ini. Dia tidak betah. Malam ini Aya bertekad untuk menunggu suaminya untuk pulang, ia tak boleh ketiduran lagi. Dia sering sekali tertidur ketika menunggu Dafa pulang.Ayana berusaha terjaga ketika jam menujukan pukul sebelas malam, belum ada tanda tanda terdengar smartloockdoor nya berbunyi. Hampir saja Aya ketiduran, namun urung ketika mendengar pintu terbuka. Muncul Dafa yang terlihat melepas sepatunya. "Lho Aya, Kamu belum tidur? "
Read more
Bab 42.
Hari ini Dafa moodnya sedang bagus, sepanjang perjalanan menuju tempat pelatihan. Ia terus tersenyum, menyapa orang orang yang ada di sana. Hari ini dia yakin tidak akan gagal lagi, dia sudah banyak belajar masak masakan Indonesia dari Aya, Dafa bertekad untuk menyajikan makanan yang luar biasa. Dia juga tidak ingin mengecewakan Ayana, wanita itu sudah membantunya banyak, ada rasa sesal dari dirinya tak bercerita dengan Aya dari awal. Mungkin jika bercerita dengan istrinya, dia takkan akan kesulitan dan mendapatkan teguran terus menerus dari sang kepala Chef. "Selamat pagi," sapanya penuh riang. "Pagi," serempak orang orang yang di sana menjawab, namun dengan wajah bingung dan saling pandang."Kenapa dia? mukanya cerita gitu, kemarin masih di tekuk. Apalagi habis kena omelan Kepala Chef." bisik salah satu dari mereka. "Nggak tau, habis menang lotre kali," jawab asal lawan bicaranya lalu terkikik geli. "Ciee,, semangat banget, padahal kemarin dapet ceramah panjang dari kepala Ch
Read more
Bab 43.
Setiap kerja keras, tidak akan pernah mengkhianati hasil, jika kita melakukannya dengan bersungguh sungguh dan penuh semangat. Apa yang di harapkan bisa tercapai, pun yang di alami Dafa, dari hasil kerja kerasnya membuat beraneka ragam makanan Indonesia, semua bisa berjalan begitu lancar. Meskipun mengerjakannya sendiri, tak membuatnya patah semangat, dan ketika mereka mulai merasakan makanannya. Semua terlihat begitu senang, mereka bilang. Masakan Dafa jauh berbeda dari hari sebelumnya, apalagi kepala Chef. "Hmm." beliau mengangguk anggukan kepala sangat menikmati makanan yang sedang dia coba."Masakan yang seperti ini, yang saya rasakan ketika mencoba masakanmu di Jakarta. pertahanan, hingga hari H nanti. Jangan sampai kamu mengecewakan perwakilan negara kita." kata kepala Chef, tangannya tak henti menyendokkan makanan ke mulutnya. "Alhamdulillah," syukur Dafa bernapas lega. "Saya janji Chef, saya akan mempertahankan cita rasa yang saya buat malam ini, dan Inshallah akan lebih
Read more
Bab 44.
Tidak ada yang lebih membahagiakan, ketika bisa melihat senyuman dari orang yang kita cinta, apalagi senyum itu kita yehh buat. Itulah yang di rasakan Dafa, pria itu tak bisa melunturkan lengkungan dari bibirnya, saat melihat wajah berseri dan bahagia yang di perlihatkan oleh Ayana. Wanita itu bahagia, bisa di ajak keliling kota London, tempat pertama yang Dafa ajak adalah menara Big Ben, siapa yang tidak kenal dengan menara tersebut. Begitu pun Ayana, ia sampai berdecak kagum. Rasanya masih tidak percaya jika dirinya sekarang berada di tempat yang biasanya dia lihat di televisi ataupun sosial media. Sejarah, Big Ben adalah nama yang diberikan kepada lonceng besar yang berada di dalam menara jam yang berada di Istana Westminster, Kota London, Inggris. Namun masyarakat dunia banyak yang menamai menara jam ini sebagai Big Ben, padahal masyarakat Inggris sendiri menyebutnya sebagai “the clock tower” atau menara jam, saja.Di tahun 2012, menara jam ini mendapatkan nama resminya, yakni
Read more
Bab 45.
