Semua Bab Ksatria Pengembara Season 1: Bab 51 - Bab 60
1822 Bab
3. Bagian 8
“Keluarkan seluruh kepandaianmu bocah tengik agar kau tidak akan menyesal bila harus mati diujung tongkatku ini...wuutt!”. ucap ki Sawir lagi seraya terus melancarkan serangan gencarnya kearah Bintang, pada satu kesempatan sosok Bintang melompat menjauh, tapi ; “Mau lari kemana kau bocah tengik”. ucap ki Sawir seraya terus memburu Bintang dengan tongkat ditangannya. Dan ; “Tendangan Dewa Menjungkir Langit heaa....wuusshh...”. sosok Bintang melesat pula kedepan dengan kedua tendangannya menyongsong kearah sosok ki Sawir yang saat itu juga tengah terbang melesat kearahnya dan tiba-tiba saja kedua kaki Bintang muncul seberkas sinar biru yang juga tak kalah terang dari cahaya merah yang keluar dari ujung tongkat ki Sawir, dan ; “Blllaaaarrrrrr...!!!”. sebuah ledakan maha dasyat terjadi akibat bertemunya kedua Ajian pemungkas itu diudara, tubuh Bintang tampak terlempar kebelakang, tapi dengan beberapa kali bersalto diudara, Bintang berhasil mendaratkan kedua kakinya ketan
Baca selengkapnya
3. Bagian 9
Perjalanan rombongan Begal Bukit Manoreh ini terlihat berjalan lancar tampak banyak mengalami hambatan, dan dikeremangan malam, dikejauhan mereka sudah dapat melihat bukit menoreh yang berdiri dengan kokohnya. Tapi tiba-tiba saja si Pecut Api menghentikan langkah kudanya, Bawar yang saat itu berada didekatnya dengan terkejut ikut menghentikan langkah kudanya. “Ada apa ketua.?” “Lihatt.!”. Bawar mengikuti arah yang ditunjuk oleh ketuanya dan seketika wajahnya berubah dengan mata menyipit. Walau dikegelapan malam, dia masih dapat melihat satu kepulan asap tebal dan cahaya kemerahan tampak menerangi puncak Bukit Manoreh. “Sepertinya cahaya merah itu berasal dari sesuatu yang dibakar ketua.”. “Benar, Astaga! ayo Bawar cepat kita harus segera tiba disana, perasaanku mengatakan telah terjadi sesuatu pada tempat kediaman kita...ayo!”. ucap si Pecut Api lagi seraya langsung menggebah kudanya dengan cepat, sementara itu Bawarpun segera memerintahkan ke
Baca selengkapnya
3. Bagian 10
Keheningan malam itu di Bukit Manoreh kini terbuncah oleh satu suara pertarungan dasyat yang terjadi dipuncaknya, obor-obor yang menyala terang mengelilingi puncak Bukit Manoreh memperlihatkan dengan jelas pertarungan yang tengah terjadi antara kedua pemimpin Begal Bukit Manoreh menghadapi seorang pemuda yang akhir-akhir ini dikenal dengan nama Ksatria Pengembara. Sejauh ini Bintang masih mampu menghindari dengan mudah setiap serangan yang dilancarkan kearahnya dengan jurus Kijang Kelana yang dimilikinya, sementara itu kedua penyerangnya telah terlihat kehabisan tenaga sendiri akibat terlalu bernafsu untuk segera mengalahkan lawan mereka. Tapi disitulah justru letak kesalahan mereka, karena semakin mereka bernafsu untuk segera mengalahkan Bintang dengan semakin meningkatkan tenaga serangan mereka, semakin cepat pula tenaga mereka terkuras karena daya tarik dari jurus Kijang Kelana yang Bintang pergunakan, itulah salah satu keistimewaan jurus Kijang Kelana yang Bintang miliki, warisa
Baca selengkapnya
3. Bagian 11