Sebisa mungkin Dafa mengejar Aya dan meraih tangan wanita itu agar menghadap kepadanya, Ayana memberontak minta di lepaskan. "Lepas Mas! aku mau pergi, kalau Mas mau makan dengan teman-teman Mas. Silahkan, aku tidak ikut!" kata Aya menggunakan bahasa isyarat dengan gerakan satu tangannya. Sementara satu tangannya lagi masih di genggam oleh Dafa cukup kencang. "Please, sayang. Dengerin dulu penjelasan aku ya, kamu tenang." titah Dafa meraih kedua pundak Aya untuk memandang ke wajahnya. "Lihat aku," suruh Dafa, namun Aya tetap bergeming enggan menatap suaminya. "Ayana! tolong lihat aku." hardik Dafa yang kali ini sedikit meninggikan suaranya. Dengan terpaksa, Aya mengangkat wajahnya. membalas tatapan Dafa yang tadinya tajam. Kini berangsur melembut. "Mereka teman-teman aku di tempat latihan, mereka baik. Nggak seperti teman aku yang dulu,""Tapi tetap saja Mas, aku trauma dengan kejadian yang seperti dulu. Aku bukan mikir tentang diri aku, tapi aku mikirin tentang kamu Mas,"Dafa
Read more
Bab 46.
"Dah_ nanti kita ngobrol lagi ya, ngobrol sama lo seru!" ujar Ayu sedikit berteriak saat mereka sudah berada di depan restoran ingin pulang, karena suasana begitu ramai. Mereka harus meninggikan suaranya, Aya mengacungkan jempolnya mengangguk semangat, bahkan dia meminta agar Dafa memberitahu tempat apartemen mereka. Tentu Dafa mengutarakan apa yang sang istri katakan, Ayu begitu senang. Usai melambaikan tangannya mereka berpisah untuk pulang. Dafa mengamati raut wajah berseri yang terlihat dari wajah cantik Ayana. "Benar kan kubilang, mereka nggak seperti temanku yang dulu," goda Dafa pada wanita itu. "Iya Mas, maaf ya. Aku selalu berpikir buruk, itu semua karena aku takut Mas." Dafa merangkul pundak Aya. "Iya aku ngerti, aku paham gimana perasaan kamu. Apalagi memiliki trauma, pasti sulit di hilangkan," Aya mengangguk lemah. "Lagi pula, trauma itu aku yang buat. Maaf," Dafa merasa bersalah, karena dirinya Ayana memiliki trauma bertemu orang baru. Jika dulu dia tidak mengajak
Read more
Bab 47.
Di malam yang hangat, sepasang suami istri tengah berbaring di atas kasur, saling pandang dengan tatapan lembut dan hangat. Tangan besar Dafa mengusap pipi Ayana yang masih terjaga, waktu menunjukkan pukul dua dini hari, Tapi keduanya belum tertidur usai menyelesaikan kegiatan intim pasangan suami istri. "Kenapa nggak tidur?""Mas juga, kenapa nggak merem." tanya Aya balik. "Masih mau memandangi wajah cantik kamu," pipi Aya berubah merah, ia menunduk tidak berani menatap Dafa lagi. Hal itu membuat Dafa tertawa pelan, mencubit pipi Aya gemas. "Tidur yuk, aku serius." mengajak Aya untuk memejamkan matanya, namun saat ingin terpejam Aya menggerakkan tangannya. "Mas dulu, aku mau ke kamar mandi.""Ya udah, gih sana. Aku tunggu," Aya mendelik lalu meringsut kedalam selimut. Tentu saja ia malu, saat ini tubuhnya masih polos usai melakukannya tadi, seolah mengingat sesuatu, Dafa pun tertawa lagi dan kali ini lebih kencang. "Kenapa mesti malu sayang, aku sudah sering lihat." goda Dafa,
Read more
Bab 48.