Walau sebenarnya merasa sangat marah karena dikalahkan dan dipermalukan seperti itu, tapi si Pecut Api tidak mampu berbuat banyak, kesaktiannya memang berada jauh dibawah Bintang. Sejenak kedua matanya tampak terlihat menatap kearah para anak buahnya yang juga terlihat bingung dan gentar, tidak mungkin saat ini baginya untuk kembali memerintahkan para anak buahnya untuk mengeroyok Bintang. Kekalahan ketua mereka ditangan pemuda yang mereka kenal dengan nama Ksatria Pengembara ini tentu saja semakin menjatuhkan nyali mereka dan kini mereka terlihat menanti apa jawaban dari ketua mereka atas ucapan Ksatria Pengembara tadi. “Baiklah, aku mengaku kalah dan berjanji tidak akan berbuat begal lagi”. ucap si Pecut Api akhirnya dan Bintang tersenyum mendengar hal itu. “Bagus, memang sudah saatnya kau menyadari kalau hidup ini terlalu singkat untuk kau sia-siakan Pecut Api...bertobatlah dan carilah jalan kebenaran”. ucap Bintang lagi seraya berbalik menghadap kearah belasan or
Baca selengkapnya
3. Bagian 12
“Wuiihh!  hebat sekali ya kang Ksatria Pengembara itu” “Iya donk, aku yakin saat ini banyak gerombolan begal-begal yang harus berfikir 1.000 kali untuk melakukan pembegalan didesa-desa” “Benar dut, bahkan aku dengar Ksatria Pengembara itu bisa berada didua tempat dalam satu waktu”. ucap salah dari mereka yang baru saja datang dan ikut bergabung dengan teman-temannya, ucapan teman mereka yang baru saja datang ini tentu saja sangat mengejutkan mereka. “Kalau saja ada 10 orang pendekar seperti Ksatria Pengembara, tentu kita akan bisa hidup lebih tenang”. ucap sipemilik warung lagi ikut angkat bicara seraya menyediakan minuman untuk para pengunjungnya. Diantara ramainya para pengunjung, ternyata tidak semuanya merupakan penduduk desa tersebut, ada beberapa dari kalangan pendekar, dan salah satunya adalah disalah satu meja yang berada tak jauh dari jendela warung tersebut, ketiganya jelas berasal dari orang-orang persilatan, hal ini dapat dilihat dari
Baca selengkapnya
3. Bagian 13
“Suittt...!!!”. tiba-tiba saja sebuah siulan panjang terdengar nyaring membahana ditempat itu, anehnya, belasan orang yang bersenjatakan clurit itu tiba-tiba langsung melompat mundur, melihat lawan-lawan mereka bergerak mundur, belasan orang penduduk desa yang tersisapun ikut mundur dan berkumpul dibelakang sosok lelaki yang sepertinya merupakan pemimpin mereka, terlihat golok ditangannya telah pula berlumuran darah. Kini beberapa tombak dihadapan mereka, tampak muncul sosok seorang laki-laki yang mengenakan pakaian serba hitam, sosok lelaki yang baru saja muncul ini sangat mengerikan sekali, dikesepuluh jari tangannya terlihat cincin-cincinnya yang berbatu besar hingga hampir menutupi sebagian jarinya, bahkan dilehernya terlihat sebuah jimat bundalan hitam yang begitu besar, lelaki ini tampak pula mengenakan selempang hitam dikepalanya, sorot matanya yang tajam tampak menatap dingin pada belasan sosok penduduk yang ada dihadapannya. Dan terakhir tatapan lelaki sangar ini ta
Baca selengkapnya
3. Bagian 14
Sementara itu Bintang terlihat menatap keadaan disekitarnya yang sudah porak poranda, beberapa rumah penduduk masih terlihat terbakar dimakan api, tapi bukan itu yang membuat kemarahan Bintang, melainkan saat melihat belasan mayat yang tampak bergelimpangan disana sini, menyesal sekali Bintang kenapa dia harus datang terlambat hingga korban sudah banyak yang berjatuhan. Dan ini sudah cukup bagi Bintang untuk menatap dengan penuh kegeraman dan kemarahan terhadap gerombolan begal yang ada dihadapannya. “Kekejaman yang kalian lakukan sudah melampaui batas”. ucap Bintang lagi. “Benar, dan sebentar lagi desa ini akan kami ratakan dengan tanah karena berani membangkang perintahku”. ucap pemimpin Begal Clurit Hitam lagi. “Selagi aku ada disini, hal itu takkan terjadi”. ucap Bintang lagi datar. “Sombong! ayo bunuh pengacau ini.!”. ucap pemimpin begal ini lagi memerintahkan para anak buahnya untuk menyerang kearah Bintang. Maka dengan serentak saja belasan ora
Baca selengkapnya
3. Bagian 15
Sementara sore sudah datang menjelang, pertarungan Bintang dengan si Clurit Pencabut Nyawa terus terjadi, tapi sejauh ini belum ada tanda-tanda akan berakhirnya pertarungan yang sudah memasuki jurus ke-24. “Hyyattt......wuusshh”. sosok si Clurit Pencabut Nyawa terlihat mengubah serangannya yang sejak tadi hanya mengincar tubuh Bintang bagian atas, dan rupanya hal ini baru disadari oleh si Clurit Pencabut Nyawa, dengan cepat dia kini langsung menyerang kearah kaki Bintang hingga mau tak mau Bintang kini terpaksa bergerak dari tempatnya. Dan si Clurit Pencabut Nyawa tersenyum melihat keberhasilan serangannya, dia terus melancarkan serangannya dengan gencar. “plakkk....plakkk.”. terlihat beberapa kali Bintang harus memapaki serangan yang dilancarkan oleh si Clurit Pencabut Nyawa yang terus menyerang Bintang dengan gencar. “Sett...wuutt...bummm”. betapa terkejutnya Bintang tiba-tiba saja si Clurit Pencabut Nyawa melemparkan sesuatu ketanah yang langsung menimbulk
Baca selengkapnya
3. Bagian 16
Senja memancar diufuk barat, mega-mega kemerahan terlihat dikejauhan, segerombolan burung terlihat terbang kembali kesarangnya setelah seharian mencari makan, senja yang teduh dan hening itu tampak mengiringi langkah tiga sosok yang tampak tengah memasuki gerbang pintu sebuah desa. Tapi ketiganya terlihat dibuat keheranan saat semakin melangkah jauh kedalam jalan desa, karena desa itu terbilang sepi sekali, seperti desa yang tidak berpenghuni. “Aneh sekali keadaan didesa ini”. ucap seorang pemuda yang mengenakan pakaian serba merah, dia memang tak lain adalah Aji murid dari Datuk Api, sedangkan dua teman yang bersamanya tak lain adalah Pandega murid Datuk Angin dan gadis jelita yang berjalan bersama mereka tak lain adalah Intan Purnama murid tunggal dari Datuk Langit. Semakin jauh ketiganya memasuki desa tersebut semakin terkejut ketiganya, saat melihat bagaimana beberapa rumah yang telah hangus terbakar, bahkan dibeberapa tempat terlihat jelas desa itu seperti porak poranda
Baca selengkapnya
3. Bagian 17
“Benar nini, pendekar agung itu bukan saja sangat baik, tapi juga sangat dermawan.....dia memberikan sekantong uang kepeng emas untuk digunakan membangun desa ini kembali dan sisanya diberikan kepada keluarga-keluarga yang kehilangan orang-orang yang dicintainya pada pertempuran siang tadi”. ucap aki pemilik warung lagi hingga semakin mengejutkan ketiga murid tiga datuk ini, tapi hanya Intan saja yang terlihat termangu, dihatinya dia sangat mengagumi akan sosok Ksatria Pengembara yang selama perjalanan mereka telah sering didengarnya tentang sepak terjang Ksatria Pengembara dalam memberantas keangkara murkaan, hal ini yang semakin membuat Intan semakin penasaran untuk segera bertemu dengan pendekar yang hebat itu. *** Siang itu matahari terlihat bersinar dengan teriknya, panasnya terasa begitu menyengat kulit, dan hal inipun terlihat begitu dirasakan oleh tiga sosok tubuh yang tengah berjalan menapaki jalan setapak ditepian sebuah hutan. Melihat sosok ketiganya, mere
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
183
DMCA.com Protection Status