"Sayang, please_ besok kamu ikut ya." entah sudah berapa kali Dafa mengatakan hal itu pada Ayana. Pria itu tengah membujuk Istrinya untuk ikut ke acara festival yang di selenggarakan besok malam, dia ingin saat semua orang yang hadir dan mencicipi masakannya, Aya berada di sana menemaninya. sudah berulang kali dia membujuk, namun tetap saja jawabnya, yaitu tidak dengan menggelengkan kepalanya. Dafa menghela napas sejenak memperhatikan Aya, yang tak ingin melihat kearahnya. "Coba lihat aku," pinta Dafa selembut mungkin. "Aku mau ngomong. Sayang, please lihat mata aku," kini giliran Aya yang menarik napas jengkel, mau tidak mau dia menoleh. Dan Dafa cukup terkejut saat melihat mata merah sang istri. "Apa yang buat kamu nggak mau?" Aya memejamkan matanya. "Seharusnya, Mas tau. Tanpa harus aku bilang, Kemarin kita baru bahas, masalah seperti ini,'"Besok acara penting Mas, banyak orang-orang yang hebat-hebat di sana, aku nggak mau bikin malu.""Siapa yang bikin malu," potong Dafa, m
Read more
Bab 49.
"Bagaimana Dafa, apa kamu sudah menemukan pengganti Jasmine?" tanya kepala chef. "Alhamdulillah, sudah Pak." jawabnya mantap. "Baiklah, kalau gitu saya serahkan semuanya sama kamu, asal jangan buat acara malam ini menjadi kacau.""Baik Pak, InshaAllah. Saya akan beri yang terbaik malam ini, dan sekali lagi saya mau meminta maaf, karena saya sudah membuat keputusan mendadak," Dafa sedikit membungkuk sopan. Ia sangat tidak enak kepada kepala chef yang sudah mempercayainya, namun dirinya justru membuat beliau kecewa. Kepala chef yang di ketahui bernama Pak Hermawan itu, menarik napas beratnya. "Tadinya saya cukup kecewa dan terkejut, karena kamu memberhentikan Jasmine secara mendadak, Tapi. setelah saya tau alasannya, saya bisa mengerti. Namun saya harap lain kali kamu harus bisa lebih profesional, singkirkan dulu masalah pribadi, sesulit apapun." nasehat Pak Hermawan.Dafa meringis pelan, ia sungkan terhadap seniornya tersebut. Benar, seharusnya dirinya bisa profesional. Tapi siapa y
Read more
Bab 50.
"Selamat ya Mas, kamu memang pantas mendapatkan ini, karena kamu memang. Chef terbaik, " puji Aya tulus, saat Dafa memberitahu jika dirinya menjadi Chef terbaik di acara festival itu. "Terima kasih, sayang. Ini aku persembahin buat kamu, Karena kamu. Aku bisa mendapatkan penghargaan ini,""Kok aku Mas?" Aya bertanya kebingungan. "Kamu adalah semangat aku, Kamu juga yang selalu dukung aku,"Ayana mengulas senyum manis, menggengam tangan Dafa. "Sudah menjadi kewajiban, seorang istri. Memberi dukungan untuk suaminya, Mas." ucap Aya menggunakan bahasa isyarat dengan satu tangan. "Aku bangga, punya suami sepertimu. Mas. Begitu pun, orang tua Mas di Indonesia, aku yakin Bapak paling bangga."Benar juga, akhirnya dia bisa membuktikan jika pilihannya untuk menjadi juru masak tidak salah, yang terpenting baginya. Ia bisa membanggakan mendiang Ibunya di sana, itu adalah salah satu impiannya juga yang sangat ia ingin lakukan. "Iya sayang, aku bisa buktikan. Kalau pilihan aku nggak salah,"
Read more
PREV
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status